KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Segala puji bagi Allah SWT
Tuhan Semesta Alam, yang telah melimpahkan taufiq dan hidayahNya kepada kita
semua sehingga kita senantiasa dalam perlindungannya.
Shalawat serta salam tak lupa kami panjatkan kepada
junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang telah membimbing kita dari jaman
Jahiliah menuju jalan yang terang benderang yakni ad dinul Islam.
Syukur Alhamdulillah berkat rahmat Allah SWT, makalah ini
dapat terselesaikan. Adapun makalah ini kami beri judul “ proses pembelajaran dan kreativitas”. Sebagaimana kita ketahui
bahwa bakat erat kaitannya dengan proses pertumbuhan dan perkembangan anak,
terutama dalam proses belajarnya. Dalam
makalah ini kami akan membahas perlunya kita mengetahui proses pembelajaran dan
kreativitas.
Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi kita
semua pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya. Kami menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan, sehingga kami mengharapkan
kritik serta saran dari dosen pengampu demi kesempurnaan makalah ini.
Surabaya, 24 Oktober 2011
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...................................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................................ iii
Bab I : Pendahuluan........................................................................................... 1
A.
Latar Belakang.................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah............................................................................... 1
Bab II : Pembahasan............................................................................................ 2
A.
Konsep kreativitas.............................................................................. 2
B.
Hubungan pembelajaran
dengan kreativitas anak............................. 10
C.
Peran orang tua dalam
mengembangkan kreativitas anak................ 12
Bab III : Kesimpulan...................................................................................... 14
Daftar Pustaka..................................................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Sepanjang sejarah umat manusia,
kreativitas menjadi topic perhatian, tetapi baru sejak beberapa dasawarsa
krativitas menjadi subyek penelitian ilmiah dan empiris. Salah satu kendala
konseptual utama terhadap studi kreativitas adalah pengertian tentang
kreativitas sebagai sifat yang diwarisi oleh orang yang berbakat luar biasa
atau genius. Kreativitas diasumsikan sebagai sesuatu yang dimiliki dan tidak
banyak yang dapat dilakukan melalui pendidikan untuk mempengaruhinya.
Kendala konseptual lainnya terhadap
“ gerakan kreativitas “ terletak pada alat-alat ukur (tes) yang biasanya
dipakai disekolah-sekolah, yaitu tes intelegensi tradisional yang mengukur
kemampuan murid untuk belajar dan tes prestasi belajar untuk menilai kemajuan
siswa selama program pendidikan.
Kemampuan berfikir divergen dan
kreatif, yaitu menjajaki berbagai kemungkinan jawaban atas suatu masalah,
jarang diukur. Hanya beberapa sekolah menyadari pentingnya penggunaan tes
kreativitas di samping tes intelegensi untuk menyeleksi calon murid.
Sebab utama dari kurangnya perhatian
dunia pendidikan dan psikologi terhadap kreativitas terletak pada kesulitan
merusmuskan konsep kreativitas itu sendiri.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana Konsep
Kreativitas?
2.
Bagaimana hubungan
pembelajaran dengan kreativitas anak?
3.
Bagaimana peran orang
tua dalam mengembangkan kreativitas anak?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Konsep
Kreativitas
Ø Pengertian Kreativitas
Kreativitas adalah suatu
proses yang menghasilkan sesuatu yang baru, apakah suatu gagasan atau suatu
objek dalam suatu bentuk atau susunan yang baru (Hurlock 1978). Kreativitas adalah suatu
proses upaya manusia atau bangsa untuk membangun dirinya dalam berbagai aspek
kehidupannya. Tujuan pembangunan diri itu ialah untuk menikmati kualitas
kehidupan yang semakin baik (Alvian, 1983). Kretaivitas adalah suatu
proses yang tercermin dalam kelancaran, kelenturan (fleksibilitas) dan
originalitas dalam berfikir (Utami Munandar, 1977).[1]
Kreativitas
adalah hasil dari inretaksi antara individu dan lingkungannya. Seseorang pun
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia berada, dengan demikian
baik perubah di dalam individu maupun di dalam lingkungan dapat menunjang atau
dapat menghambat upaya kreatif. Implikasinya ialah bahwa kemampuan kreatif
dapat ditingkatkan melalui pendidikan.[2]
Supriadi
(2001: 7) menyimpulkan bahwa pada intinya kreativitas adalah kemampuan
seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya
nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.
