Pengikut

Senin, 30 April 2012










 Proses Pembelajaran dan Kreativitas



KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.
Segala puji bagi Allah SWT Tuhan Semesta Alam, yang telah melimpahkan taufiq dan hidayahNya kepada kita semua sehingga kita senantiasa dalam perlindungannya.
Shalawat serta salam tak lupa kami panjatkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang telah membimbing kita dari jaman Jahiliah menuju jalan yang terang benderang yakni ad dinul Islam.
Syukur Alhamdulillah berkat rahmat Allah SWT, makalah ini dapat terselesaikan. Adapun makalah ini kami beri judul “ proses pembelajaran dan kreativitas”. Sebagaimana kita ketahui bahwa bakat erat kaitannya dengan proses pertumbuhan dan perkembangan anak, terutama dalam proses belajarnya.  Dalam makalah ini kami akan membahas perlunya kita mengetahui proses pembelajaran dan kreativitas.
Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi kita semua pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan, sehingga kami mengharapkan kritik serta saran dari dosen pengampu demi kesempurnaan makalah ini.


Surabaya, 24 Oktober 2011



                                                                                                Penyusun











DAFTAR ISI



Kata Pengantar...................................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................................ iii
Bab I   :  Pendahuluan........................................................................................... 1
A.    Latar Belakang.................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah............................................................................... 1
Bab II :  Pembahasan............................................................................................ 2
A.    Konsep kreativitas.............................................................................. 2
B.     Hubungan pembelajaran dengan kreativitas anak............................. 10
C.     Peran orang tua dalam mengembangkan kreativitas anak................ 12
Bab III   :     Kesimpulan...................................................................................... 14
Daftar Pustaka..................................................................................................... 16

















BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Sepanjang sejarah umat manusia, kreativitas menjadi topic perhatian, tetapi baru sejak beberapa dasawarsa krativitas menjadi subyek penelitian ilmiah dan empiris. Salah satu kendala konseptual utama terhadap studi kreativitas adalah pengertian tentang kreativitas sebagai sifat yang diwarisi oleh orang yang berbakat luar biasa atau genius. Kreativitas diasumsikan sebagai sesuatu yang dimiliki dan tidak banyak yang dapat dilakukan melalui pendidikan untuk mempengaruhinya.
Kendala konseptual lainnya terhadap “ gerakan kreativitas “ terletak pada alat-alat ukur (tes) yang biasanya dipakai disekolah-sekolah, yaitu tes intelegensi tradisional yang mengukur kemampuan murid untuk belajar dan tes prestasi belajar untuk menilai kemajuan siswa selama program pendidikan.
Kemampuan berfikir divergen dan kreatif, yaitu menjajaki berbagai kemungkinan jawaban atas suatu masalah, jarang diukur. Hanya beberapa sekolah menyadari pentingnya penggunaan tes kreativitas di samping tes intelegensi untuk menyeleksi calon murid.
Sebab utama dari kurangnya perhatian dunia pendidikan dan psikologi terhadap kreativitas terletak pada kesulitan merusmuskan konsep kreativitas itu sendiri.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Konsep Kreativitas?
2.      Bagaimana hubungan pembelajaran dengan kreativitas anak?
3.      Bagaimana peran orang tua dalam mengembangkan kreativitas anak?







