Pengikut

Senin, 30 April 2012


BK Individu dan Kelompok
( study kasus di SMP BAITUSSALAM Surabaya)

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Mengacu pada peraturan pemerintah No. 29/1990 tentang pendidikan menengah. Setiap manusia pada dasarnya memerlukan bimbingan sejak kecil untuk mempersiapkan masa dewasanya kelak supaya dapat diterima oleh lingkungan tempat tinggalnya. Masyarakat dengan bimbingan yang benar akan berjalan baik dan terarah. Begitu juga kepada para pelajar. Seperti kita telah ketahui bahwa bimbingan merupakan proses tuntunan, arahan secara terencana dan terus menerus terhadap peserta didik untuk menuju kedewasan atau kematangan mampu memecahkan masalah-masalah problem yang dihadapi guna mencapai kesejahteraan hidupnya.
Oleh sebab itu maka penulis akan membahas mengenai bimbingan dan konseling individu dan kelompok agar bisa menambah pengetahuan mendalam mengenai bimbingan dan konseling pada anak didik sehingga akan menjadi pencerahan tersendiri.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Gambaran umum obyek penelitian?
2.       Bagaimana Struktur Organisasi BK di SMP BAITUSSALAM?
3.      Bagaimana Jenis-jenis masalah yang sering di hadapi individu kelompok?
4.      Bagaimana Teknik Memahami Individu?
5.      Bagaimana Teknik-Teknik Bimbingan Konseling Individu dan Kelompok?
6.      Bagaimana Layanan Pemberian Informasi ?
7.      Bagaimana Langkah-Langkah Pemberian Bantuan dalam Konseling Kelompok dan Individu ?
8.      Bagaimana Bentuk-Bentuk Bimbingan Konseling Kelompok?
9.      Bagaimana Bentuk-Bentuk Bimbingan Konseling Individu ?
10.  Bagaimana Bentuk-Bentuk Bimbingan Konseling Kelompok dan Individu dalam Pembelajaran Perbaikan ?
11.  Bagaimana Bentuk-Bentuk BK Individu dan Kelompok dan Assismen?
12.  Bagaimana Evaluasi Bimbingan Konseling Individu dan Kelompok?
13.  Bagaimana Kelebihan dan Kekurangan Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling individu kelompok di SMP BAITUSSALAM?

C.    Tujuan Penelitian
1.      Mengetahui Gambaran umum obyek penelitian
2.       Mengetahui Struktur Organisasi BK di SMP BAITUSSALAM
3.      Mengetahui Jenis-jenis masalah yang sering di hadapi individu kelompok
4.      Mengetahui Teknik Memahami Individu
5.      Mengetahui Teknik-Teknik Bimbingan Konseling Individu dan Kelompok
6.      Mengetahui Layanan Pemberian Informasi
7.      Mengetahui Langkah-Langkah Pemberian Bantuan dalam Konseling Kelompok Individu
8.      Mengetahui Bentuk-Bentuk Bimbingan Konseling Kelompok
9.      Mengetahui Bentuk-Bentuk Bimbingan Konseling Individu
10.  Mengetahui Bentuk-Bentuk BK Kelompok Individu dalam Pembelajaran Perbaikan
11.  Mengetahui Bentuk-Bentuk BK Individu dan Kelompok dan Assismen
12.  Mengetahui Evaluasi Bimbingan Konseling Individu dan Kelompok
13.  Mengetahui Kelebihan dan Kekurangan Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling individu kelompok di SMP BAITUSSALAM

D.    Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian yang berjudul "laporan hasil bimbingan dan konseling individu dan kelompok di SMP BAITUSSALAM di surabaya". Secara teoritis dan kegunaan secara praktis adalah :
1.      Menambah khasanah dan wawasan keilmuan di bidang bimbingan dan konseling. hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pustaka bagi mahasiswa pada khususnya guru pembimbing dan masyarakat luas pada umumnya serta dapat dijadikan sebagai pijakan awal untuk penelitian lanjutan.
2.      Mengetahui pelaksanaan bimbingan dan konseling individu dan kelompok di SMP BAITUSSALAM Surabaya karena dirasa bahwa layanan Bimbingan konseling individu dan kelompok merupakan salah satu layanan yang penting dalam melakukan proses belajar mengajar. Sehingga hal ini sangat perlu untuk mendapat perhatian lebih.
Dan bagi peneliti sendiri, sebagai penambah wawasan tentang ilmu bimbingan dan konseling serta untuk memenuhi tugas penelitian dalam mata kuliah “bimbingan dan konseling individu dan kelompok disekolah”.    
E.     Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan di SMP BAITUSSALAM Surabaya menggunakan metode penelitian kualitatif, yakni suatu bentuk penelitian yang menghasilkan data deskriptif ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada.
Pada penelitian ini, peneliti langsung terjun ke lapangan untuk menyelidiki objek penelitian yaitu SMP BAITUSSALAM Surabaya, sedangkan dalam pengumpulan data-datanya  peneliti menggunakan metode sebagai berikut:
1.      Metode observasi
Metode observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian.
2.      Metode interview (wawancara)
Metode Interviw merupakan pengumpulan data atau informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. Dalam interviw ini peneliti secara langsung dengan menggunakan pertanyaan yang sesuai dengan kajian yang ditujukan kepada pelaksanaan Bimbingan dan Konseling.
















BAB II
KAJIAN TEORI

A.    Konsep bimbingan dan konseling individu dan kelompok
a.      Pengertian bimbingan dan konseling
Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan bisa berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, social, belajar maupun karier melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma – norma yang berlaku (SK Mendikbud No. 025/D/1995 )[1]
Bimbingan konseling adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu secara berkelanjutan dan sistematis, yang dilakukan oleh seorang ahli yang telah mendapat latihan khusus untuk itu, dengan tujuan agar individu dapat memahami dirinya, lingkungannya, serta dapat mengarahkan diri dan menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk mengembangkan potensi dirinya secara optimal untuk kesejateraan dirinya dan kesejahteraan masyarakat.[2]
b.      Pengertian bimbingan konseling individu
Bimbingan konseling individu yaitu bimbingan konseling yang memungkinkan klien mendapat layanan langsung tatap muka dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahan yang sifatnya pribadi yang dideritannya.[3]
Dalam konseling ini hendaknya konselor bersikap penuh simpati dan empati. Simpati artinya menunjukkan adanya sikap turut merasakan apa yang sedang dirasakan oleh klien. Dan empati artinya berusaha menempatkann diri dalam situasi diri klien denagn segala masalah-masalah yang dihadapinya. Dengan sikap ini klien akan memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada konselor.[4]
c.       Pengertian bimbingan konseling kelompok
Bimbingan dan konseling kelompok adalah kegiatan dalam membantu murid atau sekelompok murid memecahkan masalah-masalah dengan melalui kegiatan kelompok, yaitu yang dirasakan bersama oleh kelompok atau bersifat individual yaitu dirasakan oleh individu sebagai anggota kelompok.[5]
Dengan kata lain bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok. Dinamika kelompok adalah suasana yang hidup, yang berdenyut, bergerak, berkembang, yang ditandai dengan adanya interaksi antar sesama anggota kelompok.
Tujuan konseling kelompok meliputi:
·         Melatih anggota kelompok agar berani berbicara dengan orang banyak.
·         Melatih anggota kelompok dapat bertenggang rasa terhadap teman sebayanya.
·         Dapat mengembangkan bakat dan minat masing – masing anggota kelompok.
·         Mengentaskan permasalahan – permasalahan kelompok.[6]
d.      Pengertian bimbingan konseling individu kelompok
Bimbingan konseling yang membantu murid dalam mendapatkan layanan langsung tatap muka atau melalui kegiatan kelompok untuk dalam memecahkan masalah yang sedang dihadapinya yang sifatnya pribadi ataupun melalui dinamika kelompok.

B.     Jenis-jenis masalah yang di hadapi individu dan kelompok
a.      Masalah belajar
Dalam masalah ini individu merasakan kesulitan dalam menghadapi kegiatan pelajaran. Misalnya dalam cara membagi waktu belajar, memilih materi yang sesuai, menggunakan buku, mempersiapkan ujian, belajar sendiri, belajar berkelompok, menerima pelajaran disekolah, menyusun catatan, mengerjakan tugas-tugas dan pekerjaan rumah,[7] menyesuaikan dengan pelajaran baru, lingkungan sekolah, guru-guru tata tertib sekolah dan sebagainya.[8]
b.      Masalah pendidikan
Dalam masalah ini individu menghadapi berbagai kesulitan yang berhubungan dengan kegiatan pendidikan pada umumnya. Ketika anak memasuki situasi sekolah yang baru ia hadapkan pada berbagai masalah, seperti: menyesuaikan diri dengan pelajaran baru, lingkungan sekolah, guru-guru, tata tertib sekolah, cara belajar dan sebagainya. Dalam keseluruhan program pendidikan di sekolah murid-murid akan menghadapi masalah-masalah, seperti: memilih mata pelajaran yang sesuai, memilih kegiatan ekstrakulikuler, memilih jurusan yang cocok, menyusun program kegiatan-kegiatan, mencari teman-teman belajar yang cocok, dan sebagainya.
Pada akhir pendidikan murid-murid akan berhadapan dengan berbagai masalah, seperti: memilih studi lanjutan, memilih jenis-jenis latihan tertentu, merencanakan pendidikan lanjutan, memilih pendidikan tertentu untuk pekerjaan tertentu, menggunakan keterampilan-keterampilan tertentu untuk kegiatan-kegiatan tertentu.
Demikian pula masalah-masalah kelambatan dalam belajar yang di alami oleh murid-murid yang tergolong lambat dan yang terlampau cepat dalam belajar. Semuanya termasuk dalam masalah-masalah pendidikan. Masalah-masalah ini banyak dialami oleh murid sekolah pada umumnya.
c.       Masalah pekerjaan
Masalah-masalah ini berhubungan dengan pemilihan pekerjaan. Misalnya dalam memilih jenis-jenis pekerjaan yang cocok dengan dirinya, memilih latihan-latihan tertentuk untuk pekerjaan tertentu, mendapatkan penjelasan tentang jenis pekerjaan, memperoleh penyesuaian yang baik dalam lingkungan pekerjaan tertentu, penempatan dalam pekerjaan tertentu.[9]
Pada umumnya masalah pekerjaan ini dirasakan oleh murid-murid sekolah, terutama murid-murid sekolah menengah atas dan perguruan tinggi. Tetapi murid-murid sekolah menengah pertamapun tidak sedikit yang menghadapi masalah pekerjaan ini. Bahkan murid-murid SD pun banyak yang tidak lepas dari masalah ini. Terutama masalah ini dirasakan oleh murid-murid pada kelas terakhir dan oleh murid yang tidak melanjutkan pendidikannya.[10]
d.      Masalah penggunaan waktu luang
Masalah ini dirasakan oleh individu dalam menghadapi waktu-waktu yang luang yang tidak terisi oleh suatu kegiatan tertentu. Yang menjadi problema dalam masalah ini adalah bagaimana pada waktu libur-libur, pada waktu jam-jam bebas dan waktu diluar jam pelajaran, dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi individu yang bersangkutan ataupun bagi masyarakat.
Apabila seseorang tidak mampu menggunakan luang ini dengan baik, besar kecenderungan akan menimbulkan hal-hal yang negative, misalnya gejala-gejala kenakalan terutama pada remaja, pelanggaran ketertiban dan disiplin, melamun serta penyalahgunaan obat-obat bius dan lain sebagainya.[11]
e.       Masalah social
Kadang-kadang individu menghadapi kesulitan atau masalah dalam hubungannya dengan individu lain atau dengan lingkungan sosialnya. Masalah itu dapat timbul karena kekurang-mampuannya individu untuk berhubungan dengan lingkunagn sosialnya, atau lingkungan social itu sendiri yang kurang sesuai dengan keadaan dirinya. Misalnya kesulitan dalam persahabatan, mencari teman, merasa tersaing dalam pekerjaan-pekerjaan kelompok, memperoleh penyesuian dalam kegiatan-kegiatan kelompok, dalam menghadapi situasi social yang baru, dan sebagainya.
Kita sering mendapatkan murid-murid yang sebetulnya pandai dalam pelajaran, tetapi kurang mampu untuk berhubungan dengan teman-temannya. Ia kurang disenangi dalam pergaulan, bahkan diasingkan. Masalah-masalah tersebut sering disebut sebagai masalah social dan merupakan salah satu jenis maslaah yang sering dihadapi oleh murid-murid.[12]
f.       Masalah pribadi
Dalam penemuan hidup ini tidak selamanya akan selalu berada dalam jalan yang lapang dan penuh dengan keberhasilan. Di dalam hidup ini akan dijumpai situasi pasang surut dan mungkin pula penuh dengan kegagalan-kegagalan. Dalam hal  demikian itu mungkin individu akan menimbulkan stress psikologis bahkan mungkin akan menimbulkan gangguan neorosa baginya.
Gangguan-gangguan tersebut akan menyebabkan individu mengalami ketidakseimbangan pribadi ( mal ajustnment ). Masalah semacam ini biasanya banyak dialami oleh para remaja yang sedang menjelang masa pubertas, dengan ditandai adanya perubahan-perubahan yang cepat baik fisik atai psikis.[13]