Keberhasilan kreativitas menurut Amabile (Munandar, 2004: 77) adalah persimpangan (intersection) antara keterampilan anak dalam bidang tertentu (domain skills), keterampilan berpikir dan bekerja kreatif, dan motivasi intrinsik. Persimpangan kreativitas tersebut – yang disebut dengan teori persimpangan kreativitas (creativity intersection)[3].
Keberhasilan kreativitas menurut Amabile (Munandar, 2004: 77) adalah persimpangan (intersection) antara keterampilan anak dalam bidang tertentu (domain skills), keterampilan berpikir dan bekerja kreatif, dan motivasi intrinsik. Persimpangan kreativitas tersebut – yang disebut dengan teori persimpangan kreativitas (creativity intersection)[3].
Menurut
Abdurrahman (2005:35), kreativitas anak adalah kemampuan untuk menghasilkan
pemikiran-pemikiran yang asli, tidak biasa, dan sangat fleksibel dalam merespon
dan mengembangkan pemikiran dan aktivitas. Pada anak usia dini kreativitas akan
terlihat jelas ketika anak bermain, di mana ia menciptakan berbagai bentuk
karya, lukisan ataupun khayalan spontanitas dengan alat mainannya.[4]
Kreativitas
anak usia dini adalah kreativitas alamiah yang dibawa dari sejak lahir.
Kreativitas alami seorang anak usia dini terlihat dari rasa ingin tahunya yang
besar. Hal ini terlihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan kepada orang
tuanya terhadap sesuatu yang dilihatnya. Adakalanya pertanyaan itu
diulang-ulang dan tidak ada habis-habisnya. Selain itu anak juga senang
mengutak-atik alat mainannya sehingga tidak awet dan cepat rusak hanya karena
rasa ingin tahu terhadap proses kejadian.
Para ahli
menegaskan bahwa kreativitas mencapai puncaknya di usia antara 4 sampai 4,5
tahun. Anak usia prasekolah memiliki imajinasi yang amat kaya sedangkan
imajinasi merupakan dasar dari semua jenis kegiatan kreatif. Mereka memiliki
“kreativitas alamiah” yang tampak dari perilaku seperti sering bertanya,
tertarik untuk mencoba segala sesuatu, dan memiliki daya khayal yang kuat (Kak
Seto, 2004:11).
Dasar
pertimbangan yang berkaitan dengan pengembangan kreatifitas anak dapat
diintisarikan sebagai berikut:
a. Masih sangat kurang pelayanan
pendidikan khusus bagi anak sebagai sumber daya manusia berpotensi unggul
apabila diberi kesempatan pendidikan sesuai dengan potensinya.
b. Dalam pelayanan anak,
pengembangan kreativitas sebagai salah satu faktor utama yang menentukan
keberbakatan merupakan suatu tuntunan.
c. Tampak adanya kesenjangan
antara kebutuhan akan kreativitas dan perwujudannya di dalam masyarakat pada
umumnya, dan khususnya dalam pendidikan di sekolah.
d. Pendidikan di sekolah lebihg
berorientasi pada pengembangan intelegensi (kecerdasan) daripada pengembangan
kreativitas, sedangkan keduanya sama pentingnya untuk mencapai keberhasilan
dalam belajar dan dalam hidup.
e. Pendidik (guru dna orang tua)
masih kurang dapat memahami arti kreativitas dan bagaimana mengembangkannya
pada anak dalam tiga lingkungan pendidikan, yaitu di rumah, sekolah dan
masyarakat.