BAB II
PEMBAHASAN

A.    Konsep Kreativitas
Ø Pengertian Kreativitas
Kreativitas adalah suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baru, apakah suatu gagasan atau suatu objek dalam suatu bentuk atau susunan yang baru (Hurlock 1978). Kreativitas adalah suatu proses upaya manusia atau bangsa untuk membangun dirinya dalam berbagai aspek kehidupannya. Tujuan pembangunan diri itu ialah untuk menikmati kualitas kehidupan yang semakin baik (Alvian, 1983). Kretaivitas adalah suatu proses yang tercermin dalam kelancaran, kelenturan (fleksibilitas) dan originalitas dalam berfikir (Utami Munandar, 1977).[1]
Kreativitas adalah hasil dari inretaksi antara individu dan lingkungannya. Seseorang pun mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia berada, dengan demikian baik perubah di dalam individu maupun di dalam lingkungan dapat menunjang atau dapat menghambat upaya kreatif. Implikasinya ialah bahwa kemampuan kreatif dapat ditingkatkan melalui pendidikan.[2]
Supriadi (2001: 7) menyimpulkan bahwa pada intinya kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.
Keberhasilan kreativitas menurut Amabile (Munandar, 2004: 77) adalah persimpangan (intersection) antara keterampilan anak dalam bidang tertentu (domain skills), keterampilan berpikir dan bekerja kreatif, dan motivasi intrinsik. Persimpangan kreativitas tersebut – yang disebut dengan teori persimpangan kreativitas (creativity intersection)[3].
Menurut Abdurrahman (2005:35), kreativitas anak adalah kemampuan untuk menghasilkan pemikiran-pemikiran yang asli, tidak biasa, dan sangat fleksibel dalam merespon dan mengembangkan pemikiran dan aktivitas. Pada anak usia dini kreativitas akan terlihat jelas ketika anak bermain, di mana ia menciptakan berbagai bentuk karya, lukisan ataupun khayalan spontanitas dengan alat mainannya.[4]
Kreativitas anak usia dini adalah kreativitas alamiah yang dibawa dari sejak lahir. Kreativitas alami seorang anak usia dini terlihat dari rasa ingin tahunya yang besar. Hal ini terlihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan kepada orang tuanya terhadap sesuatu yang dilihatnya. Adakalanya pertanyaan itu diulang-ulang dan tidak ada habis-habisnya. Selain itu anak juga senang mengutak-atik alat mainannya sehingga tidak awet dan cepat rusak hanya karena rasa ingin tahu terhadap proses kejadian.
 Para ahli menegaskan bahwa kreativitas mencapai puncaknya di usia antara 4 sampai 4,5 tahun. Anak usia prasekolah memiliki imajinasi yang amat kaya sedangkan imajinasi merupakan dasar dari semua jenis kegiatan kreatif. Mereka memiliki “kreativitas alamiah” yang tampak dari perilaku seperti sering bertanya, tertarik untuk mencoba segala sesuatu, dan memiliki daya khayal yang kuat (Kak Seto, 2004:11).
Dasar pertimbangan yang berkaitan dengan pengembangan kreatifitas anak dapat diintisarikan sebagai berikut:
a.       Masih sangat kurang pelayanan pendidikan khusus bagi anak sebagai sumber daya manusia berpotensi unggul apabila diberi kesempatan pendidikan sesuai dengan potensinya.
b.      Dalam pelayanan anak, pengembangan kreativitas sebagai salah satu faktor utama yang menentukan keberbakatan merupakan suatu tuntunan.
c.       Tampak adanya kesenjangan antara kebutuhan akan kreativitas dan perwujudannya di dalam masyarakat pada umumnya, dan khususnya dalam pendidikan di sekolah.
d.      Pendidikan di sekolah lebihg berorientasi pada pengembangan intelegensi (kecerdasan) daripada pengembangan kreativitas, sedangkan keduanya sama pentingnya untuk mencapai keberhasilan dalam belajar dan dalam hidup.
e.       Pendidik (guru dna orang tua) masih kurang dapat memahami arti kreativitas dan bagaimana mengembangkannya pada anak dalam tiga lingkungan pendidikan, yaitu di rumah, sekolah dan masyarakat.
f.       Masih banyak kendala lagi secara makro (masyarakat dan kebudayaan) maupun secara mikro (dalam keluarga, sekolah dan pekerjaan) terhadap pengembangan kreativitas.[5]
Ø Ciri-ciri Kreativitas
Ciri-ciri kreativitas dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu:
a.      Aspek Kognitif
Ciri-ciri kreativitas yang berhubungan dengan cara berfikir kreatif atau difergen.
a)      Keterampilan berfikir lancar
b)      Keterampilan berfikir luwes
c)      Keterampilan berfikir orisinal
d)     Keterampilan memperinci dan menilai
Semakin kreatif seseorang ciri-ciri itu semakin dimiliki. (Williams dalam Munandar, 1999: 88)
b.      Aspek afektif
Ciri-ciri kreativitas yang lebih berkaitan dengan sikap dan perasaan seseorang, yaitu:
a)      rasa ingin tahu;
b)      bersifat imajinatif/fantasi
c)      merasa tertantang oleh kemajemukan
d)     sifat berani mengambil resiko
e)      sifat menghargai
f)       percaya diri
g)      keterbukaan terhadap pengalaman baru; dan
h)      menonjol dalam salah satu bidang seni (Williams & Munandar, 1999).[6]
Torrance dalam Supriadi (Adhipura, 2001: 47) mengemukakan tentang lima bentuk interaksi guru dan siswa di kelas yang dianggap mampu mengembangkan kecakapan kreatif siswa, yaitu:
(1) menghormati pertanyaan yang tidak biasa;
(2) menghormati gagasan yang tidak biasa serta imajinatif dari siswa;
(3) memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar atas prakarsa sendiri;
(4) memberi penghargaan kepada siswa; dan
(5) meluangkan waktu bagi siswa untuk belajar dan bersibuk diri tanpa suasana penilaian.[7]
Kemampuan kreatif adalah Menciptakan gagasan/ide, Mengenal kemungkinan alternative, Melihat kombinasi yang tidak diduga, Memiliki keberanian untuk mencoba sesuatu yang tidak lazim[8].
Ciri-ciri orang kreatif menurut Utami Munandar (1995) adalah :
1.      Keterbukaan terhadap pengalaman baru
2.      Kelenturan dalam berpikir
3.      Kebebasan dalam mengekpresikan diri
4.       Menyukai dan menghargai fantasi
5.      Kepercayaan terhadap gagasan-gagasan sendiri
6.      Kemandirian dalam memberikan pertimbangan
7.      Rasa ingin tahu yang luasdan mendalam
8.      Memberikan banyak gagasan atu usul dalam suatu masalah
9.      Menonjol dalam salah satu bidang seni
10.  Mampu melihat satu masalah dalam berbagai sisi atau sudut pndang
11.  Mempunyai rasa humor
12.  Orisinal dalam mengungkapkan gagasan dan pemecahan masalah.[9]
Teknik mengembangkan kreativitas anak adalah
·         Cara efektif seorang guru untuk menciptakan suasana belajar yang aktif dan kreatif adalah dengan berdialog interaktif dengan siswa, bukan monolog
·         Guru harus bisa mengajukan pertanyaan yang mendorong anak berpikir kreatif
·         Pertanyaan haruslah berbentuk divergen, dimana untuk menjaabnya siswa harus menggunakan proses berpikir analisis, sintesis, dan evaluasi
·         Pertanyaan yang divergen memerlukan keterampilan berpikir tingkat tinggi dengan pola pikir dari arah yang sempit menuju ke luas.[10]
Ø Faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas
Kreativitas seseorang berkembang dipengaruhi oleh faktor-faktor internal (diri sendiri) dan eksternal (lingkungan). Faktor-faktor yang bersumber dari diri sendiri, seperti kondisi kesehatan fisik, tingkat kecerdesan (IQ), dan kesehatan mental. Sementara faktor lingkungan yang mendukung perkembangan kreativitas yaitu,
1.      Orang tua atau pendidik dapat menerima anak apa adanya, serta memberi kepercayaan padanya bahwa pada dasarnya dia baik dan mampu.
2.      Orang tua atau guru bersikap empati kepada anak, dalam arti mereka memahami pikiran, perasaan, dan perilaku anak.
3.      Orang tua atau pendidik memberi kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan pendapatnya.
4.      Orang tua atau pendidik memupuk sikap dan minat anak dengan berbagai kegiatan yang positif.
5.      Orang tua atau pendidik menyediakan sarana prasarana pendidikan yang memungkinkan anak mengembangkan keterampilannya dalam membuat karya-karya yang produktif-inovatif.[11]
Kreativitas membutuhkan EQ (kecerdasan emosional). Goleman seorang pakar EQ mengatakan, IQ menyumbang 20 persen saja dalam keberhasilan seseorang sementara 80 persen lainnya ditentukan oleh kekuatan-kekuatan lainnya. Misalnya kesediaan untuk bekerja keras, disiplin, rasa percaya diri, dan termasuk di dalamnya EQ. Kesemuanya faktor penunjang kreativitas ini dapat dibina, dilatih, dan dikembangkan sejak anak berusia dini.
Ø Perlunya dikembangkan kreativitas pada anak
Dr. Utami Munandar memberikan empat alasan perlunya dikembangkan kreativitas pada anak yaitu:
1.   Dengan berkreasi anak dapat mewujudkan dirinya dan ini merupakan kebutuhan pokok manusia.
2.   Kreativitas atau cara berpikir kreatif, dalam arti kemampuan untuk menemukan cara-cara baru memecahkan suatu permasalahan.
3.   Bersibuk diri secara kreatif tidak saja berguna tapi juga memberikan kepuasan pada individu. Hal ini terlihat jelas pada anak-anak yang bermain balok-balok atau permainan konstruktif lainnya. Mereka tanpa bosan menyusun bentuk-bentuk kombinasi baru dengan alat permainannya sehingga seringkali lupa terhadap hal-hal lain.
4.   Kreativitaslah yang memungkinkan manusia untuk meningkatkan kualitas dan taraf hidupnya. Dengan kreativitas seseorang terdorong untuk membuat ide-ide, penemuan-penemuan atau teknologi baru yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara luas.[12]