C.    Teknik-teknik memahami murid
a.      Interview
Interview atau wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data. Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog (tanya-jawab) secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung. Wawancara dapat bersifat langsung yaitu, apabila data yang akan dikumpulkan langsung diperoleh dari individu yang bersangkutan. Misalnya wawancara dengan murid untuk memperoleh keterangan melalui dirinya. Wawancara yang bersifat tidak langsung, apabila wawancara yang dilakukan dengan seseorang untuk memperoleh keterangan mengenai orang lain, misalnya wawancara dengan orang tua murid untuk memperoleh keterangan mengenai ankanya. Juga wawancara yang bersifat indensentil yaitu apabila dilakukan sewaktu-waktu bila dianggap perlu. Dan bersifat berencana, yaitu apabila dilaksanakan secara berencana pada waktu yang telah ditentukan.[14]
Dalam usaha bimbingan biasanya konselor atau petugas bimbingan sebagai pencari informasi, sedang orang yang memberi informasi adalah klien, atau orang lain yang bisa membantu memberikan informasi tentang diri klien. Seperti wali guru kelas, guru bidang study, orang tua atau teman-teman klien. Sehubungan dengan pelaksanaan interview ini, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
·         Mengusahakan hubungan baik antara konselor dengan individu interview.
·         Melatih kemahiran dan ketangkasan di dalam bertanya.
·         Membuat petunjuk interview.
·         Jenis-jenis interview.
·         Kebaikan dan kelebihan interview dari metode interview.[15]
b.      Observasi
Merupakan suatu pengamatan terhadap fenomena-fenomena yang tampak. Dalam rangka usaha bimbingan observasi merupakan teknik untuk mengamati secara langsung atau tidak langsung terhadap tindakan atau kegiatan-kegiatan individu yang dibimbing baik di sekolah ataupun di luar sekolah. Teknik ini merupakan suatu teknik yang sederhana dan mudah dilakukan. Untuk mengadakan suatu identifikasi kasus, ataupun dalam pengumpulan data untuk suatu diagnosa[16]. Observasi ini dalam pelaksanaannya ada beberapa macam, yaitu:
·         Observasi partisipasi dan non partisipasi.
·         Observasi sistematis dan non sistematis.[17]
·         Observasi eksperimental dan non eksperimental.[18]
c.       Angket
Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan komunikasi dengan sumber data. Jika wawancara dilakukan dengan komunikasi secara lisan, maka dalam angket komunikasi tersebut dilakukan secara tertulis. Data yeng ingin dikumpulkan dijabarkan dalam bentuk pertanyaan secara tertulis dan responden memberikan jawaban secara tertulis pula. Seperti halnya dalam wawancara, angketpun dapat bersifat langsung dan tidak langsung.
Angket bersifat langsung jika angket diberika kepada responden untuk meminta keterangan mengenai dirinya. Misalnya angket kepada murid untuk memperoleh keterangan mengenai diri mereka. Angket tidak langsung jika disampaikan kepada responden untuk meminta keterangan mengenai orang lain. Misalnya angket diberika kepada orang tua untuk memperoleh keterangan mengenai anaknya. Dalam hal tertentu angket memiliki keuntungan yang leobih banyak dibandingkan dengan wawancara.[19]
d.      Sosiometri
Adalah salah satu teknik dalam usaha pengenalan terhadap diri klien, yang dimaksud untuk melihat hubungan social anak dalam suatu kelompok. Sosiometri ini juga disebut dengan ukuran berteman. Dengan sosiometri ini dapat dilihat atau diketahui baik tidaknya hubungan social atau baik tidaknya hubungan berteman anak. Hubungan social atau ukuran berteman yang dilihat dalam sosiometri antara lain adalah:
1.      Frekuensi
Yaitu sering tidaknya individu itu bergaul. Semakin sering individu bergaul, ini bisa diartikan bahwa ia semakin baik hubungan sosialnya. Sedangkan bagi individu yang suka mengisolir diri, maka ia menunjukkan bahwa ia kurang baik hunbungan sosialnya.
2.      Intensited
Yaitu mendalam (intim) atau tidaknya individu bergaul. Semakin mendalam seseorang dalam hubungan socialnya dapatlah diartikan bahwa hubungan sosialnya semakin baik. Teman yang intim dalam hubungannya di antara mereka, adalah merupakan teman yang akrab, yang akan lebih baik hubungannya daripada teman yang tidak intim. Tetapi hal ini pembimbing janganlah terlalu terburu-buru dalam mengambil suatu kesimpulan. Karena keintimannya tadi mungkion hanya berlaku untuk beberapa teman saja. Kalau demikian halnya, maka tidaklah dapat dijadikan suatu kriteria hubungan social yang baik.
3.      Popularited
Yaitu banyak sedikitnya teman bergaul dari individu. Semakin banyak teman bergaul individu, maka dapatlah diartikan bahwa semakin baik pula hubungan social mereka. Banyak sedikitnya teman bergaul individu dapat dilihat dari kepopuleran individu di kalangan teman-temannya.[20]
e.       Pemeriksaan fisik dan kesehatan
Teknik pengumpulan data mengenai keadaan fisik dan kesehatan ialah dengan memeriksakan fisik dan kesehatannya. Pemeriksaan secara medis dilakukan oleh ahli kesehatan seperti, dokter, perawat dan sebaginya. Sedangkan untuk aspek-aspek tertentu yang tidak bersifat medis dapat dilakukan oleh guru, seperti menimbang badan, mengukur tinggi badan, mencatat ciri-ciri fisik. Sedangkan kegiatan seperti pemeriksaan penglihatan, pendengaran, penyakit-penyakit tertentu, hendaknya dilakukan oleh petugas kesehatan.
Pemeriksaan fisik dan kesehatan ini dapat dilakukan secara periodic (berencana), misalnya pada awal tahun, tengah tahun atau akhir tahun atau mungkin pula dilakukan secara insidentil (sewaktu-waktu) sesuai dengan kebutuhan atau masalah yang dihadapinya.[21]
f.       Tes hasil belajar
Data yang amat penting dalam rangka memberikan bimbingan kepada murid. Dengan melihat hasil belajar yang dicapai kita dapat menetapkan jenis bimbingan yang diperlukan oleh murid. Angka hasil belajart yang dicapai murid menggambarkan masalah yang dihadapinya. Misalnya anak yang menunjukkan hasil belajar yang kurang, menggambarkan kemungkinan anak itu menghadapi suatu kesulitan dalam belajar.
Cara memperoleh data hasil belajar dapat dilakukan dengan memberikan test hasil belajar. Cara ini pada umumnya sudah banyak dilakukan oleh para guru alam bentuk ulangan, ujian, atau bentuk evalusi lainnya. Penyelenggaraan test dapat dilakukan secara berencana atau sewaktu-waktu menurut kebutuhan. Hal yang pentinh ialah agar test yang dilakukan hendaknya memenuhi persyaratan sebagai evaluasi yang baik.
Biasanya konselor atau guru pembimbing anak itu mengalami kesulitan belajarnya dari raportnya, dari nilai-nilai yang kurang . makin banyak nilai yang kurang makin menunjukkan murid itu memerlukan bantuan. Murid-murid yang memiliki rata-rata raport di bawah rata-rata keseluruhan, diperkirakan lebih banyak membutuhkan bantuan.[22]
g.      Tes psikologi
Test psikologi dipergunakan untuk mengumpulkan data yang bersifat potensi seperti: intelegensi, bakat, minat, kepribadian, sikap dan sebagainya. Untuk melaksanakannya dapat dipergunakan test psikologis yang sudah tersedia. Test psikologi tidak dapat diselenggarakan oleh sembarangan orang, tetapi harus oleh yang berwenag untuk itu. Tets-test psikologi merupakan test yang sudah distandardisasikan, artinya sudah ditetapkan tingkat kebaikannya.
Sekolah dapat menyelnggarakan test psikologi ini dengan meminta bantuan kepada lembaga-lembaga pendidikan yang telah memiliki test tersebut, seperti: IKIP, fakultas psikologi dan sebagianya. Test dapat diselenggarkan secara berencana, misalnya awal tahun atauakhir tahun atau dapat pula diselenggarakan sewaktu-waktu menurut kebutuhan.[23]
h.      Biografi dan cacatan harian
Biografi atau riwayat hidup catatan harian dapat merupakan salah satu tekhnik untuk mengumpulkan data tentang murid. Murid disuruh untuk mencatatkan berbagai kejadian tentang tentang dirinya baik yang sudah teralami, sedang dialami atau yang masih dicita-citakan. Bentuk yang paling sederhana dalam teknik ini ialah dengan meminta agar membuat karangan yang menyangkut tentang dirinya. Judul-judul karangan tersebut misalnya:
·         keadaan keluarga
·         cita-citaku dimasa mendatang.
·         pengalamanku ketika di Taman kanak-kanak
·         orang-orang yang paling kusenangi
·         Hobiku sekarang
·         Kegiatan diluar sekolah[24]
i.        Study documenter
Banyak data tentang murid yang sudah dicatat dalam beberapa dokumen seperti dalam buku induk, raport, buku pribadi, surat-surat keterangan, dan sebagainya. Data tersebut sangat berguna untuk dijadikan bahan pemahaman murid. Untuk itu data murid yang sudah didukomentasikan perlu sekali dianalisa dengan secermat-cermatnya. Teknik mempelajri data yang sudah didokumentasikan ini disebut teknik study dukomenter. Untuk menjamion kebenaran data documenter itu perlu sekali dicek dengan teknik-teknik lain seperti angket, wawancara dan observasi. Dengan studi documenter kita dapat membandingkan data yeng telah ada dengan data yang akan dikumpulkan.[25]
j.        Study kasus
Studi    kasus   adalah  metode    pengumpulan      data  yang   bersifat integratif   dan  komprehensif. Integratif artinya menggunakan berbagai tehnik pendekatan dan bersifat komprehensif artinya data yang dikumpulkan meliputi seluruh aspek pribadi individu secara lengkap ( Dewa Ktut Sukardi,1983 ).[26]
Studi kasus merupakan kegiatan pengumpulan informasi yang sangat terinci bahkan seringkali sangat bersifat pribadi. Data atau informasi yang dikumpukan dalam studi kasus bersifat menyeluruh dan terpadu.
Dikatakan menyeluruh karena data atau informasi yang dikumpulkan itu meliputi seluruh aspek kepribadian individu. Dan dikatakan terpadu karena studi kasus ini menggunakan berbagai macam pendekatan. Oleh Karena itu studi kasus ini dapat diartikan sebagai suatu teknik mempelajari seseorang individu secara mendalam dalam rangka membantu individu atau klien tersebut memecahkan masalah yang sedang dihadapinya.[27]
Studi kasus adalah suatu studi atau analisa komprehensif dengan menggunakan berbagai teknik. Bahan dan alat mengenai gejala atau ciri-ciri/karakteristik berbagai jenis masalah atau tingkah laku menyimpang, baik individu maupun kelompok.[28] Data yang dikumpulkan dalam study kasus ini ialah antara lain:
·         Identifikasi diri, seperti nama, kelamin, tanggal lahir, alamat, nomor pokok dan sebagainya.
·         Latar belakang keluarga, yang meliputi data mengenai: besarnya keluarga, status social keluarga, pekerjaan orang tua, keadaan saudara-saudaranya, situasi dirumah, bantuan orang tua dan sebagainya.
·         Keadaan kesehatan dan perkembangan jasmani, yang meliputi keterangan tentang ciri-ciri jasmani, penyakit yang diderita dan sebagainya.
·         Latar belakang pendidikan, seperti hasil belajar, pengalaman pendidikan, kegagalan dalam pendidikan, minat belajar, cita-cita pendidikan, dan sebagainya.
·         Kemampuan dasar, seperti kecerdasan, bakat, minat, sikap dan sebagainya.
·         Tingkah laku social, latar belakang pergaulan, kelompoknya, sikap terhadap orang lain, peranan dalam kelompoknya, dan sebagainya.[29]