f. Masih banyak kendala lagi
secara makro (masyarakat dan kebudayaan) maupun secara mikro (dalam keluarga,
sekolah dan pekerjaan) terhadap pengembangan kreativitas.[5]
Ø
Ciri-ciri Kreativitas
Ciri-ciri kreativitas dapat ditinjau dari dua aspek,
yaitu:
a. Aspek Kognitif
Ciri-ciri kreativitas yang berhubungan dengan cara
berfikir kreatif atau difergen.
a) Keterampilan berfikir lancar
b) Keterampilan berfikir luwes
c) Keterampilan berfikir orisinal
d) Keterampilan memperinci dan
menilai
Semakin kreatif
seseorang ciri-ciri itu semakin dimiliki. (Williams
dalam Munandar, 1999: 88)
b. Aspek afektif
Ciri-ciri
kreativitas yang lebih berkaitan dengan sikap dan perasaan seseorang, yaitu:
a)
rasa ingin tahu;
b)
bersifat
imajinatif/fantasi
c)
merasa tertantang oleh
kemajemukan
d)
sifat berani mengambil
resiko
e)
sifat menghargai
f)
percaya diri
g)
keterbukaan terhadap
pengalaman baru; dan
Torrance dalam Supriadi (Adhipura,
2001: 47) mengemukakan tentang lima bentuk interaksi guru dan siswa di kelas
yang dianggap mampu mengembangkan kecakapan kreatif siswa, yaitu:
(1) menghormati pertanyaan yang tidak biasa;
(2) menghormati gagasan yang tidak biasa serta imajinatif dari siswa;
(3) memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar atas prakarsa sendiri;
(4) memberi penghargaan kepada siswa; dan
(5) meluangkan waktu bagi siswa untuk belajar dan bersibuk diri tanpa suasana penilaian.[7]
(1) menghormati pertanyaan yang tidak biasa;
(2) menghormati gagasan yang tidak biasa serta imajinatif dari siswa;
(3) memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar atas prakarsa sendiri;
(4) memberi penghargaan kepada siswa; dan
(5) meluangkan waktu bagi siswa untuk belajar dan bersibuk diri tanpa suasana penilaian.[7]
Kemampuan
kreatif adalah Menciptakan
gagasan/ide, Mengenal kemungkinan alternative, Melihat kombinasi yang tidak diduga, Memiliki keberanian untuk mencoba sesuatu yang
tidak lazim[8].
Ciri-ciri orang kreatif menurut
Utami Munandar (1995) adalah :
1.
Keterbukaan terhadap pengalaman
baru
2.
Kelenturan dalam berpikir
3.
Kebebasan dalam mengekpresikan
diri
4.
Menyukai dan menghargai fantasi
5.
Kepercayaan terhadap
gagasan-gagasan sendiri
6.
Kemandirian dalam memberikan
pertimbangan
7.
Rasa ingin tahu yang luasdan
mendalam
8.
Memberikan banyak gagasan atu usul
dalam suatu masalah
9.
Menonjol dalam salah satu bidang
seni
10.
Mampu melihat satu masalah dalam
berbagai sisi atau sudut pndang
11.
Mempunyai rasa humor
Teknik mengembangkan kreativitas anak adalah
·
Cara efektif seorang guru untuk
menciptakan suasana belajar yang aktif dan kreatif adalah dengan berdialog
interaktif dengan siswa, bukan monolog
·
Guru harus bisa mengajukan
pertanyaan yang mendorong anak berpikir kreatif
·
Pertanyaan haruslah berbentuk
divergen, dimana untuk menjaabnya siswa harus menggunakan proses berpikir
analisis, sintesis, dan evaluasi
·
Pertanyaan yang divergen
memerlukan keterampilan berpikir tingkat tinggi dengan pola pikir dari arah
yang sempit menuju ke luas.[10]
Ø
Faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas
Kreativitas seseorang berkembang dipengaruhi
oleh faktor-faktor internal (diri sendiri) dan eksternal (lingkungan).