B.     Hubungan pembelajaran dengan kreativitas anak
Kreativitas merupakan salah satu potensi yang dimiliki anak yang perlu dikembangkan sejak usia dini. Setiap anak memiliki bakat kreatif dan ditinjau dari segi pendidikan, bakat kreatif dapat dikembangkan dan karena itu perlu dipupuk sejak dini. Bila bakat kreatif anak tidak dipupuk maka bakat tersebut tidak akan berkembang, bahkan menjadi bakat yang terpendam yang tidak dapat diwujudkan.
Melalui proses pembelajaran dengan kegiatan yang menyenangkan bagi anak-anak yaitu melalui bermain, diharapkan dapat merangsang dan memupuk kreativitas anak sesuai dengan potensi yang dimilikinya untuk pengembangan diri sejak usia dini. [13]
Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Mulyasa (2005: 164) bahwa: “Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik, melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar”.Dalam proses pembelajaran di kelompok bermain, kreativitas anak dirangsang dan dieksplorasi melalui kegiatan bermain sambil belajar sebab bermain merupakan sifat alami anak.
Diungkapkan oleh Munandar (2004: 94) bahwa penelitian menunjukkan hubungan yang erat antara sikap bermain dan kreativitas. Namun, jelas Froebel (Patmonodewo, 2003: 7), bermain tanpa bimbingan dan arahan serta perencanaan lingkungan di mana anak belajar akan membawa anak pada cara belajar yang salah atau proses belajar tidak akan terjadi. Ia mengisyaratkan bahwa dalam proses pembelajaran, pendidik bertanggung jawab dalam membimbing dan mengarahkan anak agar menjadi kreatif.[14]
Ø  Pembelajaran bagi anak usia dini
Berdasarkan definisi Konsensus Knowles dalam Mappa (1994: 12) pembelajaran merupakan suatu proses di dalam mana perilaku diubah, dibenarkan atau dikendalikan. Sementara itu Abdulhak (2000: 25) menjelaskan bahwa proses pembelajaran adalah interaksi edukatif antara peserta didik dengan komponen-komponen pembelajaran lainnya. Pembelajaran di kelompok bermain jelas sangat berbeda dengan di sekolah, dimana pembelajaran dilakukan dalam suasana bermain yang menyenangkan.[15]
Anak-anak usia dini dapat saja diberikan materi pelajaran, diajari membaca, menulis, dan berhitung. Bahkan bukan hanya itu saja, mereka bisa saja diajari tentang sejarah, geografi, dan lain-lainnya. Jerome Bruner menyatakan, setiap materi dapat diajarkan kepada setiap kelompok umur dengan cara-cara yang sesuai dengan perkembangannya. Kuncinya adalah pada permainan atau bermain (Supriadi, 2002: 40).
Permainan atau bermain adalah kata kunci pada pendidikan anak usia dini. Ia sebagai media sekaligus sebagai substansi pendidikan itu sendiri. Dunia anak adalah dunia bermain, dan belajar dilakukan dengan atau sambil bermain yang melibatkan semua indra anak.
Supriadi (2002: 40) menjelaskan bahwa Bruner dan Donalson dari telaahnya menemukan bahwa sebagian pembelajaran terpenting dalam kehidupan diperoleh dari masa kanak-kanak yang paling awal, dan pembelajaran itu sebagian besar diperoleh dari bermain. Bermain bagi anak adalah kegiatan yang serius tetapi menyenangkan.
Menurut Conny R. Semiawan (Jalal, 2002: 16) melalui bermain, semua aspek perkembangan anak dapat ditingkatkan. Dengan bermain secara bebas anak dapat berekspresi dan bereksplorasi untuk memperkuat hal-hal yang sudah diketahui dan menemukan hal-hal baru. Melalui permainan, anak-anak juga dapat mengembangkan semua potensinya secara optimal, baik potensi fisik maupun mental intelektual dan spiritual. Oleh karena itu, bermain bagi anak usia dini merupakan jembatan bagi berkembangnya semua aspek.[16]