D.    Teknik-teknik bimbingan kelompok dan individu
a.      Home room program
Yaitu suatu program kegiatan yang dilakukan dengan tujuan agar guru dapat mengenal murid-muridnya lebih baik, sehingga dapat membantunya secara efisien. Kegiatan ini dilakukan dalam kelas dalam bentuk pertemuan antara guru dengan murid diluar jam-jam pelajaran untuk membicarakan beberapa hal yang dianggap perlu. Dalam program home room ini hendaknya diciptakan suatu situasi yang bebas dan menyenangkan, sehingga murid-murid dapat mengutarakan perasaannya seperti dirumah. Dalam kesempatan ini diadakan Tanya jawab, merencanakan suatu kegiatan, menampung pendapat,dsb. Dalam contoh digambarkan guru merencanakan peninjauan keproyek jalan raya. Murid-murid diberikan kebebasan untuk berbicara, bertanya dan mengajukan usul.[30]
Program hoom room dapat diadakan secara periodic (berencana) atau dapat pula dilakukan sewaktu-waktu.[31]
b.      Karya wisata
Karyawisata atau field trip selain berfungsi sebagai kegiatan rekreasi atau metode mengajar, dapat pula berfungsi sebagai salah satu tehnik dalam bimbingan kelompok. Dengan berkaryawisata murid mendapat kesempatan meninjau objek-objek yang menarik dan mereka mendapat informasi yang lebih baik dari objek itu. Disamping itu murid-murid mendapat kesempatan untuk memperoleh penyesuaian dalam kehidupan kelompok, misalnya dalam berorganisasi, kerja sama, rasa tanggungjawab, percaya pada diri sendiri. Juga dapat mengembangkan bakat dan cita-cita yang ada.[32]
Dalam contoh seorang anak dapat kesempatan untuk mengembangkan kesenangannya dan bakatnya dalam peninjauan keproyek jalan raya. Ia dapat menunjukkan kemampuannya kepada teman-temannya dan mengembalikan harga dirinya.[33]
c.       Diskusi kelompok
Diskusi kelompok merupakan suatu cara dimana murid-murid akanmendapat kesempatan untuk memecahkan masalah bersama-sama. Setiap murid dapat menyumbangkan pikiran masing-masing dalam memecahkan suatu masalah. Dalam diskusi itu dapat tertanam pula rasa tanggungjawab dan harga diri[34]. Masalah yang mungkin dapat diduskusikan antara lain:
a.       pembagian kerja dalam suatu kegiatan kelompok
b.      perencanaan suatu kegiatan
c.       masalah-masalah pekerjaan
d.      masalah belajar
e.       masalah penggunaan waktu senggang
f.       masalah persahabatan, keluarga dsb.[35]
d.      Sosiodrama
Adalah suatu teknik dalam bimbingan untuk memecahkan masalah social yang dihadapioleh individu dengan jalan bermain peranan. Dalam hal ini individu memerankan suatu peranan tertentu dari suatu gambaran situasi social yang sedang meraka hadapi.
Dalam kesempatan berperan ini individu akan dapat menghayati secara langsung seperti betul-betul terjadi dalam situasi yang sebenarnya.[36]
e.       Psikodrama
Jika sosiodrama merupakan teknik untuk memecahkan masalah-masalah social, maka psikodrama adalah teknik untuk memecahkan masalah-masalah psychis yang dialami oleh individu. Dengan memerankan suatu peranan tertentu, konflik atau ketegangan yang ada dalam dirinya dapat dikurangi atau dihindarkan. Kepada sekelompok murid dikemukakan suatu cerita yang didalamnya tergambarkan adanya suatu ketengan psychis yang alami oleh individu. Kemudian, murid-murid diminta untuk memainkan di muka kelas. Bagi murid yang mengalami ketegangan, permainan dalam peranan itu dapat mengurangi ketegangannya.[37]

E.     Layanan pemberian informasi
a.      Konsep informasi
Layanan yang memberikan sejumlah informasi kepada peserta didik. Tujuan layanan ini agar peserta memiliki informasi yang memadai, baik informasi tentang dirinya atau tentang lingkungannya. Informasi yang diterima oleh siswa merupakan bantuan dalam membuat keputusan secara tepat.[38]
b.      Layanan informasi kehidupan sekolah atau perguruan tinggi
Layanan bimbingan yang memungkinkan peserta didik dan pihak – pihak lain yang dapat memberikan pengaruh yang besar kepada peserta didik dalam menerima dan memahami informasi yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan sahari–hari sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat.[39]
Layanan informasi bertujuan untuk membekali individu dengan berbagai pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai hal yang berguna untuk menganal diri, merencanakan dan mengembangkan kehidupan sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat. Pemahaman yang diperoleh melalui layanan informasi, digunakan sebagai bahan acuan dalam meningkatkan kegiatan dan prestasi belajar, mengembangkan cita-cita, menyelenggrakan keghidupan sehari-hari dan mengambil keputusan. Fungsi utama bimbingan yang didukung oleh jenis layanan informasi ialah fungsi pemahaman dan pencegahan.[40]
c.       Langkah-langkah pemberian informasi
·         Metode ceramah
Ceramah merupakan metode pemberian informasi yang paling sederhana, mudah, dan murah. Dalam arti bahwa metode ini dapat dilakukan hampir oleh setiap petugas bimbingan disekolah. Disamping itu, teknik ini juga tidak memerlukan prosedur dan biaya yang banyak. Penyajian informasi dapat dilakukan oleh kepala sekolah, konselor, guru-guru dan staf sekolah lainnya. Atau dapat juga dengan mendatangkan narasumber, misalnya dari lembaga-lembaga pendidikan, departemen tenaga kerja, badan-badan usaha dan lain-lain.[41]
·         Diskusi
Penyampaian informasi kepada siswa dapat dilakukan melalui diskusi, diskusi semacam ini dapat diorganisasikan baik oleh siswa sendiri maupun oleh konselor, atau guru. Apabila diskusi penyelenggaranya dilakukan oleh para siswa, maka perlu dibuat persiapan yang matang. Siswa hendaknya didorong untuk mendapatkan sebanyak mungkin bahan informasi yang akan disajikannya itu, dari tangan yang lebih mengetahuinya.
Konselor, guru bertindak sebagai pengamat sedapat-dapatnya memberikan pengarahan ataupun melengkapi informasi-informasi yang dibahas didalam diskusi tersebut. Selanjutnya, untuk menarik perhatian para peserta dapat ditampilkan berbagai contoh dan peragaan lainnya.[42]
·         Karyawisata
Karyawisata merupakan salah satu bentuk kegiatan belajar mengajar yang telah dikenal secara meluas, baik oleh masyarakat sekolah maupun masyarakat umum. Dalam bidang bimbingan dan konseling, karyawisata mempunyai dua sumbangan pokok. Pertama, membantu siswa belajar dengan menggunakan berbagai sumber yang ada dalam masyarakat yang dapat menunjang perkembangan mereka. Kedua, memungkinkan diperolehnya informasi yang dapat membantu pengembangan sikap-sikap terhadap pendidikan, pekerjaan, dan berbagai masalah dalam masyarakat.[43]
Penggunaan karyawisata untuk maksud membantu siswa mengumpulkan informasi dan mengembangkan sikap-sikap yang positif, menghendaki siswa berpartisipasi secara penuh baik dalam persiapan maupun pelaksanaan berbagai kegiatan terhadap objek yang dikunjungi . kegiatan karyawisata dapat dilakukan diberbagai lapangan.[44]
·         Buku panduan
Buku-buku panduan (seperti buku panduan sekolah atau perguruan tinggi, buku panduan kerja bagi para karyawan) dapat membantu siswa dalam mendapatkan banyak informasi yang berguna. Selain itu siswa juga dapat diajak membuat “buku karier” yang merupakan kumpulan berbagai artikel dan keterangan tentang pekerjaan/pendidikan dari Koran-koran dan media cetak lainnya.[45]
·         Konferensi karier
Konferensi karier dilakukan dengan mengikuti salah satu pola dibawah ini, yaitu:
a)      Pola pertama, menyisihkan waktu selama satu jam atau lebih diluar hari-hari sekolah setiap semester. Selama waktu ini siswa dibagi atas beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok mengadakan diskusi dengan narasumber yang ditentukan sebelumnya.
b)      Pola kedua, menyediakan waktu sehari penuh atau lebih setiap semester untuk mengadakan konferensi. Pelaksanaan konferensi diawali dengan pertemuan umum, kemudian dilanjutkan dengan pertemuan kelompok. Dalam kesempatan ini siswa diberi kesempatan untuk mengikuti sejuimlah pertemuan yang berbeda.
c)      Pola ketiga, menyediakan jadwal konferensi dengan mengadakan pertemuan sekali setiap minggu. Siswa dapat mengikuti diskusi sesuai dengan bidangh-bidang yang diminatinya. Pola seperti ini tidak saja menguntungkan siswa untuk berperan serta dalam berbagai kelompok diskusi yang diminatinya, tetapi juga prosedur administrasinya tidak terlalu merepotkan.
d)     Pola keempat, mengadakan pekan bimbingan karier selama satu minggu terus menerus.[46]

F.     Langkah-langkah pemberian bantuan dalam konseling kelompok dan individu
a.      Identifikasi kasus
Pada langkah ini yang harus diperhatikan guru adalah mengenal gejala-gejala awal dari suatu masalah yang dihadapi siswa. Maksud dari gejala awal disini adalah apabila siswa menujukkan tingkah laku berbeda atau menyimpang dari biasanya. Untuk mengetahui gejala awal tidaklah mudah, karena harus dilakukan secara teliti dan hati-hati dengan memperhatikan gejala-gejala yang nampak, kemudian dianalisis dan selanjutnya dievaluasi.[47]
Apabila siswa menunjukkan tingkah laku atau hal-hal yang berbeda dari biasanya, maka hal tersebut dapat diidentifikasi sebagai gejala dari suatu masalah yang sedang dialami siswa. Sebagai contoh, Benin seorang siswa yang mempunyai prestasi belajar yang bagus, untuk semua mata pelajaran ia memperoleh nilai diatas rata-rata kelas. Dia juga disenangi teman-teman maupun guru karena pandai bergaul, tidak sombong, dan baik hati. Sudah dua bulan ini Benin berubah menjadi agak pendiam, prestasi belajarnyapun mulai menurun. Sebagai guru Bimbingan Konseling, ibu Heni mengadakan pertemuan dengan guru untuk mengamati Benin. [48]
Dari hasil laporan dan pegamatan yang dilakukan oleh beberapa orang guru, ibu Heni kemudian melakukan evaluai berdasarkan masalah Benin dengan gejala yang nampak. Selanjutnya dapat diperkirakan jenis dan sifat masalah yang dihadapi Benin tersebut. Karena dalam pengamatan terlihat prestasi belajar Benin menurun, maka dapat diperkirakan Benin sedang mengalmi masalah ” kurang menguasai materi pelajaran “. Perkiraan tersebut dapat dijadikan sebagai acuan langkah selanjutnya yaitu diagnosis.[49]

b.      Diagnosis
Pada langkah diagnosis yang dilakukan adalah menetapkan ” masalah ” berdasarkan analisis latar belakang yang menjadi penyebab timbulnya masalah. Dalam langkah ini dilakukan kegiatan pengumpulan data mengenai berbagai hal yang menjadi latar belakang atau yang melatarbelakangi gejala yang muncul. Pada kasus Benin, dilakukan pengumpulan informasi dari berbagai pihak. Yaitu dari orang tua, teman dekat, guru dan juga Benin sendiri. Dari informasi yang terkumpul, kemudian dilakukan analisis maupun sistesis dan dilanjutkan dengan menelaah keterkaitan informasi latar belakang dengan gejala yang nampak.[50]
Dari informasi yang didapat, Benin terlihat menjadi pendiam dan prestasi belajamya menurun. Dari informasi keluarga didapat keterangan bahwa kedua orang tua Benin telah bercerai. Berdasarkan analisis dan sistesis, kemudian diperkirakan jenis dan bentuk masalah yang ada pada diri Benin yaitu karena orang tuanya telah bercerai menyebabkan Benin menjadi pendiam dan prestasi belajarnya menurun, maka Benin sedang mengalami masalah pribadi.[51]
c.       Prognosis
Langkah prognosis, yaitu langkah untuk menetapkan jenios bantuan yang akan dilaksanakan untuk membimbing anak. Langkah prognosis ini ditetapkan berdasarkan kesimpulan dalam langkah diagnosis, yaitu setelah ditetapkan masalahnya dan latar belakangnya. Langkah prognosis inio, ditetapkan bersama setelah mempertimbangkan berbagai kemungkinan dan berbagai factor.[52]
Seperti rumusan kasus Benin, maka diperkirakan Benin menghadapi masalah, rendah diri karena orang tua telah bercerai sehingga merasa kurang mendapat perhatian dari mereka. Dari rumusan jenis dan bentuk masalah yang sedang dihadapi Benin, maka dibuat alternatif tindakan bantuan, seperti memberikan konseling individu yang bertujuan untuk memperbaiki perasaan kurang diperhatikan, dan rendah diri. Dalam hal ini konselor menawarkan alternatif layanan pada orang tua Benin dan juga Benin sendiri untuk diberikan konseling. Penawaran tersebut berhubungan dengan kesediaan individu Benin sebagai orang yang sedang mempunyai masalah (klien).[53]
Dalam menetapkan prognosis, pembimbing perlu memperhatikan:
a.       Pendekatan yang akan diberikan dilakukan secara perorangan atau kelompok.
b.      Siapa yang akan memberikan bantuan, apakah guru, konselor, dokter atau individu lain yang lebih ahli.
c.       Kapan bantuan akan dilaksanakan, atau hal-hal apa yang perlu dipertimbangkan.
Apabila dalam memberi bimbingan guru mengalami kendala, yaitu tidak bisa diselesaikan karena terlalu sulit atau tidak bisa ditangani oleh pembimbing, maka penanganan kasus tersebut perlu dialihkan penyelesainnya kepada orang yang lebih berwenang, seperti dokter, psikiater atau lembaga lainnya. Layanan pemindahtanganan karena masalahnya tidak mampu diselesaikan oleh pembimbing tersebut dinamakan dengan layanan referal. Pada dasarnya bimbingan merupakan proses memberikan bantuan kepada pihak siswa agar ia sebagai pribadi memiliki pemahaman akan diri sendiri dan sekitarnya, yang selanjutnya dapat mengambil keputusan untuk melangkah maju secara optimal guna menolong diri sendiri dalam menghadapi dan memecahkan masalah, dan siswa atau individu yang mempunyai masalah tersebut menetukan alternatif yang sesuai dengan kemampuannya.[54]
d.      Pemecahan terapi / tretmeant
Setelah guru merencanakan pemberian bantuan, maka dilanjutkan dengan merealisasikan langkah-langkah alternatif bentuk bantuan berdasarakn masalah dan latar belakang yang menjadi penyebanya. Langkah pemberian bantuan ini dilaksanakan dengan berbagai pendekatan dan teknik pemberian bantuan. Pada kasus Benin telah direncanakan pemberian bantuan secara individual. Pada tahap awal diadakan pendekatan secara pribadi, pembimbing mengajak Benin menceritakan masalahnya, mungkin pada awalnya Benin akan sangat sulit menceritakan masalahnya, karena masih memiliki perasaan takut atau tidak percaya terhadap pembimbing. [55]
Dalam hal ini pembimbing dituntut kesabarannya untuk bisa membuka hati Benin agar mau menceritakan masalahnya, dan menyakinkan kepada Benin bahwa masalahnya tidak akan diceritakan pada orang lain serta akan dibantu menyelesaikannya. Pemberian bantuan ini dilakukan tidak hanya sekali atau dua kali pertemuan saja, tetapi perlu waktu yang berulang-ulang dan dengan jadwal dan sifat pertemuan yang tidak terikat, kapan Benin sebagai individu yang mempunyai masalah mempunyai waktu untuk menceritakan masalahnya dan bersedia diberikan bantuan.
Oleh sebab itu seorang pembimbing harus dapat menumbuhkan transferensi yang positif dimana klien mau memproyeksikan perasaan ketergantungannya kepada pembimbing (konselor).[56]
e.       Langkah-langkah evaluasi dan follow up
Langkah ini dimaksudkan untuk menilai untuk mengetahui sejauh mana terapi yang telah dilakukan dan telah mencapai hasilnya. Dalam langkah follow up atau tindak lanjut, dilihat perkembangan selanjutnya dalam jangka waktu yang lebih jauh.[57]
Dalam contoh diatas digambarkan guru pembimbing mengadakan wawancara dengan kasus, mengunjungi rumah, memanggil orangtua, melihat angka-angka ulangan, test sosiometri, dan mengobservasi kegiatannya dikelas.[58]