Faktor-faktor yang bersumber dari diri sendiri, seperti kondisi kesehatan
fisik, tingkat kecerdesan (IQ), dan kesehatan mental. Sementara faktor
lingkungan yang mendukung perkembangan kreativitas yaitu,
1. Orang tua atau pendidik dapat menerima anak
apa adanya, serta memberi kepercayaan padanya bahwa pada dasarnya dia baik dan
mampu.
2. Orang tua atau guru bersikap empati kepada
anak, dalam arti mereka memahami pikiran, perasaan, dan perilaku anak.
3. Orang tua atau pendidik memberi kesempatan
kepada anak untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan pendapatnya.
4. Orang tua atau pendidik memupuk sikap dan
minat anak dengan berbagai kegiatan yang positif.
5. Orang tua atau pendidik menyediakan sarana
prasarana pendidikan yang memungkinkan anak mengembangkan keterampilannya dalam
membuat karya-karya yang produktif-inovatif.[11]
Kreativitas membutuhkan EQ (kecerdasan
emosional). Goleman seorang pakar EQ mengatakan, IQ menyumbang 20 persen saja
dalam keberhasilan seseorang sementara 80 persen lainnya ditentukan oleh
kekuatan-kekuatan lainnya. Misalnya kesediaan untuk bekerja keras, disiplin,
rasa percaya diri, dan termasuk di dalamnya EQ. Kesemuanya faktor penunjang
kreativitas ini dapat dibina, dilatih, dan dikembangkan sejak anak berusia
dini.
Ø
Perlunya dikembangkan kreativitas pada anak
Dr. Utami Munandar memberikan empat alasan
perlunya dikembangkan kreativitas pada anak yaitu:
1. Dengan berkreasi anak dapat mewujudkan
dirinya dan ini merupakan kebutuhan pokok manusia.
2. Kreativitas atau cara berpikir kreatif, dalam
arti kemampuan untuk menemukan cara-cara baru memecahkan suatu permasalahan.
3. Bersibuk diri secara kreatif tidak saja
berguna tapi juga memberikan kepuasan pada individu. Hal ini terlihat jelas
pada anak-anak yang bermain balok-balok atau permainan konstruktif lainnya.
Mereka tanpa bosan menyusun bentuk-bentuk kombinasi baru dengan alat
permainannya sehingga seringkali lupa terhadap hal-hal lain.
4. Kreativitaslah yang memungkinkan manusia
untuk meningkatkan kualitas dan taraf hidupnya. Dengan kreativitas seseorang
terdorong untuk membuat ide-ide, penemuan-penemuan atau teknologi baru yang
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara luas.[12]
B.
Hubungan pembelajaran
dengan kreativitas anak
Kreativitas merupakan salah satu
potensi yang dimiliki anak yang perlu dikembangkan sejak usia dini. Setiap anak
memiliki bakat kreatif dan ditinjau dari segi pendidikan, bakat kreatif dapat
dikembangkan dan karena itu perlu dipupuk sejak dini. Bila bakat kreatif anak
tidak dipupuk maka bakat tersebut tidak akan berkembang, bahkan menjadi bakat
yang terpendam yang tidak dapat diwujudkan.
Melalui proses pembelajaran dengan kegiatan yang menyenangkan bagi anak-anak yaitu melalui bermain, diharapkan dapat merangsang dan memupuk kreativitas anak sesuai dengan potensi yang dimilikinya untuk pengembangan diri sejak usia dini. [13]
Melalui proses pembelajaran dengan kegiatan yang menyenangkan bagi anak-anak yaitu melalui bermain, diharapkan dapat merangsang dan memupuk kreativitas anak sesuai dengan potensi yang dimilikinya untuk pengembangan diri sejak usia dini. [13]
Hal ini sejalan dengan apa yang
dikemukakan oleh Mulyasa (2005: 164) bahwa: “Proses pembelajaran pada
hakekatnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik, melalui
berbagai interaksi dan pengalaman belajar”.Dalam proses pembelajaran di kelompok
bermain, kreativitas anak dirangsang dan dieksplorasi melalui kegiatan bermain
sambil belajar sebab bermain merupakan sifat alami anak.