C.    Peran orang tua dalam mengembangkan kreativitas anak
            Kreativitas merupakan kunci sukses dan keberhasilan dalam kehidupan. Orang yang tidak kreatif, kehidupannya statis dan sulit sekali meraih keberhasilan. Dengan keadaan zaman yang sudah mengglobal dan penuh dengan tantangan serta persaingan seperti sekarang ini membutuhkan orang-orang yang kreatif. Begitu bermaknanya kreativitas bagi kehidupan seseorang, maka pendidikan dan pengembangan kreativitas tidak bisa ditunda-tunda, harus dimulai sejak  usia dini. Agar kreativitas anak dapat berkembang secara optimal, maka orang tua atau guru dapat melakukan strategi 4P yaitu[17]:
1.      Pribadi, orang tua harus paham, tiap anak memiliki pribadi berbeda, tiap anak adalah unik. Karena itu kreativitas juga merupakan sesuatu yang unik.
2.      Pendorong, untuk mengembangkan kreativitas anak, orang tua harus dapat memberikan dorongan kepada anaknya agar dapat memunculkan motivasi dalam diri anak yaitu motivasi instrinsik dan ekstrinsik. [18]
3.      Proses, jika sarana dan prasana sudah tersedia, dorongan sudah ada, maka anakpun akan berproses dan berkreasi. Nah, proses inilah yang penting untuk anak ketika bermain. Ia akan merasa mampu dan senang bersibuk diri secara kreatif. Entah dengan melukis, menyusun balok-balok menjadi sebuah menara dan sebagainya. Hargailah kreasinya tanpa perlu berlebihan. Sebab, secara intuitif anak akan tahu, apakah penghargaan itu tulus atau sekadar basa-basi.
4.      Produk, setelah ketiga faktor di atas dipenuhi, maka anakpun akan menghasilkan produk kreatif. Produk kreatif anak usia dini dapat berupa lukisan, alat mainan, bentukan tanah liat. Peran orang tua di sini adalah memberikan penghargaan atas produk-produk yang dihasilkan anak dengan cara memberi pujian atau memajang hasil karya anak.[19]
            Kreativitas anak akan berkembang jika orang tua mempunyai kebiasaan-kebiasaan kreatif seperti teliti, cermat, disiplin, dan keteraturan dalam kehidupan sehari-hari yang dapat dicontoh oleh anak. Selain itu kreatif dalam berkarya seperti membuat alat permainan bersama-sama dengan anak, memanfaatkan bahan-bahan alami yang ada di lingkungan atau bahan bekas kemasan kebutuhan rumah tangga.
            Peran orang tua memegang peranan yang sangat penting dalam memfasilitasi perkembangan kreativitas anak, bukan memaksakan kehendak kepada anak. Karena kreativitas lebih bersifat personal dan privasi, ketimbang sosial dan massal, maka tumbuh kembangnya membutuhkan berbagai interaksi. Menumbuhkembangkan pola interaksi yang positif antara orang tua dengan anak di rumah melalui bermain dengan suasana yang menyenangkan merupakan sarana yang paling baik untuk merangsang dan mengembangkan kreativitas anak.[20]














BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kreativitas anak usia dini adalah kreativitas alamiah yang dibawa dari sejak lahir. Kreativitas alami seorang anak usia dini terlihat dari rasa ingin tahunya yang besar. Hal ini terlihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan kepada orang tuanya terhadap sesuatu yang dilihatnya. Adakalanya pertanyaan itu diulang-ulang dan tidak ada habis-habisnya. Selain itu anak juga senang mengutak-atik alat mainannya sehingga tidak awet dan cepat rusak hanya karena rasa ingin tahu terhadap proses kejadian.
Ciri-ciri orang kreatif menurut Utami Munandar (1995) adalah :
Ø  Keterbukaan terhadap pengalaman baru
Ø  Kelenturan dalam berpikir
Ø  Kebebasan dalam mengekpresikan diri
Ø   Menyukai dan menghargai fantasi
Ø  Kepercayaan terhadap gagasan-gagasan sendiri
Ø  Kemandirian dalam memberikan pertimbangan
Ø  Rasa ingin tahu yang luasdan mendalam
Ø  Memberikan banyak gagasan atu usul dalam suatu masalah
Ø  Menonjol dalam salah satu bidang seni
Ø  Mampu melihat satu masalah dalam berbagai sisi atau sudut pndang
Ø  Mempunyai rasa humor
Ø  Orisinal dalam mengungkapkan gagasan dan pemecahan masalah
Kreativitas seseorang berkembang dipengaruhi oleh faktor-faktor internal (diri sendiri) dan eksternal (lingkungan). Faktor-faktor yang bersumber dari diri sendiri, seperti kondisi kesehatan fisik, tingkat kecerdesan (IQ), dan kesehatan mental. Sementara faktor lingkungan yang mendukung perkembangan kreativitas yaitu,
a)      Orang tua atau pendidik dapat menerima anak apa adanya, serta memberi kepercayaan padanya bahwa pada dasarnya dia baik dan mampu.
b)      Orang tua atau guru bersikap empati kepada anak, dalam arti mereka memahami pikiran, perasaan, dan perilaku anak.
c)      Orang tua atau pendidik memberi kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan pendapatnya.
d)     Orang tua atau pendidik memupuk sikap dan minat anak dengan berbagai kegiatan yang positif.
e)      Orang tua atau pendidik menyediakan sarana prasarana pendidikan yang memungkinkan anak mengembangkan keterampilannya dalam membuat karya-karya yang produktif-inovatif.
Kreativitas merupakan salah satu potensi yang dimiliki anak yang perlu dikembangkan sejak usia dini. Setiap anak memiliki bakat kreatif dan ditinjau dari segi pendidikan, bakat kreatif dapat dikembangkan dan karena itu perlu dipupuk sejak dini. Bila bakat kreatif anak tidak dipupuk maka bakat tersebut tidak akan berkembang, bahkan menjadi bakat yang terpendam yang tidak dapat diwujudkan.
Melalui proses pembelajaran dengan kegiatan yang menyenangkan bagi anak-anak yaitu melalui bermain, diharapkan dapat merangsang dan memupuk kreativitas anak sesuai dengan potensi yang dimilikinya untuk pengembangan diri sejak usia dini.
Peran orang tua memegang peranan yang sangat penting dalam memfasilitasi perkembangan kreativitas anak, bukan memaksakan kehendak kepada anak. Karena kreativitas lebih bersifat personal dan privasi, ketimbang sosial dan massal, maka tumbuh kembangnya membutuhkan berbagai interaksi. Menumbuhkembangkan pola interaksi yang positif antara orang tua dengan anak di rumah melalui bermain dengan suasana yang menyenangkan merupakan sarana yang paling baik untuk merangsang dan mengembangkan kreativitas anak











DAFTAR PUSTAKA

Ø  Munandar. U. 1999. Pengembangan kreativitas anak berbakat. Jakarta: Rineka Cipta
Ø  Munandar. U. 2002. Kreativitas dan Keterbakatan. Jakarta: PT Gramedia pustaka utama








[1] Heru basuki
[2] Utama Munandar. Pengembangan Kreativitas anak berbakat.( Jakarta: Rineka cipra, 1999). Hal  12
[5] Utama Munandar. Pengembangan Kreativitas anak berbakat. Hal  12-13
[8] utami Pengembangan Kreativitas anak berbakat. Hal  11
[9] Ibid. hal 14
[11] ibid
[12] Utami munandar. Kreativitas dan keterbakatan.( Jakarta: PT Gramedia pustaka utama, 2002). Hal 11
[15] ibid
[17] Utami munandar. Kreativitas dan keterbakatan. Hal  25
[18] Utami munandar. Pengembangan Kreativitas anak berbakat. Hal  20-21
[19] Utami munandar. Kreativitas dan keterbakatan. Hal  27-28

1 komentar:

  1. Stainless Steel - Classic Iron Stated Steel - TITanium
    Steel Stainless Steel - Classic Iron Stated Steel. $2.29. SKU: 102547 Category: titanium hair straightener Stone · titanium rainbow quartz Stainless Steel 2018 ford fusion hybrid titanium · Stone Steel · Stainless Steel · titanium rimless glasses Stainless Steel titanium bar stock

    BalasHapus