G.    Bentuk-bentuk bimbingan konseling kelompok
a.      Jenis-jenis kelompok
a)      Kelompok Bebas
Dalam kegiatannya para anggota bebas mengemukakan segala pikiran dan perasaanya dalam kelompok. Selanjutnya apa yang disampaikan mereka dalam kelompok itulah yang menjadi pokok bahasan kelompok.
b)      Kelompok Tugas
Dalam penyelenggaraan bimbingan kelompok tugas arah dan isi kegaiatannya tidak ditentukan oleh para anggota, melainkan diarahkan kepada penyelesaiannya suatu tugas. Pemimpin kelompok mengemukakan suatu tugas untuk selanjutnya dibahas dan diselesaikan oleh anggota kelompok.[59]
b.      Anggota kelompok
Keanggotaan merupakan salah satu unsur pokok dalam proses kehidupan kelompok. Peranan kelompok ini tidak akan terwujud tanpa keikutsertaan aktif para angota kelompok, dan bahkan lebih dari itu. Peranan yang hendaknya dimainkan anggota kelompok sesuai yang diharapkan menurut Prayitno (1995:32) adalah sebagai berikut :
a)      Membantu terbinanya suasana keakraban dalam hubungan antar anggota kelompok.
b)      Mencurahkan segenap perasaan dalam melibatkan diri dalam kegiatan kelompok.
c)      Berusaha agar yang dilakukannya itu membantu tercapainya tujuan bersama.
d)     Membantu tersusunnya aturan kelompok dan berusaha mematuhinya dengan baik.
e)      Benar-benar berusaha untuk secara efektif ikut serta dalam seluruh kegiatan kelompok.
f)       Mampu mengkomunikasikan secara terbuka.
g)      Berusaha membantu orang lain.
h)      Memberikan kesempatan kepada anggota lain untuk juga menjalani peranannya.
i)        Menyadari pentingnya kegiatan kelompok tersebut.[60]
c.       Pembimbing atau Pemimpin kelompok
Pembimbing atau Pemimpin kelompok adalah orang yang mampu menciptakan suasana sehingga para anggota kelompok dapat belajar bagaimana mengatasi masalah-masalah mereka sendiri. Menurut Prayitno (1995: 35-36) peranan pemimpin kelompok dalam layanan bimbingan kelompok adalah sebagai berikut.:
·         Pemimpin kelompok dapat memberikan bantuan, pengarahan atau campur tangan langsung terhadap kegiatan kelompok.
·         Pemimpin kelompok memusatkan perhatian pada suasana perasaanyang berkembang dalam kelompok itu, baik perasaan anggotaanggota tertentu maupun keseluruhan kelompok.
·         Pemimpin kelompok dapat menanyakan suasana perasaan yang dialami oleh anggota kelompok. Jika kelompok tersebut tampak kurang menjurus ke arah yang dimaksudkan, maka pemimpin kelompok perlu memberikan arah yang dimaksudkan.
·         Pemimpin kelompok juga perlu memberikan tanggapan (umpan balik) tentang berbagai hal yang terjadi dalam kelompok, baik yang bersifat isi maupun proses kegiatan kelompok.
·         Pemimpin kelompok diharapkan mampu mengatur lalu lintas kegiatan kelompok, pemegang atauran permainan (menjadi wasit), pendamai dan pendorong kerjasama serta suasana kebersamaan.
·         Sifat kerahasiaan dari kelompok itu dengan segenap isi dan kejadian-kejadian yang timbul di dalamnya juga menjadi tanggung jawab pemimpin kelompok.[61]
d.      Langkah-langkah bimbingan dan konseling dan evaluasi bimbingan kelompok
a.       Kegiatan kelompok bebas
1.      Pengemukaan masalah
2.      Pemilihan masalah/topik
3.      Pembahasan masalah/topik
b.      Kegiatan kelompok tugas
1.      Mengemukakan masalah
2.      Tanya jawab tentang masalah yang diajukan
3.      Pembahasan[62]

H.    Bentuk-bentuk bimbingan konseling individu
a.      Directive konseling
Konseling directiv ini di pelopori oleh E.G Williamson dan J.G Darley yang berasumsi dasar bahwa klien tidak mampu mengatasi sendiri masalah yang dihadapinya. Karena itu, klien membutuhkan bantuan dari oreng lain, yaitu konselor. Dalam directive ini, klien bersifat pasif dan yang aktif adalah konselor. Dengan demikian, inisiatif dan peranan utama pemecahan masalah lebih banyak dilakukan oleh konselor. Klien bersifat menerima perlakuan dan keputusan yang dibuat oleh konselor. Dalam konseling direktif diperlukan data yang lengkap tentang klien untuk dipergunakan dalam usaha diagnosis.[63]
Jadi dalam konseling directive ini konselor mengambil peranan penting dan berusaha memberi pengarahan yang sesuai dengan penyelesain masalahnya. Konselor seolah-olah menjadi pusatnya dalam proses penyelesaian masalah.[64]
b.      Non-directing konseling
Konseling non direktif dikembangkan oleh Carl R. Rogers guru besar dalam psikologi dan psikiatri, universitas Wisconsin, dan dipandang sebagai bapak konseling non direktif ( clien-centered counseling ). konseling ini memberikan suatu gambaran bahwa yang menjadi pusat dari proses konseling adalah klien bukan konselor . karena itu dalam proses konseling klien itu sendiri didorong untuk mencari dan menemukan cara yang terbaik dalam pemecahan masalah.[65]
Jadi dengan kata lain konseling ini kebalikan dengan konseling directive konseling non-directive menempatkan si penerima konseling dalam posisi pusat konseling. Si penerima menjadi pusat daripada tindakan-tindakan dan proses konseling ini. Konselor hanya mendengarkan, menempung pembicaraan, sedangkan yang diberi konseling mengambil peranan aktif, berbicara bebas.[66]
 Konselor menampung dan mengembalikan keputusan-keputusan yang dikemukakan oleh yang bersangkutan. Akhirnya orang yang diberi konseling sendiri yang memilih penyelesaian masalah yang telah dikemukakannya sendiri.[67]
c.       Eklective  konseling
Konseling ini merupakan campuran dari directive dan non-directive. Pada elective konseling, konselor menampung pembicaraan dan penyaluran semua perasaan kekesalan disamping konselor juga memberikan pengarahan dalam mencari dan menemukan pemecahan persoalannya.[68]





I.       Bentuk-bentuk bimbingan konseling individu dan kelompok dalam pembelajaran perbaikan
a.      Konsep pembelajaran perbaikan
Pengajaran perbaikan merupakan suatu bentuk bantuan yang diberikan kepada seorang (individu) atau sekolompok siswa yang menghadapi masalah belajar dengan maksud untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam proses dan hasil belajar mereka. Dalam hal ini bentuk kesalahan yang paling pokok berupa kesalah pengertian dan tidak menguasai konsep-konsep dasar, apabila kesalahan-kesalahan itu diperbaiki, maka siswa mempunyai kesempatan untuk mencapai hasil belajar yang optimal.
Dibandingkan dengan pengajaran biasa, pengajaran perbaikan sifatnya lebih khusus, karena bahan, metode dan pelaksanaannya disesuaikan dengan jenis, sifat dan latar belakang masalah yang dihadapi siswa. Disamping itu, bekerja dengan siswa-siswa yang mengikuti pelajaran di kelas biasa. Kalau di dalam kelas biasa unsur emosional dapat dikurangi sedemikian rupa, maka siswa yang sedang menghadapi masalah belajar justru sebaliknya. Ia (mereka) mungkin dihinggapi oleh berbagai perasaan takut, cemas, tidak tentram, bingung, bimbang, dan sebagainya.
Dalam hal ini, adalah amat yang penting adalah guru dan konselor memahami perasaan-perasaansiswa yang seperti itu. Tingkah laku yang ditampilkan oleh siswa menghendaki adanya perhatian dari guru dan konselor. Tidak dapat disangsikan bahwa yang utama harus di upayakan oleh guru dan konselor adalah mendorong siswa untuk mau belajar.[69]
b.      Pendekatan pembelajaran perbaikan
1.      Pendekatan yang bersifat kuratif
Pendekatan ini diadakan mengingat kenyataannya ada seseorang atau sejumlah siswa, bahkan mungkin seluruh anggota kelompok belajar tidak mampu menyelesaikan program secara sempurna sesuai kriteria keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Program dalam proses itu dapat diartikan untuk setiap pertemuan, unit pelajaran, atau satuan waktu tertentu.


Untuk mencapai sasaran pencapaian dapat menggunakan pendekatan:
a)      Pengulangan
Pengulangan ini dapat dilakukan dengan berbagai tingkatan sesuai dengan diagnostinya, yaitu: pada setiap akhir pertemuan, pada setiap akhir unit pelajaran tertentu, pada akhir setiap satuan program study.[70]
b)      Pengayaan/pengukuhan
Layanan ini dikenakan pada siswa yang kelemahannya ringan dengan secara akademik mungkin termasuk berbakat dengan cara: pemberian tugas/pekerjaan rumah, pemberian tugas/soal dikerjakan dikelas.
c)      Pencepatan
Layanan ini ditujukan kepada siswa yang berbakat tetapi menunjukkan kesulitan psikososial (ego emosional).[71]
2.      Pendekatan yang bersifat preventif
Pendekatakan ini ditujukan kepada siswa tertentu yang berdasarkan data/informasi diprediksikan atau patut diduga akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan suatu program study tertentu yang akan ditempuhnya. Prediksi itu dikategorikan menjadi tiga , yaitu:
a)      Bagi yang termasuk kategori normal mampu menyelesaikan program belajar mengajar biasa sesuai dengan waktu yang disediakan.
b)      Bagi mereka yang diperkirakan terlambat atau tidak menyelesaikan program dengan batas waktu yang ditetapkan. Berdasarkan prediksi tersebut maka layanan pembelajaran perbaikan dapat dalam bentuk:
·         Bentuk kelompok belajar homogen
·         Bentuk individual
·         Bentuk kelompok dengan kelas remidial[72]
3.      Pendekatan yang bersifat pengembangan
Pendekatan ini merupakan upaya yang dilakukan guru selama proses belajar mengajar berlangsung. Sasaran pokok dari pendekatan ini adalah agar siswa dapat mengatasi hambatan-hambatan atau kesulitan-kesulitan yang mungkin dialami selama proses belajar mengajar berlangsung. Karena itu diperlukan peranan bimbingan dan konseling agar tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan berhasil.[73]
c.       Macam-macam pendekatan pembelajaran perbaikan
1.      Pendekatan yang bersifat kuratif
2.      Pendekatan yang bersifat preventif
3.      Pendekatan yang bersifat pengembangan[74]
d.      Metode Pembelajaran Perbaikan
1.      Tanya jawab
Metode ini digunakan dalam rangka pengenalan kasus untuk mengetahui jenis dan sifat kesulitannya.
2.      Diskusi
Metode ini digunakan dengan memanfaatkan interaksi antar individu dalam kelompok untuk memperbaiki kesulitan belajar yang dialami oleh kelompok siswa.
3.      Metode Tugas
Metode ini dapat digunakan dalam rangka mengenal kasus dan dalam rangka pemberian bantuan. Dengan pemberian tugas tentu baik bagi individu maupun secara kelompok siswa yang mengalami kesulitan dapat ditolong.
4.      Kerja Kelompok
Metode ini hampir bersamaan dengan metode pemberian tugas dan metode diskusi. Yang penting adalah interaksi diantara kelompok dengan harapan terjadi perbaikan pada diri siswa yang mengalami kesulitan belajar.
5.      Metode Tutor
Tutor adalah siswa yang sebaya yang ditunjuk/ditugaskan membantu temannya yang mengalami kesulitan belajar, karena hubungan antara teman umumnya lebih dekat dibandingkan hubungan guru siswa.
6.      Pengajaran Individual
Pengajaran individual adalah interaksi antara guru-siswa secara individual dalam proses belajar mengajar. Pendekatan metode ini bersifat individual sesuai dengan kesuliatan yang dihadapi siswa.[75]  