Diungkapkan oleh Munandar (2004:
94) bahwa penelitian menunjukkan hubungan yang erat antara sikap bermain dan kreativitas.
Namun, jelas Froebel (Patmonodewo, 2003: 7), bermain tanpa bimbingan dan arahan
serta perencanaan lingkungan di mana anak belajar akan membawa anak pada cara
belajar yang salah atau proses belajar tidak akan terjadi. Ia mengisyaratkan
bahwa dalam proses pembelajaran, pendidik bertanggung jawab dalam membimbing
dan mengarahkan anak agar menjadi kreatif.[14]
Ø Pembelajaran bagi anak usia dini
Berdasarkan definisi Konsensus Knowles dalam Mappa (1994:
12) pembelajaran merupakan suatu proses di dalam mana perilaku diubah, dibenarkan
atau dikendalikan. Sementara itu Abdulhak (2000: 25) menjelaskan bahwa proses
pembelajaran adalah interaksi edukatif antara peserta didik dengan
komponen-komponen pembelajaran lainnya. Pembelajaran di kelompok bermain jelas
sangat berbeda dengan di sekolah, dimana pembelajaran dilakukan dalam suasana
bermain yang menyenangkan.[15]
Anak-anak usia dini dapat saja diberikan materi pelajaran,
diajari membaca, menulis, dan berhitung. Bahkan bukan hanya itu saja, mereka
bisa saja diajari tentang sejarah, geografi, dan lain-lainnya. Jerome Bruner
menyatakan, setiap materi dapat diajarkan kepada setiap kelompok umur dengan
cara-cara yang sesuai dengan perkembangannya. Kuncinya adalah pada permainan
atau bermain (Supriadi, 2002: 40).
Permainan atau bermain adalah kata kunci pada pendidikan
anak usia dini. Ia sebagai media sekaligus sebagai substansi pendidikan itu
sendiri. Dunia anak adalah dunia bermain, dan belajar dilakukan dengan atau
sambil bermain yang melibatkan semua indra anak.
Supriadi (2002: 40) menjelaskan bahwa Bruner dan Donalson
dari telaahnya menemukan bahwa sebagian pembelajaran terpenting dalam kehidupan
diperoleh dari masa kanak-kanak yang paling awal, dan pembelajaran itu sebagian
besar diperoleh dari bermain. Bermain bagi anak adalah kegiatan yang serius
tetapi menyenangkan.
Menurut Conny R. Semiawan (Jalal, 2002: 16) melalui
bermain, semua aspek perkembangan anak dapat ditingkatkan. Dengan bermain
secara bebas anak dapat berekspresi dan bereksplorasi untuk memperkuat hal-hal
yang sudah diketahui dan menemukan hal-hal baru. Melalui permainan, anak-anak
juga dapat mengembangkan semua potensinya secara optimal, baik potensi fisik
maupun mental intelektual dan spiritual. Oleh karena itu, bermain bagi anak
usia dini merupakan jembatan bagi berkembangnya semua aspek.[16]
C.
Peran orang tua
dalam mengembangkan kreativitas anak
Kreativitas
merupakan kunci sukses dan keberhasilan dalam kehidupan. Orang yang tidak
kreatif, kehidupannya statis dan sulit sekali meraih keberhasilan. Dengan
keadaan zaman yang sudah mengglobal dan penuh dengan tantangan serta persaingan
seperti sekarang ini membutuhkan orang-orang yang kreatif. Begitu bermaknanya
kreativitas bagi kehidupan seseorang, maka pendidikan dan pengembangan
kreativitas tidak bisa ditunda-tunda, harus dimulai sejak usia dini. Agar
kreativitas anak dapat berkembang secara optimal, maka orang tua atau guru dapat
melakukan strategi 4P yaitu[17]:
1. Pribadi, orang tua harus paham, tiap anak memiliki
pribadi berbeda, tiap anak adalah unik. Karena itu kreativitas juga merupakan
sesuatu yang unik.
2. Pendorong, untuk mengembangkan kreativitas anak, orang
tua harus dapat memberikan dorongan kepada anaknya agar dapat memunculkan
motivasi dalam diri anak yaitu motivasi instrinsik dan ekstrinsik. [18]
3. Proses, jika sarana dan prasana sudah tersedia,
dorongan sudah ada, maka anakpun akan berproses dan berkreasi. Nah, proses
inilah yang penting untuk anak ketika bermain. Ia akan merasa mampu dan senang
bersibuk diri secara kreatif. Entah dengan melukis, menyusun balok-balok
menjadi sebuah menara dan sebagainya. Hargailah kreasinya tanpa perlu
berlebihan. Sebab, secara intuitif anak akan tahu, apakah penghargaan itu tulus
atau sekadar basa-basi.
4. Produk, setelah ketiga faktor di atas dipenuhi, maka
anakpun akan menghasilkan produk kreatif. Produk kreatif anak usia dini dapat
berupa lukisan, alat mainan, bentukan tanah liat. Peran orang tua di sini
adalah memberikan penghargaan atas produk-produk yang dihasilkan anak dengan
cara memberi pujian atau memajang hasil karya anak.[19]
Kreativitas
anak akan berkembang jika orang tua mempunyai kebiasaan-kebiasaan kreatif
seperti teliti, cermat, disiplin, dan keteraturan dalam kehidupan sehari-hari
yang dapat dicontoh oleh anak. Selain itu kreatif dalam berkarya seperti
membuat alat permainan bersama-sama dengan anak, memanfaatkan bahan-bahan alami
yang ada di lingkungan atau bahan bekas kemasan kebutuhan rumah tangga.
Peran orang tua memegang peranan yang sangat penting dalam memfasilitasi
perkembangan kreativitas anak, bukan memaksakan kehendak kepada anak. Karena
kreativitas lebih bersifat personal dan privasi, ketimbang sosial dan massal,
maka tumbuh kembangnya membutuhkan berbagai interaksi. Menumbuhkembangkan pola
interaksi yang positif antara orang tua dengan anak di rumah melalui bermain
dengan suasana yang menyenangkan merupakan sarana yang paling baik untuk
merangsang dan mengembangkan kreativitas anak.[20]
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kreativitas
anak usia dini adalah kreativitas alamiah yang dibawa dari sejak lahir.
Kreativitas alami seorang anak usia dini terlihat dari rasa ingin tahunya yang
besar. Hal ini terlihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan kepada orang
tuanya terhadap sesuatu yang dilihatnya. Adakalanya pertanyaan itu
diulang-ulang dan tidak ada habis-habisnya. Selain itu anak juga senang
mengutak-atik alat mainannya sehingga tidak awet dan cepat rusak hanya karena
rasa ingin tahu terhadap proses kejadian.
Ciri-ciri orang kreatif menurut
Utami Munandar (1995) adalah :
Ø
Keterbukaan terhadap pengalaman
baru
Ø
Kelenturan dalam berpikir
Ø
Kebebasan dalam mengekpresikan
diri
Ø
Menyukai dan menghargai fantasi
Ø
Kepercayaan terhadap
gagasan-gagasan sendiri
Ø
Kemandirian dalam memberikan
pertimbangan
Ø
Rasa ingin tahu yang luasdan
mendalam
Ø
Memberikan banyak gagasan atu usul
dalam suatu masalah
Ø
Menonjol dalam salah satu bidang
seni
Ø
Mampu melihat satu masalah dalam
berbagai sisi atau sudut pndang
Ø
Mempunyai rasa humor
Ø
Orisinal dalam mengungkapkan
gagasan dan pemecahan masalah
Kreativitas
seseorang berkembang dipengaruhi oleh faktor-faktor internal (diri sendiri) dan
eksternal (lingkungan). Faktor-faktor yang bersumber dari diri sendiri, seperti
kondisi kesehatan fisik, tingkat kecerdesan (IQ), dan kesehatan mental.
Sementara faktor lingkungan yang mendukung perkembangan kreativitas yaitu,
a) Orang tua atau pendidik dapat menerima anak
apa adanya, serta memberi kepercayaan padanya bahwa pada dasarnya dia baik dan
mampu.
b) Orang tua atau guru bersikap empati kepada
anak, dalam arti mereka memahami pikiran, perasaan, dan perilaku anak.
c) Orang tua atau pendidik memberi kesempatan
kepada anak untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan pendapatnya.
d) Orang tua atau pendidik memupuk sikap dan
minat anak dengan berbagai kegiatan yang positif.
e) Orang tua atau pendidik menyediakan sarana
prasarana pendidikan yang memungkinkan anak mengembangkan keterampilannya dalam
membuat karya-karya yang produktif-inovatif.
Kreativitas
merupakan salah satu potensi yang dimiliki anak yang perlu dikembangkan sejak
usia dini. Setiap anak memiliki bakat kreatif dan ditinjau dari segi
pendidikan, bakat kreatif dapat dikembangkan dan karena itu perlu dipupuk sejak
dini. Bila bakat kreatif anak tidak dipupuk
maka bakat tersebut tidak akan berkembang, bahkan menjadi bakat yang terpendam
yang tidak dapat diwujudkan.
Melalui proses pembelajaran dengan kegiatan yang menyenangkan bagi anak-anak yaitu melalui bermain, diharapkan dapat merangsang dan memupuk kreativitas anak sesuai dengan potensi yang dimilikinya untuk pengembangan diri sejak usia dini.
Melalui proses pembelajaran dengan kegiatan yang menyenangkan bagi anak-anak yaitu melalui bermain, diharapkan dapat merangsang dan memupuk kreativitas anak sesuai dengan potensi yang dimilikinya untuk pengembangan diri sejak usia dini.
Peran orang
tua memegang peranan yang sangat penting dalam memfasilitasi perkembangan
kreativitas anak, bukan memaksakan kehendak kepada anak. Karena kreativitas
lebih bersifat personal dan privasi, ketimbang sosial dan massal, maka tumbuh
kembangnya membutuhkan berbagai interaksi. Menumbuhkembangkan pola interaksi
yang positif antara orang tua dengan anak di rumah melalui bermain dengan
suasana yang menyenangkan merupakan sarana yang paling baik untuk merangsang
dan mengembangkan kreativitas anak
DAFTAR PUSTAKA
Ø Munandar. U. 1999. Pengembangan kreativitas anak
berbakat.
Jakarta: Rineka Cipta
Ø Munandar. U. 2002. Kreativitas
dan Keterbakatan. Jakarta: PT Gramedia pustaka utama
[1]
Heru basuki
[2]
Utama Munandar. Pengembangan Kreativitas anak berbakat.( Jakarta: Rineka
cipra, 1999). Hal 12
[3]
http://episentrum.com/artikel-psikologi/pengembangan-kreativitas-anak-melalui-pembelajaran-kelompok-bermain/
[5]
Utama Munandar. Pengembangan Kreativitas anak berbakat. Hal 12-13
[6]
http://episentrum.com/artikel-psikologi/pengembangan-kreativitas-anak-melalui-pembelajaran-kelompok-bermain/
[8]
utami Pengembangan Kreativitas anak berbakat. Hal 11
[9]
Ibid. hal 14
[11]
ibid
[12]
Utami munandar. Kreativitas dan keterbakatan.( Jakarta: PT Gramedia
pustaka utama, 2002). Hal 11
[13]
http://episentrum.com/artikel-psikologi/pengembangan-kreativitas-anak-melalui-pembelajaran-kelompok-bermain/
[15]
ibid
[17]
Utami munandar. Kreativitas dan keterbakatan. Hal 25
[18]
Utami munandar. Pengembangan Kreativitas anak berbakat. Hal 20-21
[19]
Utami munandar. Kreativitas dan keterbakatan. Hal 27-28