e.         Prosedur pembelajaran perbaikan
Remedial teaching yang merupakan salah satu bentuk bimbingan belajar dapat dilaksanakan melalui prosedur sebagai berikut:
1)      Meneliti kasus dengan permasalahannya sebagai titik tolak kegiatan-kegiatan berikutnya. Tujuan penelitian kasus ini adalah agar memperoleh gambaran yang jelas mengenai kasus tersebut, seta cara dan kemungkinan pemecahannya. Berdasarkan atas penelitian kasus akan dapat ditentukan murid-murid perlu mendapatkan remedial teaching.
Dalam langkah pertama ini juga dibahas mengenai factor-faktor penyebab kesulitan murid, baik yang berasal dari diri sendiri maupun yang berasal dari luar dirinya. Yang berasal dari dalam diri misalnya:
a)      Tingkat kecerdasan
b)      Motivasi untuk berprestasi
c)      Sika dalam belajar
d)     Penguasaan pengetahuan belajar
Sedangkan penyebab yang berasal dari luar, yaitu:
a)      Keterbatasan sumber belajar
b)      Kecocokannya dengan program yang diambil
c)      Kurang tepat cara mengajar
d)     Fasilitas yang terbatas
e)      Kurang serasi hubungan guru dan murid
f)       Pengaruh lingkungan terhadap belajar[76]
2)      Menentukan tindakan yang harus dilakukan. Dalam langkah ini sebagai kelanjutan langkah pertama diatas dilakukan usaha-usaha untuk menetukan karakteristik kasus yang ditangani tersebut. Setelah karakteristik harus ditentukan, maka tindakan pemecahan perlu dipikirkan, yaitu sebaga berikut:
a)      Kalau kasusnya ringan tindakan yang ditentukan adalah memberikan remedial teaching
b)      Kalau kasunya cukup dan berat, maka sebelum diberikan remedial teaching harus diberika layanan konseling terlebh dahulu, yaitu untuk mengatasi hambatan-hambatan emosional yang memengaruhi cara belajarnya.
3)      Pemberian layanan khusus yaitu bimbingan dan konseling. Tujuan dari layanan khusus bimbingan konseling ini adalah mengusahakan agar murid menjadi kasus tersebut terbatas dari hambatan mental emosional (ketegangan batin), sehingga kemudian siap menghadapi kegiatan belajar secara belajar.
4)      Langkah-langkah pelaksanaan remedial teaching. Sasaran poko pada langkah ini adalah peingkatan prestasi maupun kemmapuan menyesuaikan diri sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan sebalum oleh guru.
5)      Melakukan pengukuran kembali terhadap prestasi belajar. Dengan diselesainya pelaksanaan remedial teaching, maka selanjutnya dilakukan pengukuran terhadap perubahan pada diri murid yang bersangkutan.
6)      Melakuka re-evaluasi dan re-diagnostik. Hasil pengukuran yang dilakukan padalangkah kelima kemudian ditafsirkan dengan membandingkan dengan criteria seperti proses belajar mengajar yang sesungguhnya.[77]
f.       Factor-faktor yang dipertimbangkan di pembelajaran perbaikan
Factor-faktor yang dipertimbangkan di pembelajaran perbaikan, yaitu:
1)      Factor efektivitas, yaitu ketepatan tercapainya tujuan remedial teaching
2)      Factor efesiensi, yaitu sedikitnya tenaga, bea dan waktu yang dipergunakan, namun hasilnya seoptimal mugkin.
3)      Factor kesusilaan, dengan jenis masalah, sifat individu, fasilitas dan kesempatan yang tersedia.
Berdasarkan atas pertimbangan-pertimbangan tersebut, dan dengan mempermasalakan masalah etika dan moral, maka langkah ke2 dilakukan.[78]
g.      Evaluasi dalam pembelajaran perbaikan
Langkah ini merupakan penilaian terhadap langkah-langkah pembelajaran perbaikan yang telah dilakukan. Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan usaha pembelajaran perbaikan yang dilakukan oleh guru atau konselor. Langkah evaluasi ini dilakukan juga untuk mengambil tindak lanjut terhadap pelaksanaan pembelajaran perbaikan yang telah dilakukan. 




J.      Bentuk-bentuk bimbingan konseling individu dan kelompok dan assiment
a.   Pengerian assesmen
Assesmen merupakan suatu proses pengukuran atau penelitian yang diadakan pada sebelum, sedang dan sesudah proses konseling sebagai penyedia informasi yang nyata agar nkonselor dapat menganalisis permasalahan yang terjadi pada konseli. Assesmen harus ada dalam suatu layanan BK agar konselor dapat menganalisis dan mengetahui kebutuhan dan permasalahan konseli sesungguhnya.[79]
Asesmen merupakan kegiatan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan/kompetensi yang dimiliki oleh konselee dalam memecahkan masalah.  Asesmen yang dikembangkan adalah asesmen yang baku dan meliputi  beberapa aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor dalam kompetensi dengan menggunakan indicator-indikator yang  ditetapkan dan dikembangkan  oleh  guru BK/konselor sekolah. Asesmen yang diberikan kepada konselee merupakan pengembangan  dari area kompetensi dasar pada diri konselee yang akan dinilai, yang kemudian akan dijabarkan dalam bentuk indikator-indikator.
b.      Tujuan dan kegunaan asismen kelas
Assesmen mempunyai banyak fungsi dalam proses konseling. Memberikan pendekatan yang sistematis untuk memperoleh dan mengorganisasi informasi yang relevan tentang klien. Mengidentifikasi peristiwa-peristiwa apa yang memberi kontribusi pada timbulnya masalah klien. Selain itu di bawah ini terdapat tujuan assesmen, antara lain:
-       Orientasi masalah, yaitu untuk membuat konseli mengenali dan menerima permasalahan yang dihadapinya, tidak mengingkari bahwa ia bermasalah
-       Identifikasi masalah, yaitu membantu baik bagi konseli maupun konselor dalam mengetahui masalah yang dihadapi konselee secara mendetil
-       Memilih alternatif solusi dari berbagai alternatif penyelesaian masalah yang dapat dilakukan oleh konseli
-       Pembuatan keputusan alternatif pemecahan masalah yang paling menguntungkan dengan memperhatikan konsekuensi paling kecil dari beberapa alternatif  tersebut
-       Verifikasi untuk menilai apakah konseling telah berjalan efektif dan telah mengurangi beban masalah konseli atau belum
-       Instrumen ini bisa digunakan oleh para pengawas BK dalam rangka menilai penyelenggaraan BK di sekolah-sekolah yang menjadi binaannya dan juga bisa digunakan oleh kepala sekolah dan guru BK di sekolah masing-masing untuk kepentingan evaluasi diri. [80]
c.       Kegunaan asessment
Hackney dan Cormier (2007, hal. 75), mengutip tulisan Seligman mengenai 12 hal proses asesmen yang dapat meningkatkan hubungan konselor-klien.
1.      Mengukur kemajuan anak-anak sebagai bentuk evaluasi program
2.      Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan pengembangan staf dan perencanaan pembelajaran di masa yang akan datang
3.      Membantu anak-anak berkembang secara optimal, baik fisik, sosial, emosional, intelektual maupun spiritual
4.      Melancarkan proses pengumpulan informasi
5.      Memungkinkan konselor membuat diagnosis yang akurat
6.      Memfasilitasi perkembangan dari suatu rencana tindakan yang efektif
7.      Menentukan tepat atau tidaknya seseorang untuk suatu program tindakan tertentu
8.      Menyederhanakan pencapaian sasaran dan pengukuran kemajuan
9.      Meningkatkan wawasan mengenai kepribadian seseorang dan mengklarifikasi konsep diri
10.  Menilai lingkungan atau konteks
11.  Meningkatkan konseling dan diskusi yang lebih terfokus dan relevan
12.  Mengidikasikan kemungkinan bahwa peristiwa tettentu akan terjadi, seperti sukses dalam usaha okupasional atau akademik
13.  Meningkatkan terjemahan dari minat, kemmapuan dan dimensi kepribadian dalam peristilahan okupasional
14.  Menghasilkan opsi dan alternative
15.  Memfasilitasi perencanaan dan pembuatan keputusan.[81]

d.      Penyusunan instrument asismen
Menurut Hackney dan Cormier, komponen asesmen adalah
-          Interview intake riwayat hidup
            Dalam memperoleh wawancara intake riwayat hidup ini, yang harus diperoleh adalah:
a)      Data identifikasi
b)      Presentasi problem oleh klien
c)      Tatanan kehidupan klien saat ini
d)     Riwayat keluarga
e)      Riwayat pribadi
f)       Deskripsi tentang klien selama interview
g)      Ringkasan dan rekomendasi[82]
e.       Contoh-contoh rubric
-          Terdapat dalam lampiran.

K.    Perlengkapan dan tata laksanan kelompok individu
a.      Instrument pengumpulan data
Agar pelayanan program itu dapat berjalan dengan baik maka kita perlu mempersiapkan alat-alat atau perlengkapan yang berhubungan dengan itu. Perlengkapan tersebut ialah alat-alat pengumpul data, yaitu antara lain:
a)      Pedoman wawancara
b)      Pedoman observasi
c)      Angket
d)     Daftar isian
e)      Chek list
f)       Sosiometri
g)      Kartu pemesiksaan kesehatan
h)      Blanko laporan study kasus
i)        Tes intelegensi
j)        Test kepribadian
k)      Test hasil belajar
Alat-alat tersebut dapat dipersiapkan secara bertahap oleh staf bimbingan.[83]
b.      Perlengkapan penyimpanan data BK kelompok dan individu
 Data murid yang telah terkumpul perlu disimpan dengan baik dan sistimatisagar mempermudah jika sewaktu-waktu diperlukan. Alat penyimpanan data ini dapat bersifat kelompok. (misalnya menurut kelas, kelamin, jurusan, masalah dan sebagainya). Alat penyimpanan data itu dapat berupa:
a)      Kartu
Penggunaan kartu ini untuk mencatat data murid mengenai aspek-aspek btertentu misalnya: kesehatan, absensi, kemajuan akademis, kejadian-kejadian khusus, data sosiometris, masalah-masalah khusus, dan sebagainya.
b)      Folders
Bentuknya hampir sama dengan kartu tetapi dapat dilipat sehingga menjadi empat halaman. Folder ini pun hamper sama dengan kartu yaitu, untuk mencatat aspek-aspek tertentu yang lebih luas. Folder memungkinkan dapat mencatat data yang lebih banyak daripada kartu. Seperti halnya kartu folder inipun dapat dibuat dalam bentuk dan ukuran, serta warna tertentu dan disusun dalam suatu kotak secara teratur.[84]
c)      Booklets
Booklets lebih lengkap dari folder, karena merupakan suatu buku yang kecil, artinya lembaran lebih dari empat halaman, dalam booklets ini dapat dicacat mengenai aspek-aspek khusus yang lebih luas, seperti nilai-nilai hasil belajar, kegiatan-kegiatan kelompok, kegiatan ekstrakulikuler, dan sebagainya. Salah satu bentuk booklets misalnya buku raport.[85]
d)      Cummulative record atau buku pribadi
Mengingat banyak sekali data yang harus dicatat maka dirasakan perlunya ada suatu alat pencacatan yang menampung seluruh aspek data murid. Alat ini disebut Cummulative record (catatan kumulatif) dalam bentuk buku dan disebut buku pribadi. Buku tersebut disebut kumulatif karena semua aspek dicatat dalam satu buku. Buku ini dapat terdiri atas beberapa halaman, tergantung kepada jumlah aspek data yang dapat dicatat di dalamnya.[86]
e)      Map
Map digunakan untuk menyimpan data-data tertentu yang tidak dapat tersimpan dalam alat seperti tersebut diatas. Dalam map ini dapat disimpan berbagai data murid seperti, surat-surat, keterangan dokter, karangan, gambar-gambar, surat pernyataan, dan sebagainya. Map ini dapat dibuatkan untuk setiap murid (individual) dan dapat pula dibuat map kelompok, misalnya di setiap kelas ada satu map.[87]
c.       Perlengkapan pelaksanaan BK kelompok dan individu
Untuk kelancaran pelaksanaan teknis bimbingan konseling individu dan kelompok, maka perlu dipersiapkan alat-alat sebagai berikut:
1.      Blanko surat, seperti surat panggilan murid, surat panggilan orang tua, surat pemberitahuan home visit, surat panggilan guru, dan sebagainya.
2.      Kartu konseling, yang digunakan untuk mencatat segala kegiatan dan proses konseling untuk setiap murid.
3.      Kartu konsultasi, yang dipergunakan untuk mencatat kegiatan dan proses konsultasi baik dengan orang tua, guru-guru dan pihak-pihak lain.
4.      Daftar kasus, yang berisi nama-nama kasus beserta masalahnya serta jadwal bimbingannya.
5.      Catatan case conference, yang digunakan untuk mencatat kegiatan dan proses case conference
6.      Catatan bimbingan kelompok, yang digunakan untuk mencatat kegiatan dan proses bimbingan kelompok.
7.      Kotak masalah, yaitu suatu kotak yang disediakan untuk menampung masalah baik dari murid, guru, ataupun dari pihak lain. Mereka yang merasakan adan masalah, diminta menuliskannya dalam selembar kertas yang kemudian dimasukkan kedalam kotak itu.
8.      Papan pengumuman, digunakan untuk mengumumkan segala sesuatu yang dianggap perlu dalam hubungan dengan kegiatan bimbingan.[88]

d.      Perlengkapan administrasi BK kelompok dan individu
Untuk kelancaran kegiatan administrasi bimbingan dan konseling individu dan kelompok perlu disiapkan perlengkapan administrasi seperti:
1.      Alat tulis menulis.
2.      Blanko surat seperti laporan bulanan, laporan mingguan, surat undangan, dan sebagainya.
3.      Agenda surat keluar masuk.
4.      Arsip surat-surat.
5.      Catatan kegiatan harian dan Buku tamu

L.     Eveluasi bimbingan konseling individu dan kelompok
a.      Konsep evaluasi
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas akan evaluasi pelaksanaan bimbingan dan konseling terlebih dahulu perlu dibahas dan dikaji pengertian tentang eveluasi bimbingan dan konseling sebagai berikut[89]:
1.      Menurut Nana Sudjana, 1991.
Evaluasi adalah memberikan pertimbangan atau nilai berdasarkan kriteria tertentu
2.      Menurut Moh. Surya dan Rochman Natawidjaja, 1986.
Evaluasi adalah upaya menelaah atau menganalisis program layanan BK yang telah dan sedang dilaksanakan untuk mengembangkan dan memperbaiki program bimbingan secara khusus dan program pendidikan di sekolah ( termasuk madrasah ) secara umum[90].
3.      Menurut W.S Winkel, 1991: 135
Evaluasi program bimbingan adalah mencakup usaha menilai efesiensi dan efektivitas pelayanan bimbingan itu sendiri demi peningkatan mutu program bimbingan. Pelaksanaan evaluasi menuntut diadakan penelitian, dengan mengumpulkan data secara sistematis, mengadakan penafsiran dan merencanakan langkah-langkah perbaikan.
4.      Menurut Sukardi, 1990: 47
Menyatakan eveluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling disekolah adalah segala upaya tindakan atau proses untuk menentukan derajat kualitas kemajuan kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah dengan mengacu pada kriteria atau patokan-patokan tertentu sesuai dengan program bimbingan yang dilaksanakan[91].
5.      Menurut Dewa Ketut Sukardi, 1990: 47
Evaluasi program bimbingan adalah segala upaya tindakan atau proses untuk menentukan derajat kualitas kemajuan kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah dengan mengacu pada kriteria atau patokan-patokan tertentu sesuai dengan program bimbingan yang dilaksanakan.
Jadi pelaksanaan program bimbingan merupakan salah satu usaha untuk menilai efesiensi dan efektivitas pelayanan bimbingan dan konseling demi peningkatakn mutu program bimbingan dan konseling.[92]
b.      Tujuan dan kegunaan evaluasi
Ø  Tujuan evaluasi
Kegiatan evaluasi bertujuan mengetahui keterlaksanaan kegiatan dan ketercapaian tujuan dari program yang telah ditetapkan.
1.      Tujuan Umum
Secara umum, penyelenggaraan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling bertujuan sebagai berikut:
a)         Mengetahui kemajuan program bimbingan dan konseling atau subjek yang telah memanfaatkan layanan bimbinga dan konseling.
b)         Mengetahui tingakt efesiensi dan efektifitas strategi pelaksanaan program bimbingan dan konseling yang telah dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu.
c)         Secara operasional, penyelenggaraan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling ditujukan untuk[93]:
·      Meneliti secara berkala pelaksanaan program bimbingan dan konseling.
·      Mengetahui tingakt efesiensi dan efektifitas dari layanan bimbingan dan konseling.
·      Mengetahui jenis layanan yang sudah atau belum dilaksanakan dan atau perlu diadakan perbaikan dan pengembangan.
·      Mengetahui sampai sejauh mana keterlibatan semua pihak dalam usaha menunjang keberhasilan pelaksanaan program bimbingan dan konseling.
·      Memperoleh gambaran sejauh mana peranan masyarakat terhadap pelaksanaan program bimbingan dan konseling.
·      Mengetahui sampai sejauh mana kontribusi program bimbingan dan konseling terhadap pencapaian tujuan pendidikan pada umumnya, TIK dan TIU pada khususnya.
·      Mendapat informasi yang kuat dalam rangka perencanaan langkah-langkah pengembangan program bimbingan dan konseling selanjutnya.
·      Membantu mengembangkan kurikulum sekolah untuk kesesuaian dan kebutuhan.[94]
2.      Tujuan Khusus
Sedangkan secara khusus tujuan evaluasi program bimbingan dan konseling adalah:
a)      Untuk mengetahui jenis-jenis layanan bimbingan dan konseling apakah sudah ada atau belum diberikan kepada siswa di sekolah ( madrasah ).
b)      Untuk mengetahui efektivitas dan efesiensi layanan yang diberikan itu dalam fungsinya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan semua individu disekolah ( madrasah ) dan diluar sekolah ( madrasah ).
c)      Untuk mengetahui apakah teknik-teknik atau program yang digunakan berjalan secara efektif dalam mencapai tujuan-tujuan bimbingan.
d)     Untuk mengetahui aspek-aspek lain apakah yang perlu dimasukkan kedalam program bimbingan untuk perbaikan layanan yang diberikan.
e)      Untuk mengetahui dalam bagian-bagian manakah dari program bimbingan yang perlu diadakan perbaikan-perbaikan.
f)       Untuk mendorong semua personil bimbinga agar bekerja leih giat dalam mengembangkan program-program bimbingan.
g)      Menunjukkan sampai sejauh manakah sumber-sumber masyarakat telah digunakan atau diikutsertakan dalam program bimbingan untuk tujuan-tujuan pengembangan serta perbaikan program dan pelayanan bimbingan.[95]
c.       Teknik-teknik evaluasi dalam BK kelompok dan individu
a.      Melaksanakan administrasi test kecerdasan dan test bakat
Administrasi test-test ini, yang hasilnya dipergunakan murid-murid untuk tujuan-tujuan intruksionil dan konseling, adalah penting sekali. Hasil-hasil tersebut melengkapi guru-guru dan petugas-petugas bimbingan lainnya dengan data yang obyektif dan dapat dipercaya yang besar pula faedahnya bagi pelaksanaan konseling yang efektif.
b.      Menggunakan test hasil belajar
Sebagaimana kita alami test ini diberikan secara berkala dengan tujuan untuk mengukur hasil pengajaran dalam berbagai mata pelajaran. Hasil test ini akan melengkapi guru-guru dan petugas-petugas bimbingan lainnya dengan data mengenai hasil belajar yang telah dicapai murid-murid secara individual.[96]
c.       Menggunakan “ case study “ (study kasus) dan wawancara
Case study dengan wawancara merupakan salah satu kegiatan konseling yang fungsinya memperkenalkan kepada guru-guru dan petugas-petugas bimbingan lainnya dengan kebutuhan-kebutuhan dan masalah-masalah yang dihadapi murid, dan juga dengan beberapa teknik sintesis dan diagnosis dengan jalan mempelajari data murid tertentu.
d.      Mempelajari contoh-contoh pekerjaan murid
Contoh-contoh pekerjaan murid juga memberi data yang obyektif pada guru dan petugas bimbingan lainnya mengenai hasil yang telah dicapai secara individual. Contoh-contoh tersebut mmeperlihatkan kepada kita buka saja kemampuan murid untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu, tetapi juga kebiasaan-kebiasaan dan sikap mereka dalam mengerjakan sesuatu.[97]


e.       Menyelesaikan daftar catatan minat siswa dan skala penilaian (rating scale)
Daftar catatan minat siswa, yang diselesaikan dengan baik, akan sangat membantu guru-guru dan petugas-petugas bimbingan lainnya dalam usaha memberi konseing kepada  murid-murid mengenai pilihan jabatan atau profesi dikemudian hari.
Skala penilaian dipergunakan dalam menilai hasil belajar murid, sikapnya dan sifat-sifatnya. Kelima teknik yang dikemukakan diatas itu dipergunakan untuk mengevaluasi aspek-aspek tertentu dari program bimbingan seperti, aspek intruksionil, perkembangan kebiasaan, keterampilan, dan sikap.

f.       Menggunakan daftar cek ( chek list )
ini merupakan daftar yang memuat hal-hal yang telah disiapkan dan yang berhubungan dengan organisasi dan administrasi program bimbingan, peranan guru dan petuga sbimbingan lainnya, teknik-teknik konseling yang digunakan, catatan kumulatif dan sebagainya. Daftar ini dipergunakan untuk tujuan observasi dan evaluasi dengan jalan menunjukkan ada tidaknya tiap-tiap hal yang sedang diteliti.[98]














BAB III
PEMBAHASAN
(HASIL PENELITIAN)

A.    Gambaran umum obyek penelitian
-       Profil sekolah
Kondisi umum BK di SMP BAITUSSALAM sudah terorganisir. SMP ini berada dijalan Ketintang Madya 94 Surabaya Telp. ( 031 ) 8294155 Kode Pos 60232. Sekolah ini dibawah naungan Yayasan Masjid Baitussalam dan TERAKREDITASI B. sekolah ini juga berdekatan dengan Masjid Baitussalam.
a.    Motto SMP BAITUSSALAM
Kejujuran Lebih Berharga Dari Dunia Seisinya
b.   Visi SMP BAITUSSALAM
Menjadi Sekolah Tingkat Pertama yang memiliki karakteristik Pendidikan Agama Islam, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta Ketrampilan Dasar keahlian menuju kemandirian siswa.
c.    Misi SMP BAITUSSALAM
1.   Meningkatkan kemampuan dasar siswa dibidang Pendidikan Agama Islam,Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta Ketrampilan Dasar menujukemandirian di masa depan.
2.   Meningkatkan kemampuan profesinalisme guru dibidang profesinya sebagai wujud ibadah kepada Allah SWT SASARAN KHUSUS : MENJADIKAN ANAK YANG BERAKHLAQ MULIA
SMP ini terdapat 206 siswa dengan  dua guru BK yaitu, Ibu Ely Arifah S.Psi dan Ibu Tya Gita Ayuning Tyas S.H. Ibu ely ini lulusan S1 Psikologi dari Universitas Muhammadiyah Purwokerto.







Ø
KETUA YAYASAN
Drs. H. Moh Shobirin
 
Struktur Organisasi BK di SMP BAITUSSALAM adalah sebagai berikut:

KOMITE
SEKOLAH
 
 



WAKASEK
Kardi Minulyo S.Pd
 
                           ------------
 







                                    ---------                                     ----------------
                                                                       
SISWA
 
                                                                
 


Ket :                            : Garis Komando
-       ----------------      : Garis Koordinasi

Dalam pelaksanaan BK individu kelompok di sekolah ini setiap 1 minggu sekali (1 x 45 menit) guru Bk masuk kelas untuk memberikan materi maupun siswa mendapat layanan bimbingan dan konseling di kelas. Ada pun materi yang diberikan adalah:
1.    Materi Perkembangan: Pokok-pokok keyakinan ajaran agama yang dianutnya
Jenis Layanan             : Orientasi
Fungsi Layanan          : Pemahaman
Bidang Bimbingan     : Pribadi
Alokasi Waktu            : 45 menit

2.    Materi Perkembangan: Praktek Menjalankan Kaidah Agama
Jenis Layanan             : Orientasi
Fungsi Layanan          : Pemahaman
Bidang Bimbingan     : Pribadi
Alokasi Waktu            : 45 menit
3.    Materi Perkembangan: Hubungan social sesuai ajaran agama
Jenis Layanan             : Informasi, Bimbingan kelompok
Fungsi Layanan          : Pemahaman & Pencegahan
Bidang Bimbingan     : Sosial
Alokasi Waktu            : 45 menit
4.    Materi Perkembangan: Sikap menerima terhadap perubahan fisik dan Psikis laki-laki dan perempuan
Jenis Layanan             : Informasi
Fungsi Layanan          : Pemahaman
Bidang Bimbingan     : Pribadi
Alokasi Waktu            : 45 menit
5.    Materi Perkembangan: Cara Hidup Sehat
Jenis Layanan             : Orientasi, Informasi
Fungsi Layanan          : Pemahaman dan pencegahan
Bidang Bimbingan     : Pribadi
Alokasi Waktu            : 45 menit

6.    Materi Perkembangan: Contoh-contoh peran pribadi dalam kelompok sebaya
Jenis Layanan             : Penempatan dan Penyaluran
Fungsi Layanan          : Pemahaman
Bidang Bimbingan     : Pribadi
Alokasi Waktu            : 45 menit
7.    Materi Perkembangan: Menjalankan hubungan social dengan teman sebaya
Jenis Layanan             : Pembelajaran
Fungsi Layanan          : Pemahaman
Bidang Bimbingan     : Sosial
Alokasi Waktu            : 45 menit
8.    Materi Perkembangan: Contoh-contoh peran pribadi dalam kelompok sebaya
Jenis Layanan             : Bimbingan Kelompok
Fungsi Layanan          : Pemahaman
Bidang Bimbingan     : Sosial
Alokasi Waktu            : 45 menit
9.    Materi Perkembangan: Identifikasi kemampuan bakat dan minat
Jenis Layanan             : Informasi
Fungsi Layanan          : Pemahaman
Bidang Bimbingan     : Pribadi
Alokasi Waktu            : 45 menit
10.    Materi Perkembangan: Belajar efektif untuk menguasai program-program SMP
Jenis Layanan             : Informasi
Fungsi Layanan          : Pemahaman
Bidang Bimbingan     : Belajar
Alokasi Waktu            : 45 menit
11.    Materi Perkembangan: Contoh aspek social berkaitan dengan kemampuan bakat dan minat
Jenis Layanan             : Pembelajaran
Fungsi Layanan          : Pemeliharaan
Bidang Bimbingan     : Sosial
Alokasi Waktu            : 45 menit

12.    Materi Perkembangan: Motivasi dan semangat untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan yang menjadi program sekolah.
Jenis Layanan             : Pembelajaran
Fungsi Layanan          : Pemeliharaan & Pengembangan
Bidang Bimbingan     : Pribadi
Alokasi Waktu            : 45 menit
13.    Materi Perkembangan: Contoh Aspek sosial yang berbagai materi yang dipelajari di SMP
Jenis Layanan             : Informasi
Fungsi Layanan          : Pemahaman
Bidang Bimbingan     : Sosial
Alokasi Waktu            : 45 menit
14.    Materi Perkembangan: Contoh tentang sikap yang seharusnya di ambil dalam kehidupan mandiri secara emosional.
Jenis Layanan             : Informasi
Fungsi Layanan          : Pemahaman
Bidang Bimbingan     : Pribadi
Alokasi Waktu            : 45 menit
15.    Materi Perkembangan: Identifikasi pengaruh kemampuan bakat & minat terhadap pilihan karier
Jenis Layanan             : Pembelajaran
Fungsi Layanan          : Pemeliharaan & Pengembangan
Bidang Bimbingan     : Karier
Alokasi Waktu            : 45 menit
16.    Materi Perkembangan: Keterkaitan pengetahuan & keterampilan program SMP dengan karier-karier tertentu.
Jenis Layanan             : Pembelajaran
Fungsi Layanan          : Pemeliharaan dan pengembangan
Bidang Bimbingan     : Karier
Alokasi Waktu            : 45 menit
17.    Materi Perkembangan: Memahami kehidupan karier sesuai dengan gambaran tentang kehidupan mandiri secara emosional, sosial dan ekonomi.
Jenis Layanan             : Informasi
Fungsi Layanan          : Pemahaman
Bidang Bimbingan     : Karier
Alokasi Waktu            : 45 menit

B.     Jenis-jenis masalah yang sering di hadapi individu kelompok
Jenis-jenis masalah yang dihadapi oleh siswa-siswi SMP Baitussalam adalah sebagai berikuk:
a)      Masalah belajar
Masalah belajar yang timbul biasanya adalah bagaimana cara belajar yang baik, membuat tugas-tugas, mempersiapkan ujian, nilai rendah ataupun kesulitan pada mata pelajaran tertentu.
b)      Masalah social
Masalah social ini timbul karena terjadinya pertengkaran antar individu atau melibatkan kelompok yang berawal dari saling mengejek atau merendahkan.
c)      Masalah keluarga
Masalah keluarga ini yang terkadang terbawa dan berpengaruh pada kegiatan belajar siswa di sekolah adalah broken home sehingga orang tua tidak memperhatikan anaknya, masalah ekonomi, kesehatan fisik dan psikologis. 
d)      Masalah pribadi
Masalah ini timbul karena keterlambatan,  ketidak disiplinan perilaku, pakaian dan perkataan siswa, sehingga timbul permasalahan pribadi pada siri siswa.

C.    Teknik Memahami Individu
Untuk memahami klien tersebut konselor  di SMP Baitussalam melakukan pengumpulan data seperti Data base identitas siswa (sumber TU atau angket data), Observasi perilaku sehari-hari, Hasil wawancara atau pendapat dari orang-orang, teman-teman dekat siswa tersebut (wali kelas dan gurumata pelajaran), Hasil evaluasi belajar, Hasil evaluasi BK (angket, sosiometri, cek list)
D.    Teknik-Teknik Bimbingan Konseling Individu dan Kelompok
Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling teknik yang biasa digunakan guru pembimbing di sekolah ini adalah dengan pemberian bimbingan dan konseling secara individu dan kelompok. Untuk bimbingan dan konseling secara individu biasanya dilakukan di ruangan BK atau di tempat mana saja yang siswa merasa nyaman untuk melakukan bimbingan dan konseling. Sedangkan untuk bimbingan dan konseling kelompoknya guru pembimbing masuk kelas memberikan materi bimbingan. Dengan menggunakan Metode elektif (campuran) yang disesuaikan dengan jenis masalah, yang terlibat masalah bisa menggunakan behavioral, client centered dan humanistic. Karena konselor di sekolah ini lebih berpusat pada penangan dari sisi Psikologinya yang di dukung dengan teknik bimbingan konseling.

E.     Layanan Pemberian Informasi
layanan informasi merupakan layanan bimbngan yang memungkinkan peserta didik dan pihak-pihak lain yng dapat memberikan pengaruh yang besar kepada peserta didik menerima dan memahami informasi yang dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan.
Di SMP Baitussalam surabaya layanan ini diberikan dengan beragam cara dan meliputi informasi pendidikan dan sekolah lanjutan. Informasi pendidikan yaitu informasi mengenai kenaikan kelas, syarat-syarat kenaikan kelas dan info beasiswa Melalui layanan konseling individu juga kelompok, bisa dengan pemberian materi atau ceramah, diskusi kelompok, angket, kumpulan berita atau informasi dari media.

F.  Langkah-Langkah Pemberian Bantuan dalam Konseling Kelompok dan Individu
Di SMP Baitusslam ini langkah-langkah pemberian bantuan dalam konseling kelompok dan individu ini dilakukan dengan beberapa cara Pengumpulan data atau informasi atau kroscek, Prognosa, Layanan konseling (pribadi, social, karir dan belajar), Meningkatkan kesadaran diri pada siswa, dan Evaluasi dengan melihat hasil konseling (evaluasi setelah proses konseling)

G. Bentuk-Bentuk Bimbingan Konseling Kelompok
Dalam pelaksanaan bimbingan konseling kelompok Sekolah Smp Baitussalam ini pernah melakukan karya wisata ke bali dalam rangka untuk rekreasi maupun dalam proses pembelajaran ataupun penelitian. Sehingga siswa di sekolah ini mendapatkan kesempatan meninjau obyek-obyek yang menarik dan mendapatkan informasi yang lebih baik. Dalam karya wisata ini bertujuan untuk memperoleh penyesuaian dalam kehidupan berkelompok kerja sama dan rasa tanggung jawab. Selain itu juga ada diskusi kelompok maupun organisasi murid, dimana melalui diskusi kelompok ini siswa mendapatkan kesempatan untuk memecahkan masalah bersama-sama. Masalah dalam persahabatan, keluarga maupun dalam proses belajar.

H. Bentuk-Bentuk Bimbingan Konseling Individu
Bentuk bimbingan konseling individu yang dilakukan pemimbing di sekolah ini hanya dengan menggunakan bentuk eklektif  counseling. Di sini pembimbing dan siswa  yang berperan aktif dalam melakukan bimbingan dan konseling.

I.    Bentuk-Bentuk Bimbingan Konseling Kelompok dan Individu dalam Pembelajaran Perbaikan
Bentuk bimbingan konseling individu yang dilakukan disekolah ini adalah dengan cara melihat hasil eveluasi belajar siswa (melalui guru dan wali kelas) maka untuk siswa yang bilainya tidak sesuai dengan SKM ada bimbingan khusus (remedial, pengulangan materi dan poll out). Sehingga dalam pembelajaran perbaikan ini pembimbing berkerja sama dengan wali kelas maupun para guru yang bersangkutan dengan siswa disekolah tersebut.

J.   Bentuk-Bentuk BK Individu dan Kelompok dan Assismen
Assesmen merupakan suatu proses pengukuran atau penelitian yang diadakan pada sebelum, sedang dan sesudah proses konseling sebagai penyedia informasi yang nyata agar konselor dapat menganalisis permasalahan yang terjadi pada konseli. Assesmen harus ada dalam suatu layanan BK agar konselor dapat menganalisis dan mengetahui kebutuhan dan permasalahan konseli sesungguhnya.
Assessment yang dilakukan di sekolah ini dengan menggunakan beberapa teknik seperti, berupa angket, sosiometri, pengisian data, data observasi, kunjungan orang tua/home visit dan wawancara. Dari beberapa teknik di atas  tersebut guru pembimbing di sekolah ini dapat menganalisis dan mengetahui kebutuhan dan permasalahan siswa.



K. Evaluasi Bimbingan Konseling Individu dan Kelompok
Menurut Dewa Ketut Sukardi (1990; 47) evaluasi program bimbingan adalah segala upaya tindakan atau proses untuk mendapatkan derajat kualitas kemajuan kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan program bimbingan dan konseling disekolah dengan mengacu pada kreteria atau patokan-patokan tertentu sesuai dengan program bimbingan yang dilaksanakan.
Evaluasi yang dilakukan pembimbing setelah bimbingan di sekolah SMP Baitussalam ini berupa: Pengamatan atau observasi lanjutan, Koordinasi dengan wali kelas atau guru bidang study, Hasil diskusi, angket dan sosiometri. Setelah melakukan itu semua maka guru pembimbing melihat hasilnya apabila masih ada yang belum berhasil maka dilakukan ulang proses konseling.

Ø  Kelebihan dan Kekurangan Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling individu kelompok di SMP BAITUSSALAM
ð  Kelebihan :
a)      Terdapat ruangan BK yang bisa difungsikan sebagai tempat berlangsungnya kegiatan konseling individu maupun kelompok.
b)      Memiliki modul BK sebagai pedoman dalam memberikan layanan bimbingan konseling individu kelompok.
c)      Memiliki 2 orang guru BK.
d)     Sekolah dan para personel sekolah mendukung aktif dalam kegiatan BK
ð  Kekurangan:
a)   Program yang dilaksanakan kurang maksimal.
b)   Belum ada guru BK yang lulusan BK asli.
c)   Sarana dan prasarana yang dimiliki kurang memadai.
d)  Dalam administrasi Bk masih kurang





BAB IV
PENUTUP


Kesimpulan
            Bimbingan konseling yang membantu murid dalam mendapatkan layanan langsung tatap muka atau melalui kegiatan kelompok untuk dalam memecahkan masalah yang sedang dihadapinya yang sifatnya pribadi ataupun melalui dinamika kelompok.
Kondisi umum BK di SMP BAITUSSALAM sudah terorganisir. SMP ini berada dijalan Ketintang Madya 94 Surabaya Telp. ( 031 ) 8294155 Kode Pos 60232. Sekolah ini dibawah naungan Yayasan Masjid Baitussalam dan TERAKREDITASI B. sekolah ini juga berdekatan dengan Masjid Baitussalam.
SMP ini terdapat 206 siswa dengan  dua guru BK yaitu, Ibu Ely Arifah S.Psi dan Ibu Tya Gita Ayuning Tyas S.H. Ibu ely ini lulusan S1 Psikologi dari Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Dalam pelaksanaan BK individu kelompok di sekolah ini setiap 1 minggu sekali (1 x 45 menit) guru Bk masuk kelas untuk memberikan materi maupun siswa mendapat layanan bimbingan dan konseling di kelas
Jenis-jenis masalah yang dihadapi oleh siswa-siswi SMP Baitussalam adalah sebagai berikuk:
a)      Masalah belajar
Masalah belajar yang timbul biasanya adalah bagaimana cara belajar yang baik, membuat tugas-tugas, mempersiapkan ujian, nilai rendah ataupun kesulitan pada mata pelajaran tertentu.
b)      Masalah social
Masalah social ini timbul karena terjadinya pertengkaran antar individu atau melibatkan kelompok yang berawal dari saling mengejek atau merendahkan.
c)      Masalah keluarga
Masalah keluarga ini yang terkadang terbawa dan berpengaruh pada kegiatan belajar siswa di sekolah adalah broken home sehingga orang tua tidak memperhatikan anaknya, masalah ekonomi, kesehatan fisik dan psikologis. 
d)     Masalah pribadi
Masalah ini timbul karena keterlambatan,  ketidak disiplinan perilaku, pakaian dan perkataan siswa, sehingga timbul permasalahan pribadi pada siri siswa.
Untuk memahami klien tersebut konselor  di SMP Baitussalam melakukan pengumpulan data seperti Data base identitas siswa (sumber TU atau angket data), Observasi perilaku sehari-hari, Hasil wawancara atau pendapat dari orang-orang, teman-teman dekat siswa tersebut (wali kelas dan gurumata pelajaran), Hasil evaluasi belajar, Hasil evaluasi BK (angket, sosiometri, cek list)
Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling teknik yang biasa digunakan guru pembimbing di sekolah ini adalah dengan pemberian bimbingan dan konseling secara individu dan kelompok. Untuk bimbingan dan konseling secara individu biasanya dilakukan di ruangan BK atau di tempat mana saja yang siswa merasa nyaman untuk melakukan bimbingan dan konseling. Sedangkan untuk bimbingan dan konseling kelompoknya guru pembimbing masuk kelas memberikan materi bimbingan. Dengan menggunakan Metode elektif (campuran) yang disesuaikan dengan jenis masalah, yang terlibat masalah bisa menggunakan behavioral, client centered dan humanistic. Karena konselor di sekolah ini lebih berpusat pada penangan dari sisi Psikologinya yang di dukung dengan teknik bimbingan konseling.
layanan informasi merupakan layanan bimbngan yang memungkinkan peserta didik dan pihak-pihak lain yng dapat memberikan pengaruh yang besar kepada peserta didik menerima dan memahami informasi yang dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan.
Di SMP Baitussalam surabaya layanan ini diberikan dengan beragam cara dan meliputi informasi pendidikan dan perguruan tinggi. Informasi pendidikan yaitu informasi mengenai kenaikan kelas, syarat-syarat kenaikan kelas dan info beasiswa Melalui layanan konseling individu juga kelompok, bisa dengan pemberian materi atau ceramah, diskusi kelompok, angket, kumpulan berita atau informasi dari media.
Di SMP Baitusslam ini langkah-langkah pemberian bantuan dalam konseling kelompok dan individu ini dilakukan dengan beberapa cara Pengumpulan data atau informasi atau kroscek, Prognosa, Layanan konseling (pribadi, social, karir dan belajar), Meningkatkan kesadaran diri pada siswa, dan Evaluasi dengan melihat hasil konseling (evaluasi setelah proses konseling)
Dalam pelaksanaan bimbingan konseling kelompok Sekolah Smp Baitussalam ini pernah melakukan karya wisata ke bali dalam rangka untuk rekreasi maupun dalam proses pembelajaran ataupun penelitian. Sehingga siswa di sekolah ini mendapatkan kesempatan meninjau obyek-obyek yang menarik dan mendapatkan informasi yang lebih baik. Dalam karya wisata ini bertujuan untuk memperoleh penyesuaian dalam kehidupan berkelompok kerja sama dan rasa tanggung jawab. Selain itu juga ada diskusi kelompok maupun organisasi murid, dimana melalui diskusi kelompok ini siswa mendapatkan kesempatan
untuk memecahkan masalah bersama-sama. Masalah dalam persahabatan, keluarga maupun dalam proses belajar.
Bentuk bimbingan konseling individu yang dilakukan pemimbing di sekolah ini hanya dengan menggunakan bentuk elektif  counseling. Di sini pembimbing dan siswa  yang berperan aktif dalam melakukan bimbingan dan konseling.
Bentuk bimbingan konseling individu yang dilakukan disekolah ini adalah dengan cara melihat hasil eveluasi belajar siswa (melalui guru dan wali kelas) maka untuk siswa yang bilainya tidak sesuai dengan SKM ada bimbingan khusus (remedial, pengulangan materi dan poll out). Sehingga dalam pembelajaran perbaikan ini pembimbing berkerja sama dengan wali kelas maupun para guru yang bersangkutan dengan siswa disekolah tersebut.
Assesmen merupakan suatu proses pengukuran atau penelitian yang diadakan pada sebelum, sedang dan sesudah proses konseling sebagai penyedia informasi yang nyata agar nkonselor dapat menganalisis permasalahan yang terjadi pada konseli. Assesmen harus ada dalam suatu layanan BK agar konselor dapat menganalisis dan mengetahui kebutuhan dan permasalahan konseli sesungguhnya.
Assessment yang dilakukan di sekolah ini dengan menggunakan beberapa teknik seperti, berupa angket, sosiometri, pengisian data, data observasi, kunjungan orang tua/home visit dan wawancara. Dari beberapa teknik di atas  tersebut guru pembimbing di sekolah ini dapat menganalisis dan mengetahui kebutuhan dan permasalahan siswa.
Menurut Dewa Ketut Sukardi (1990; 47) evaluasi program bimbingan adalah segala upaya tindakan atau proses untuk mendapatkan derajat kualitas kemajuan kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan program bimbingan dan konseling disekolah dengan mengacu pada kreteria atau patokan-patokan tertentu sesuai dengan program bimbingan yang dilaksanakan.
Evaluasi yang dilakukan pembimbing setelah bimbingan di sekolah SMP Baitussalam ini berupa: Pengamatan atau observasi lanjutan, Koordinasi dengan wali kelas atau guru bidang study, Hasil diskusi, angket dan sosiometri.




Ø  Kelebihan dan Kekurangan Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling individu kelompok di SMP BAITUSSALAM
ð  Kelebihan :
a)      Terdapat ruangan Bimbingan dan Konseling individu kelompok yang bisa difungsikan sebagai tempat berlangsungnya kegiatan konseling.
b)      Memiliki modul BK sebagai pedoman dalam memberikan layanan.
c)      Memiliki 2 orang guru BK.
d)     Sekolah dan para personel sekolah mendukung aktif dalam kegiatan BK
ð  Kekurangan:
a)      Program yang dilaksanakan kurang maksimal.
b)      Belum ada guru BK yang lulusan BK asli.
c)      Sarana dan prasarana yang dimiliki kurang memadai.
d)     Dalam administrasi Bk masih kurang

           



















DAFTAR PUSTAKA
Ø  Abu ahmadi & widodo supriyono. 2008. Psikologi belajar. Jakarta: rineka cipta
Ø  Anas Salahudin. 2010. Bimbingan dan konseling. Bandung: Pustaka Setia
Ø  As’ad Djalali. 1986. Teknik-teknik bimbingan dan penyuluhan. Surabaya: PT BIna Ilmu
Ø  Dewa ketut sukardi. 2002. Manjemen bimbingan dan konseling disekolah. Bandung: Alfabeta Prayitno dan erman anti. 1999. Dasar-dasar bimbingan dan konseling. Jakarta: Rineka Cipta
Ø  Dewa Ketut Sukardi. 2008, Pengantar Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta
Ø  Dewa ketut sukardi. 2008. Pengantar pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah. Jakarta: Rineka cipta
Ø  Djumhur  dan Moh. Surya. 1975. Bimbingan dan penyuluhan di sekolah . Bandung: Ilmu bandung
Ø  Djumhur  dan Moh. Surya. Bimbingan dan penyuluhan di sekolah . hal 50
Ø  Fenti hikmawati. 2010, Bimbingan Konseling. Jakarta: Rajawali Pers,
Ø  Hallen A. 2005, Bimbingan dan Konseling. Ciputat: PT ciputat Press
Ø  Juntika nurihsan  & Akur sudianto. 2005. Manajemen Bimbingan dan Konseling di SMA. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia
Ø  Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok Dasar Dan Profil. Jakarta: Ghalia Indonesia
Ø  Singgih D. Gunarsa. 2002. Psikologi untuk membimbing.  Jakarta: PT BPK Gunung Mulia
Ø  Tohirin. 2009, bimbingan dan konseling disekolah dan madrasah. Jakarta: Rajawali


[1] Fenti hikmawati, Bimbingan Konseling. ( Jakarta: Rajawali Pers, 2010 ) hal. 53
[2] Anas Salahudin. Bimbingan dan konseling. ( Bandung: Pustaka Setia, 2010 ). Hal 16
[3] Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta,2008)Hal 63
[6] Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah,hal 68
[7] I. Djumhur  dan Moh. Surya. Bimbingan dan penyuluhan di sekolah . ( Bandung: Ilmu bandung, 1975 ) hal 32
[8] Anas Salahudin. Bimbingan dan konseling. Hal 66
[9] Ibid. Hal 67
[10] I. Djumhur  dan Moh. Surya. Bimbingan dan penyuluhan di sekolah . hal 33
[11] M. As’ad Djalali. Teknik-teknik bimbingan dan penyuluhan. ( Surabaya: PT BIna Ilmu, 1986 ) hal 2
[12] I. Djumhur  dan Moh. Surya. Bimbingan dan penyuluhan di sekolah . hal 34
[13] M. As’ad Djalali. Teknik-teknik bimbingan dan penyuluhan. ( Surabaya: PT BIna Ilmu, 1986 ) hal 2-3
[14] I. Djumhur  dan Moh. Surya. Bimbingan dan penyuluhan di sekolah . hal 50
[15] M. As’ad Djalali. Teknik-teknik bimbingan dan penyuluhan. Hal 27-33
[16] Ibid. Hal 27-33
[17] Anas Salahudin. Bimbingan dan konseling. Hal 72-73
[18] M. As’ad Djalali. Teknik-teknik bimbingan dan penyuluhan. Hal  11-12
[19] I. Djumhur  dan Moh. Surya. Hal 55
[20] M. As’ad Djalali. Teknik-teknik bimbingan dan penyuluhan. Hal 27-33
[21] I. Djumhur  dan Moh. Surya. Hal 63
[22] Ibid. Hal 61
[23] Ibid. hal 63
[24] I. Djumhur  dan Moh. Surya. Hal 63
[25] Ibid. hal 64
[27] Hallen A, Bimbingan dan Konseling. ( Ciputat: PT ciputat Press, 2005 ). Hal 111
[29] I. Djumhur  dan Moh. Surya. Hal 64-65
[30] Ibid. Hal 107
[31] Anas Salahudin. Bimbingan dan Konseling. Hal 97
[32] Ibid. hal 97
[33] M. As’ad Djalali.hal 58
[34] I. Djumhur  dan Moh. Surya. Hal 107-108
[36] M. As’ad Djalali.hal 62
[37] I. Djumhur  dan Moh. Surya. Hal 109
[38] A. Juntika nurihsan  & Akur sudianto. Manajemen Bimbingan dan Konseling di SMA. ( Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2005) . Hal 20
[39] Dewa ketut sukardi. Pengantar pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah. ( Jakarta: Rineka cipta, 2008 ) hal 60 - 61
[40] Dewa ketut sukardi. Manjemen bimbingan dan konseling disekolah. ( Bandung: Alfabeta, 2002 ). Hal 32-33
[41] Prayitno dan erman anti. Dasar-dasar bimbingan dan konseling. ( Jakarta: Rineka Cipta, 1999 ). Hal 269
[42] Ibid. Hal  269-270
[43] Ibid. 270
[44] Prayitno dan erman anti. Dasar-dasar bimbingan dan konseling. Hal 270
[45] Ibid. hal 271
[46] Ibid. hal 271-272
[47] I. Djumhur  dan Moh. Surya. Hal 104
[48] Fenti hikmawati, bimbingan dan konseling. ( Jakarta: Rajawali Press, 2010) Hal 29
[50] I. Djumhur  dan Moh. Surya. Hal 105
[51] Fenti hikmawati. Hal 30
[52] Anas Salahudin. Bimbingan dan Konseling. Hal 96
[53] Fenti hikmawati. Hal 30
[54] Ibid. Hal 30-31
[55] Ibid. hal 31
[56] Ibid. hal 32
[57] Anas Salahudin. Bimbingan dan Konseling. Hal 96
[58] I. Djumhur  dan Moh. Surya. Hal 106
[60] Prayitno. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok Dasar Dan Profil. (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1995.)Hal  27
[61] Ibid. Hal 35-36
[62] Ibid, Hal 48-56
[63] Prayitno dan erman anti. Hal 299
[64] Singgih D. Gunarsa. Psikologi untuk membimbing. (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2002). Hal 44
[65] Dewa Ketut Sukardi. Hal 120
[66] I. Djumhur  dan Moh. Surya. Hal 110
[67] Singgih D. Gunarsa. Psikologi untuk membimbing. Hal 45
[68] Ibid. hal 45
[69] Prayitno dan erman anti. Hal 285
[70] Abu ahmadi & widodo supriyono. Psikologi belajar. (Jakarta: rineka cipta, 2008). Hal 179
[71] Ibid. Hal 180
[72] Abu ahmadi & widodo supriyono. Psikologi belajar. Hal 181
[73] Ibid. Hal 181-182
[74] Abu ahmadi & widodo supriyono. Hal 179-181
[75] Ibid, hal 181-184
[76] Ibid. hal 185-186
[77] Abu ahmadi & widodo supriyono. Hal 186-189
[78] Ibid. hal 186-187
[79]http://gesharandiansyah.blogspot.com/2011/05/aplikasi-ti-dalam-assesmen-bk.html
[81] Jeanette murad lesmana. Dasar-dasar konseling. (Jakarta: universitas Indonesia, 2008). Hal 120-121
[82] Ibid. hal 121-126
[83] Djumhur & surya. Hal 150
[84] Djumhur & surya. Hal 151
[85] Ibid. hal 151
[86] Ibid. hal 151-152
[87] Ibid. hal 152
[88] Djumhur & surya. Hal 152-153
[89] Dewa ketut sukardi, Pengantar pelaksanaan program bimbingan sekolah. hal 248-249
[90] Tohirin, bimbingan dan konseling disekolah dan madrasah. ( Jakarta: Rajawali, 2009 ), hal 347
[91] Dewa ketut sukardi. Hal 249
[92] Anas Salahudin. Hal 217
[93] Ibid. hal 219
[94] Dewa ketut sukardi. Hal 250
[95] Tohirin, bimbingan dan konseling disekolah dan madrasah. Hal 350
[96] Djumhur & surya. Hal 156
[97] Ibid. Hal 156
[98] Ibid. hal 156-157

1 komentar: