Pengikut

Rabu, 14 Maret 2012

bimbingan konseling belajar

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Menurut kurikulum 1994, bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan.
Bimbingan dalam rangka menentukan pribadi dimaksud agar peserta didik mengenal kekuatan da kelemahan dirinya, serta menerima secara positif dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut.
Bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan dimaksudkan agar peserta didik mengenal secara obyektif lingkungan, baik lingkungan social dan ekonomi, lingkungan budaya yang syarat dengan nilai dan norma-norma. Pengenalan lingkungan itu meliputi lingkungan rumah, lingkungan sekolah, lingkungan alam dan masyarakat sekitar serta lingkungan yang lebih luas.
Bimbingan dan konseling dapat diposisikan secara tegas untuk mewujudkan prinsip keseimbangan proses belajar mengajar. Lembaga ini menjadi tempat yang aman bagi setiap siswa untuk datang membuka diri tanpa waswas akan privacy-nya. Di sana menjadi tempat setiap persoalan diadukan, setiap problem dibantu untuk diuraikan. Bahkan orangtua siswa dapat mengambil manfaat dari pelayanan bimbingan di sekolah, sejauh mereka dapat ditolong untuk lebih mengerti akan anak mereka.
Bimbingan dan konseling masih dipandang sebelah mata dalam proses pendidikan. Hal ini salah satunya tampak dari ruangan yang disediakan. Bisa dihitung dengan jari, berapa jumlah sekolah yang mampu menyediakan ruang konseling secara memadai. Tidak jarang ruang bimbingan dan konseling sekadar bagian dari perpustakaan (yang disekat tirai), atau layaknya ruang sempit di pojok dekat gudang dan toilet. Betapa mendesak untuk dikedepankan peran bimbingan dan konseling dengan mencoba menempatkan kembali pada posisi dan peran yang sebenarnya. Menaruh harapan yang lebih besar pada BK dalam pendampingan pribadi, sekarang ini begitu mendesak, jika mengingat kurikulum dan segala orientasinya tetap saja menjunjung supremasi otak. Untuk memulai mewujudkan semua itu, butuh perubahan paradigma para kepala sekolah dan semua pihak yang terlibat dalam proses kependidikan.
B.     Rumusan Masalah
1.    Bagaimanakah gambaran umum bimbingan dan konseling belajar di SMPN 03 Krian Sidoarjo?
2.    Bagaimanakah perencanaan bimbingan dan konseling belajar di SMPN 03 Krian Sidoarjo?
3.    Bagaimanakah pelaksanaan bimbingan dan konseling belajar di SMPN 03 Krian Sidoarjo?
4.    Bagaimanakah evaluasi bimbingan dan konseling belajar di SMPN 03 Krian Sidoarjo?

C.    Tujuan Penelitian
1.    Mengetahui gambaran umum bimbingan dan konseling belajar di SMPN 03 Krian Sidoarjo
2.    Mengetahui perencanaan bimbingan dan konseling belajar di SMPN 03 Krian Sidoarjo
3.    Mengetahui pelaksanaan bimbingan dan konseling belajar di SMPN 03 Krian Sidoarjo
4.    Mengetahui eveluasi bimbingan dan konseling belajar di SMPN 03 Krian Sidoarjo

D.    Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian yang berjudul "laporan hasil bimbingan dan konseling belajar di SMPN 03 Krian Sidoarjo". Secara teoritis dan kegunaan secara praktis adalah :
1.      Menambah khasanah dan wawasan keilmuan di bidang bimbingan dan konseling. hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pustaka bagi mahasiswa pada khususnya guru pembimbing dan masyarakat luas pada umumnya serta dapat dijadikan sebagai pijakan awal untuk penelitian lanjutan.
2.      Mengetahui pelaksanaan bimbingan dan konseling belajar di SMPN 03 Krian Sidoarjo karena dirasa bahwa layanan Bimbingan konseling belajar merupakan salah satu layanan yang penting dalam melakukan proses belajar mengajar. Sehingga hal ini sangat perlu untuk mendapat perhatian lebih.
Dan bagi peneliti sendiri, sebagai penambah wawasan tentang ilmu bimbingan dan konseling serta untuk memenuhi tugas penelitian dalam mata kuliah “bimbingan dan konseling belajar disekolah”.     
E.     Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan di SMPN 03 Krian Sidoarjo menggunakan metode penelitian kualitatif, yakni suatu bentuk penelitian yang menghasilkan data deskriptif ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada.
Pada penelitian ini, peneliti langsung terjun ke lapangan untuk menyelidiki objek penelitian yaitu SMPN 03 Krian Sidoarjo, sedangkan dalam pengumpulan data-datanya  peneliti menggunakan metode sebagai berikut:
1.      Metode observasi
Metode observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian.
2.      Metode interview (wawancara)
Metode Interviw merupakan pengumpulan data atau informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. Dalam interviw ini peneliti secara langsung dengan menggunakan pertanyaan yang sesuai dengan kajian yang ditujukan kepada pelaksanaan Bimbingan dan Konseling.

















BAB II
LANDASAN TEORI

A.    Bimbingan dan Konseling Belajar
Bimbingan merupakan terjemahan dari kata guidance-guide yang artinya menunjukkan, memimpin, menuntun, mengatur, mengarahkan, memberi nasehat.[1] Definisi bimbingan lebih jelasnya adalah sebagai berikut:
·         Menurut pasal 27 Peraturan Pemerintah No. 29/90, Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan. (Depdikbud 1994).[2]
·         Menurut Lefever dalam Mc Daniel, 1995, Bimbingan adalah bagian dari proses pendidikan yang teratur dan sistematik guna membantu pertumbuhan anak muda atas kekuatannya dalam menentukan dan mengarahkan hidupnya sendiri, yang pada akhirnya ia dapat memperoleh pengalaman-pengalaman yang dapat memberikan sumbangan yang berarti dalam masyarakat.
·         Menurut Crow&Crow, 1960, Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang, baik laki-laki atau perempuan, yang memiliki kepribadian yang memadai dan terlatih dengan baik kepada individu-individu setiap manusia untuk membantunya mengatur kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan pandangan hidupnya sendiri, membuat keputusan sendiri, dan menanggung bebannya sendiri.
·         Menurut Shrtzen dan Stone, 1981, “Guidance is the process of helping individuals to understan themselves and their world.” Menurut definisi tersebut, bimbingan diartikan sebagai proses membantu perorangan untuk memahami dirinya sendiri dan lingkungan hidupnya.[3] 
Sedangkan “konseling” berasal dari bahasa Inggris “counseling” yang diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi konseling.[4] Istilah ini juga berasal dari bahasa Latin “consilium” yang artinya “dengan atau bersama, memahami atau menerima.” Sedangkan dalam bahasa Anglo Saxon adalah “sellan” yang artinya adalah menyerahkan atau menyampaikan.[5] Berikut adalah pendapat beberapa tokoh mengenai definisi konseling: 
·         Menurut Donald G. Mortenson dan Alan M, Sch. Muller, dalam bukunya yang berjudul “Guidance in Today’s School” yaitu menyatakan “Counseling my therefore, be defined as person to person process in wich one person is helped by another to increase in understanding and ability to meet his problem.” Konseling adalah suatu proses hubungan seorang dengan seorang, dimana seorang tersebut dibantu oleh yang lain untuk meningkatkan kemampuannya dalam mengatasi masalahnya. 
·         ASCA (American School Counselor Association) mengemukakan bahwa konseling adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan sifat penerimaan, dan pemberian kesempatan dari konselor kepada klien. Konselor mempergunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk membantu klien mengatasi masalah-masalahnya.[6]
·         C. Patterson (1959) mengemukakan bahwa konseling adalah proses yang melibatkan hubungan antar pribadi antara seorang terapis dengan satu klien atau lebih, dimana terapis menggunakan metode-metode psikologis atas dasar pengetahuan sistematik tentang kepribadian manusia dalam upaya meningkatkan kesehatan mental klien.
·          Edwin C. Elwis (1970) mengemukakan bahwa konseling adalah suatu proses dimana orang yang bermasalah dibantu secara pribadi untuk merasa dan berprilaku yang lebih memuaskan melalui interaksi dengan seseorang yang tidak terlibat (konselor) yang menyediakan informasi dan reaksi yang merangsang klien untuk mengembangkan prilaku yang memungkinkannya berhubungan secara efektif dengan dirinya dan lingkungannya.
·         Devision of 17 of The American Psychologocal Association (APA) merumuskan definisi konseling sebagai bekerja dengan individu atau kelompok yang berkaitan dengan masalah pribadi, sosial, pendidikan dan vokasional.[7]
Program Bimbingan dan Konseling adalah satuan rencana seluruh kegiatan Bimbingan dan Konseling yang akan dilaksanakan pada periode waktu tertentu dan dengan ketentuan yang telah ditentukan pula.[8] Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan bisa berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, sosial, belajar maupun karier melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdaarkan norma-norma yang berlaku (SK Mendikbud No. 025/D/1995).[9]
Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya.[10] Sedangkan pengertian belajar menurut beberapa tokoh, yaitu:
1.      Menurut Skinner, belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung secara progresif.
2.      Meurut Chaplin ( 1972 ), belajar mempunyai dua rumusan.
a.     Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman.
b.    Belajar adalah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus.
3.      Menurut Hintzman ( 1978 ), belajar adalah suaru perubahan yang terjadi dalam diri organisme, manusia atau hewan, disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.
4.      Menurut Wittig ( 1981 ), belajar adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam / keseluruhan tingkahlaku suatu organisme sebagai hasil pengalaman.[11]
Jadi bimbingan dan konseling belajar adalah suatu layanan atau kegiatan yang diberikan  kepada anak didik untuk membantu proses pengebangan diri, sikap, kebiasaan belajar yang baik, menguasai pengetahuan dan keterampilan, mempersiapkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

B.     Prinsip-prinsip Bimbingan dan konseling
Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling harus memperhatikan beberapa prinsip berikut. Dengan demikian pelaksanaan program dan layanan bimbingan dan konseling dapat berjalan dengan baik dan lancar. Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan yaitu:
a.         Sikap atau prilaku individu terbentuk dari segala aspek kepribadian yang unik dan rumit.
b.        Mengenal dan memahami perbedaan yang ada pada setiap individu.
c.         Bimbingan adalah suatu layanan yang membantu individu untuk mengatasi masalah yang dihadapinya.
d.        Bimbingan hendaknya bertitik tolak pada individu yang dibimbing.
e.         Alih tangan kasus (referal).
f.         Bimbingan dimulai dengan mengidentifikasi kebutuhan yang dirasakan oleh individu.
g.        Bimbingan harus luwes dan fleksibel (sesuai dengan kebutuhan).
h.        Program bimbingan harus sesuai dengan program pendidikan yang ada di sekolah.
i.          Program bimbingan harus dipegang atau dipimpin oleh ahlinya.
j.          Setiap program bimbingan harus dinilai secara berkala.[12]
Selain itu prinsip-prinsip bimbingan dan konseling di sekolah, adalah sebagaii berikut:
1.          Kenselor harus memulai karirnya sejak awal dengan program kerja yang baik, dan memiliki kesiapan yang tinggi untuk melaksanakan program tersebut
2.          Konselor harus selalu mempertahankan sikap profesional tanpa mengganggu keharmonisan hubungan antara konselor dengan personal sekolah lainnya dan siswa
3.          Konselor bertanggung jawab untuk memahami perannya sebagai konselor profesional dan menerjemahkan perannannya itu kedalam kegiatan nyata
4.          Konselor bertanggung jwaab atas semua siswa
5.          Konselor harus mampu bekerjasama secara efektif dengan kepala sekolah, memberikan perhattian dan peka terhadap kebutuhan, harapan, dan kecemasan – kecemasannya
6.          Konselor harus memahami dan mengembangkan kompetensi untuk membantu siswanya yang mengalami masalah dengan kadar yang cukup parah dan siswa – siswa yang menderita gangguan emosional[13].

C.    Fungsi bimbingan dan konseling
Ditinjau dari segi sifatnya layanan bimbingan dan konseling memiliki fungsi sebagai berikut:
1.      fungsi pencegahan ( preventif )
Pelayanan bimbingan dan konseling dapat berfungsi pencegahan, artinya merupakan usaha pencegahan terhadap timbulnya masalah. Dalam fungsi ini layanan yang diberikan berupa bantuan bagi para siswa agar terhindar dan berbagai masalah yang dapat menghambat perkembangannya tersebut dapat ditempuh melalui program bimbingan yang sistematis sehingga hal-hal yang dapat menghambat seperti kesulitan belajar, kekurangan intormasi, masalah sosial dan sebagainya dapat dihindari.
Beberapa kegiatan bimbingan yang dapat berfungsi pencegahan, antara lain:
   Program orientasi, yang memberi kesempatan kepada para mahasiswa untuk lebih mengenal sekolah sebagai lingkungannya yang baru. Dalam program ini dapat disampaikan berbagai informasi seperti: kurikulum, cara-cara belajar, fasilitas belajar, hubungan sosial, tata tertib sekolah, informasi pekerjaan, dan sebagainya.
   Program bimbingan karir, yang membantu para mahasiswa untuk memperoleh pemahaman diri dan lingkungan yang lebih baik serta mengembangkannya ke arah pencapaian karir yang sesuai dengan bakat, minat, cita-cita, dan kemampuan.
   Program pengumpulan data yang memungkinkan diperolehnya data yang lebih lengkap dan tepat yang amat diperlukan guna pemahaman pribadi siswa secara lebih mendalam.[14]
2.      fungsi pemahaman
Yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan keperlua pengembangan siswa. Pemahaman ini mencakup:
a.   pemahaman tentang diri siswa, terutama oleh siswa sendiri, orang tua, guru dan guru pembimbing.
b.  Pemahaman tentang lingkungan siswa ( termasuk didalamnya lingkungan keluarga dan sekolah ) terutama oleh siswa sendiri, orang tua, guru dan guru pembimbing
c.   Pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas ( termasuk didalamnya informasi pendidikan, jabatan / pekerjaan / karir, dan informasi budaya / nilai-nilai ), terutama oleh siswa.[15]
3.      fungsi perbaikan
Meskipun fungsi pencegahan, penyaluran, dan penyesuaian telah dilaksanakan, namun siswa yang bersangkutan masih mungkin mengalami masalah-masalah tertentu. Di sinilah fungsi perbaikan dan pelayanan bimbingan dan konseling diperlukan. Dalam hal ini bantuan bimbingan dan konseling berusaha untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi siswa.[16] Bantuan yang diberikan itu tentulah amat tergantung pada masalah yang dihadapi, baik dalam jenisnya, sifatnya, maupun bentuknya. Pendekatan yang dipakai dalam pemberian bantuan itu dapat bersifat perorangan ataupun kelompok, langsung berhadapan dengan siswa yang bersangkutan, melalui perantaraan orang lain (misalnya orang tua), ataupun melalui pengubahan lingkungan.
4.      fungsi pemeliharaan dan pengembangan
Fungsi pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk menjaga agar perilaku siswa yang sudah menjadi baik jangn sampai rusak kembali.[17]
Bimbingan dan konseling dapat berfungsi pengembangan, artinya layanan yang diberikan dapat membantu para siswa dalam mengembangkan keseluruhan pribadinya secara lebih terarah dan mantap. Dalam fungsi ini hal-hal yang dipandang sudah bersifat positif dijaga agar tetap baik dimantapkan. Dengan demikian dapat diharapkan para siswa dapat mencapai perkembangan kepribadian secara optimal.
Secara keseluruhan, jika semua fungsi yang terdahulu telah terlaksana dengan baik dapatlah dikatakan bahwa siswa yang bersangkutan mampu berkembang secara wajar, terarah dan mantap menuju perwujudan dirinya secara optimal. Keterpaduan semua fungsi tersebut akan sangat membantu perkembangan siswa secara terpadu pula.[18]
5.      fungsi penyaluran.
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah para siswa perlu dibantu agar memperoleh prestasi yang sebaik-baiknya. Untuk itu setiap siswa hendaknya mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan, sesuai dengan keadaan pribadinya masing-masing (seperti bakat, minat, kebutuhan, kecakapan, dan sebagainya).
Dalam hubungan ini bimbingan dan konseling membantu siswa mendapatkan kesempatan penyaluran pribadinya masing-masing. Melalui fungsi penyaluran, bimbingan dan konseling mengenali masing-masing siswa secara perseorangan, dan kemudian membantunya dalam penyaluran ke arah kegiatan atas program yang dapat menunjang tercapainya perkembangan yang optimal.
Bentuk kegiatan bimbingan dan konseling dalam fungsi ini misalnya,
      bantuan dalam:
1)      memperoleh jurusan yang tepat;
2)      menyusun program belajar;
3)      pengembangan bakat dan minat;
4)      perencanaan karir.[19]

D.    Tujuan bimbingan dan konseling
tujuan umum dan khusus dari bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut:
a.       Tujuan umum
Sebagimana dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) Tahun 2003 (UU. No. 20/2003) yaitu terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya yang cerdas, yang beriman, dan bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. (Depdikbud, 2004:5).
b.      Tujuan khusus
Pelayanan bimbingan dan konseling secara khusus adalah untuk membantu siswa agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangan yang meliputi aspek pribadi-sosial (mewujudkan pribadi yang bertaqwa, mandiri, dan bertanggung jawab), belajar (mencapai tujuan dan tugas perkembangan pendidikan), dan karir (mewujudkan pribadi pekerja yang produktif).[20]
ü  Tujuan Bimbingan dan Konseling di Sekolah
·                                                                                             Tujuan Bagi Peserta Didik
1.      Membantu murid-murid untuk mengembangkan pemahaman diri sesuai dengan minat, kecakapan, hasil ba;lajar serta kesempatan yang ada.
2.      Membantu dalam memahami tingkah laku manusia.
3.      Membantu murud-murid untuk memperoleh kepuasan pribadi.
·                                             Tujuan Bagi Sekolah
1.      Sebagai penengah antara sekolah dan masyarakat.
2.      Menyelenggarakan penelitian lanjutan terhadap murid-murid yang telah meninggalkan sekolah.
·                                             Tujuan Bagi Guru
1.      Membantu keseluruhan program pendidikan untuk menemukan kebutuhan-kebutuhan seluruh murid.
2.      Membantu dalam mengenal pentingnya keterlibatan diri dalam keseluruhan program pendidikan.
3.      Membantu guru dalam hubungan dengan murid-murid
·         Tujuan Bagi Orang Tua Murid
1.      Membantu orang tua dalam menghadapi masalah-masalah hubungan anatara manusia dalam keluarga, terutama yang berhubungan dengan murid-murid.
2.      Membantu dalam membina hubungan yang lebih baik antara keluarga dan sekolah[21].
Dengan demikian tujuan bimbingan yang merupakan penjabaran dari tujuan umum yang di rumuskan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.      Mengerti dirinya dan lingkungan. Mengerti diri meliputi pengenalan kemampuan, bakat khusus, minat dan cita-cita. Sedangkan mengerti lingkungan meliputi pengenalan baik lingkungan fisik, social maupun budaya.
2.      mampu memilih, memutuskan dan merencanakan hidupnya secara bijaksana baik dalam bidang pendidikan, pekerjaan dan social-pribadi.
3.      Mengembangkan kemampuan dan kesanggupan secara maksimal.
4.      Memecahkan masalah yang di hadapi secara bijaksana.
5.      Memahami dan mengarahkan diri dalam bertindak serta bersikap sesuai dengan tuntutan dengan keadaan lingkungannya[22].
Agar dapat mencapai tujuan-tujuan tersebut di atas, maka mereka harus mendapatkan kesempatan untuk :
1.      Mengenal dan memahami potensi, kekuatan, dan tugas-tugas perkembangannya.
2.      Mengenal dan memahami potensi atau peluang yang ada di lingkungannya,
3.      Mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya serta rencana pencapaian tujuan tersebut
4.      Memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri.
5.      Menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya, kepentingan lembaga tempat bekerja dan masyarakat.
6.      Menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya.
7.      Mengembangkan segala potensi dan kekuatan yang dimilikinya secara optimal.[23] 
E.     Asas-asas bimbingan dan konseling
Asas – asas Bimbingan dan Konseling adalah sebagai berikut:
1.  Kerahasiaan
Segala sesuatu yang dibicarakan peserta didik kepada guru pembimbing tidak boleh disampaikan kepada orang lain. Asas ini mendasari kepercayaan peserta didik kepada guru pembimbing.
2.  Kesukarelaan
Pelaksanan bimbingan dan kondseling berlangsung atas dasar kesukarelaan dari kedua belah pihak.
3.  Keterbukaan
Bimbingan dan konseling dapat berhasil dengan baik, jika peserta didik yang bermasalah mau menyampaikan masalah yang dihadapi kepada guru pembimbing dan guru pmbimbing bersedia membantunya[24].
4.  Kekinian
Adalah asas bimbingan dan konseling yang objek sasaran layanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan konseli dalam kondisi sekarang[25]. Dalam arti lain masalah yang ditanganinya adalah masalah yang dihadapinya saat itu, bukan masalah yang telah lampau[26].
5.  Kemandirian
Asas bimbingan dan konseling yang mengharapkan terbentuknya sikap mandiri anak didik atau tidak bergantung  kepada orang lain[27].
6.  Kegiatan
Asas bimbingan dan konseling yang menginginkan agar anak didik ikut berpartisipasi secara aktif di dalam penyelenggaraan kegiatan bimbingan[28].
7.  Kedinamisan
Asas bimbingan dan konseling  hendaknya dapat membantu peserta didik mengalami perubahan yang lebih baik dan mampu memperbaharui dirinya.

8.  Keterpaduan
Bimbingan dan konseling harus memadukan berbagai aspek kepribadian peserta didik dan proses layanan yang dilakukan.
9.  Kenormatifan
Usaha bimbingan dan konseling harus sesuai dengan norma yang berlaku, baik norma agama, adat, hukum, negara, ilmu maupun kebiasaan sehari-hari.
10.    Keahlian
Bimbingan dan konseling merupakan layanan profesional yang harus dilakukan oleh tenaga profesional / ahli yang khusus didik untuk melakukan tugas ini.
11.    Alih Tangan ( referal )
Usaha bimbingan dan konseling yang telah dilakukan secara optimal tetapi tidak berhasil juga maka bisa dialihkan kepada yang lebih ahli.
12.    Alih Tangan ( referal )
Bimbingan dan konseling yang mengharapkan agar seluruh pelayanan bimbingan dan konseling dapat menciptakan suasana yang mengayomi ( memberi rasa nyaman ), mengembangkan keteladanan, memberikan rangsangan dan dorongan serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada anak didik untuk maju[29].

F.     Bidang-bidang bimbingan dan konseling
Bidang – bidang Bimbingan dan Konseling sekolah mencakup empat bimbingan yaitu[30]:
1.      Bidang Bimbingan Pribadi
Adalah bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami, menilai, dan mengembangkan potensi dan kecakapan, bakat, dan minat serta kondisi sesuai dengan karakteristik kepribadian dan kebutuhan dirinya secara realistik[31].
 Bidang ini bertujuan membantu siswa mengenal, menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman, bertakwa kepada tuhan yang maha esa, mandiri serta sehat jasmani[32].
2.      Bidang Bimbingan Sosial
Adalah bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial yang sehat dan efektif dengan teman sebaya, anggota keluarga dan warga lingkungan sosial yang lebih luas[33].
Bidang ini bertujuan untuk membantu siswa memahami diri dalam kaitannya dengan lingkungan dan etika pergaulan yang dilandasi budi pkerti luhur dan tanggung jawab sosial[34].
3.      Bidang Bimbingan Belajar
Adalah upaya pemberian bantuan dari guru pembimbing kepada peserta didik dengan cara mengembangkan suasana belajar – mengajar yang kondusif agar terhindar dari kesulitan belajar, dapat mengatasi kesulitan belajar dan dapat mengembangkan cara belajar yang efektif.
Bidang ini bertujuan untu membantu peserta didik dalam menghadapi dan memecahkan masalah – masalah belajar, dan yang tergolong masalah – masalh belajar misalnya: pengenalan kurikulum, pemilihan jurusan, cara belajar dan perencanaan pendidikan lanjutan[35].
4.      Bidang Bimbingan Karir
Adalah  bidang layanan yang merencanakan dan mempersiapkan perkembangan karir anak[36] dan membantu peserta didik dalm memahami dan menilai informasi, sera memilih dan mengambil keputusan karir yang hendak dikembangkan dan dipilih[37].
Bidang ini bertujuan membantu siswa mengenal potensi diri sebagai prasyarat dalam mempersiapkan masa depan karir masing – masing siswa[38].




G.    Jenis-jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling
Macam – macam Layanan Bimbingan dan Konseling, Ada tujuh macam – macam layanan bimbingan dan konseling yaitu:
1)      Layanan Orientasi
Layanan bimbingan konseling yang memungkinkan peserta didik dan pihak – pihak lain yang dapat memberikan pengaruh besar terhadap peserta didik.
Materi kegiatan layanan orientasi menyangkut:
a.       Pengenalan lingkungan dan fasilitas sekolah
b.      Pengaturan dan hak – hak serta kewajiban siswa
c.       Kurikulum dengan seluruh aspek – aspeknya
d.      Peranan kegiatan pembimbing karir
e.       Peranan pelayanan bimbingan dan konseling dalam membantu segala jenis masalah dan kesulitan siswa.
2)      Layanan Informasi
Layanan bimbingan yang memungkinkan peserta didik dan pihak – pihak lain yang dapat memberikan pengaruh yang besar kepada peserta didik dalam menerima dan memahami informasi yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan sahari – hari sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat.[39]
Tujuan layanan ini agar peserta didik memiliki informasi yang memadai, baik informasi tentang dirinya maupun informasi tentang lingkungannya.
3)  Layanan Penempatan atau Penyaluran
Layanan untuk membantu peserta didik agar memperoleh wadah yang sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Tujuan layanan ini agar setiap peserta dapat mencapai prestasi optimal sesuai dengan potensi.[40]
4)      Layanan Bimbingan Belajar
Merupakan layanan yang memungkinan peserta didik mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik dalam menguasai materi belajar atau penguasaan kompetensi yang cocok dengan kecepatan  dan kemampuan dirinya serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya, dengan tujuan agar peserta didik dapat mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik.  Layanan pembelajaran berfungsi untuk pengembangan.[41]
Selain itu layanan konseling ini memungkinkan klien mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi pelajaran yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya.[42]
5)      Layanan Konseling perseorangan
Layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik yang mendapatkan layanan langsung secara tatap muka dengan guru pembimbing atau kenselor dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahannya.
Pelaksanaan usaha pengentasan permasalahan siswa, dapat mengikuti langkah–langkah sebagai berikut:
a.       Pengenalan dan pemahaman permasalahan
b.      Analisis yang tepat
c.       Aplikasi dan pemecahan permasalahan
d.      Evaluasi
e.       Tindak lanjut
6)  Layanan Bimbingan Kelompok
Layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik secara bersama – sama memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu yang berguna untuk menunjang kehidupannya sehari – hari baik individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat serta untuk pertimbangandalam pengambilan keputusan.
Layanan bimbingan kelompok mempunyai 3 fungsi yaitu:
a.   Berfungsi informatif
b.  Berfungsi pengembangan
c.   Berfungsi preventif dan kreatif
7)  Layanan Konseling Kelompok
Layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok. Dinamika kelompok adalah suasana yang hidup, yang berdenyut, bergerak, berkembang, yang ditandai dengan adanya interaksi antar sesama anggota kelompok.
Tujuan konseling kelompok meliputi:
a.       Melatih anggota kelompok agar berani berbicara dengan orang banyak.
b.      Melatih anggota kelompok dapat bertenggang rasa terhadap teman sebayanya.
c.       Dapat mengembangkan bakat dan minat masing – masing anggota kelompok.
d.      Mengentaskan permasalahan – permasalahan kelompok.[43]

H.    Kegiatan pendukung bimbingan dan konseling
Usaha untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang diri peserta didik dan keterangan tentang lingkungannya.
  1. Aplikasi Instrumentasi
Upaya pengungkapan melalui pengukuran dengan memakai alat ukur atau instrumen tertentu.
  1. Himpunan Data
Kegiatan untuk menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan peserta didik.
  1. Konferensi Kasus
Kegiatan untuk membahas permasalahan peserta didik dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan, kemudahan, dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan klien.
  1. Kunjungan Rumah
Kegiatan untuk memperoleh data, keterangan, kemudahan, dan komitmen bagi teretaskannya permasalahan peserta didik melalui kunjungan rumah klien.
  1. Alih Tangan Kasus
Kegiatan untuk memperoleh penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas permasalah yang dialami klien dengan memindahkan penanganan kasus kepihak lain yang lebih kompeten.[44]




I.   Teori Dalam Bimbingan Dan Konseling Belajar
Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling belajar ini menggunakan beberapa pendekatan dan teori belajar.
1.      Pendekatan dalam konseling
a.  Pendekatan konseling non direktif
Konseling non direktif dikembangkan oleh Carl R. Rogers guru besar dalam psikologi dan psikiatri, universitas Wisconsin, dan dipandang sebagai bapak konseling non direktif ( clien-centered counseling ). Pendekatan ini memberikan suatu gambaran bahwa yang menjadi pusat dari proses konseling adalah klien bukan konselor . karena itu dalam proses konseling klien itu sendiri didorong untuk mencari dan menemukan cara yang terbaik dalam pemecahan masalah.
              Rogers mengemukakan tiga pokok teori mengenai kepribadian, tiga pokok teori tersebut adalah:
ü  Organisme, adalah totalitas individu yang memiliki motif dasar yaitu mengaktualisasi, mempertahankan dan mengembangkan diri.
ü  Medan fenomenal, adalah keseluruhan pengalaman yang pernah di alami. Pengalaman itu terdiri dari pengalaman yang disimbolisasikan dan pengalaman yang tidak disimbolisasikan.
ü  Self, merupakan bagian yang terpisah dari medan fenomenal yang berisi pola pengalaman dan penilain yang sadar dari subyek. Self ini juga dinamakan self concept atau konsep diri. Self ini meliputi berbagai kemampuan, kelemahan, sifat-sifat, dan bagaimana hubungan diri dengan lingkungannya.[45]
              Konseling non direktif ini secara umum bertujuan untuk membantu individu atau klien agar berkembang secara optimal sehingga ia mampu menjadi manusia yang berguna. Konseling non direktif ini memiliki cirri-ciri konseling sebagai berikut :
·            Hubungan non direktif ini menempatkan klien pada kedudukan sentral. Klien lah yang aktif mengungkapkan dan memecahkan masalah. Jadi hubungan ini menekankan pada qaktifitas klien dan tanggung jawab klien itu sendiri.
·            Konselor hanya berperan sebagai pendorong dan pencipta situasi yang memungkinkan klien untuk bias berkembang sendiri.
·            Dalam prosesnya klien leih dominan perannya dari pada konselor.
·            Dalam proses konseling tidak terikat oleh langkah-langkah yang harus dilakukan oleh konselor tapi sangan bergantung pada klien.
·            Dalam proses konseling ini, empati menduduki tempt yang paling penting karena empati pada dasarnya adalah mengerti dan dapat merasakan perasaan klien.[46]
                 Kelemahan dan kelebihan konseling non direktif adalah sebagai berikut:
Ø  Kelemahan-kelemahan konseling non direktif
1)      Cara pendekatan yang berpusat pada klien ini menyita banyak waktu bila wawancara konseling tidak terarah.
2)      Kemampuan dan keberanian klien untuk mengungkapkan seluruh permasalahannya sangat terbatas.
3)      Kesulitan klien dalam menerima dan memahami dirinya sendiri.
4)      Pendekatan ini menuntut sifat dan kedewasaan klien.
5)      Aspek klinis sering menjadi masalah konselor, karena konselor belum terlatih dalam masalah psikologis.
Ø  Kelebihan-kelebihan konseling non direktif
1)      Pedekatan ini sangat baik digunakan jika klien memiliki kemampuan untuk merefleksikan diri dan mengungkapkan perasaan dan pikirannya.
2)      Pedekatan ini cocok dipergunakan sebab masalah yang dihadapi klien tetap menjadi klien itu sendiri.[47]

b.      Pendekatan konseling rasional emotif
            Pendekatan Rasional Emosi pertama kali dikembangkan oleh Albert Ellis pada tahun 1962.[48] Dari pengalamannya selama ia berpraktek dan dihubungkan dengan teori belajar tingkah laku, maka akhirnya Albert Ellis mencoba untuk mengembangkan teori baru yang diberinya nama “Rational Emotif Therapy” yang selanjutnya popular dengan singkatan RET.[49] 
            RET menolak pandangan psikoanalisis yang mengatakan bahwa penyebab gangguan emosional yang dialami oleh seorang individu adalah karena suatu atau peristiwa yang dialaminya. Menurut Albert Ellis, yang menimbulkan gangguan emosional bukanlah suatu peristiwa atau pengalaman yang dihadapi oleh individu, melainkan gangguan tersebut muncul karena pengertian atau pandangannya pada peristiwa tersebut. Gangguan emosi terjadi karena pikiran-pikiran individu yang bersifat irrasional terhadap peristiwa atau pengalaman yang dilaluinya.[50]
            Menurut teori ini, baik buruknya manusia ditentukan oleh seberapa jauh mereka menggunakan sistem keyakinan rasional untuk merespon orang lain. Jika seorang individu membuat reaksi dengan sisten keyakinan yang tidak rasional, maka mereka cenderung memandang dirinya dan orang lain sebagai orang jahat ketika dirinya dan orang lain gagal memenuhi harapan.[51]
            Teori ini menekankan pula bahwa manusia memiliki pilihan. Individu mengontrol pikiran, perasaan, sikap, dan tindakannya, dan merancang hidup sesuai dengan arahan atau keinginannya sendiri.[52]
Ø  Ciri-ciri dari Terapi Rasional Emosi adalah sebagai berikut:
a)      Konselor berperan lebih aktif daripada klien dalam menelusuri masalah yang dibantunya.
b)      Terciptanya proses hubungan yang baik antara konselor dank lien.
c)      Hubungan yang baik tersebut digunakan konselor untuk mengubah cara berpikir yang irrasional menjadi rasional.
d)     Dalam proses hubungan konseling, kehidupan masa lalu klien tidak terlalu ditelusuri oleh konselor.
e)      Diagnosis (rumusan masalah) yang dilakukan bertujuan untuk membuka ketidak logisan pola piker klien.[53]
Hakikat masalah yang dihadapi oleh klien adalah karena ketidak logisan cara berpikir klien. Cara berpikir yang irrasional inilah yang menimbulkan hambatan, gangguan atau kesulitan-kesulitan emosinal dalam melihat dan menafsirkan obyek atau fakta yang sedang dihadapinya. Individu merasa dicela, diejek, dan tidak diacuhkan oleh individu lain karena ia memiliki keyakinan dan berpikir bahwa individu lain mencela dan mengacuhkan dirinya.[54]


Ø  Konsep dasar dari Rational Emotive Theory adalah:
1)      Manusia dilahirkan dengan berbagai kekuatan dan potensi dan untuk kehidupannya, yang didalamnya terdapat kekuatan yang unik yaitu potensi manusia berpikir rasional (masuk akal) dan irasional (tidak masuk akal). Kedua hal ini terbentuk karena pengalaman-pengalaman serta proses belajar, yang berasal dari lingkungannya.
2)      Pikiran dan emosi adalah dua potensi yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya, emosi selalu menyertai proses berpikir.
3)      Emosi dan pemikiran negatif bersifat merusak dan harus ditangani dengan pemikiran rasional.
4)      Perasaan dan pikiran sangat erat hubungannya.[55]
Ø  Konsep pendekatan rasional emosi ini didasarkan pada teori A-B-C.
§  A= Activating Experience (pengalaman aktif), adalah keberadaan suatu fakta, peristiwa, tingkah laku atau sikap seseorang.
§  B= Belief System (cara individu memandang suatu hal), adalah pandangan, penghayatan, keyakinan individu tentang A yang menjadi penyebab C.
§  C= Emotional Consequence (akibat emosional), adalah konsekuensi atau reaksi emosional individu.
Flowchart: Connector: A Flowchart: Connector: B
 


                                                            
 


Flowchart: Connector: CKeterangan:
                                                         Pengaruh tak langsung
                          Pengaruh langsung



Ø  Tujuan dari Pendekatan Rasional Emosi
RET memiliki tujuan untuk memperbaiki dan mengubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta pandangan klien yang irrasional menjadi rasional, sehingga ia dapat mengembangkan diri dan mencapai realisasi diri yang optimal. Menghilangkan gangguan emosional yang dapat merusak diri seperti: benci, takut, rasa bersalah, cemas, was-was, marah, sebagai akibat dari berpikir yang tidak rasional. Melatih dan mendidik klien agar dapat menghadapi kenyataan hidup secara rasional dan membangkitkan kepercayaan diri, nilai-nilai, dan kemampuan diri.[56]
Tujuan utama dari RET adalah menunjukkan dan menyadarkan klien cara berpikirnya yang tidak logis itulah yang menyebabkan gangguan emosional pada dirinya. Atau dapat dikatakan bahwa RET ini bertujuan untuk membantu klien dalam membebaskan dirinya dari cara berpikir atau ide-ide yang tidak logis dan menggantinya dengan pola pikir yang logis.[57]
c.       Pendekatan konseling analisis transaksional
Pendekatan ini merupakan cara yang digunakan untuk memahami prilaku manusia melalui analisa transaksi-transaksi atau interaksi-interaksi antar manusia. Pendekatan ini mengungkapkan bahwa manusia mampu mengembangkan potensinya untuk keuntungan pribadi dan masyarakat (menikmati hidup, produktif dan kreatif, dan bebas dari gangguan psikologis).
Teori ini dikemukakan oleh Eric Lennard Berne (1910-1970). Menurut pendekatan ini manusia adalah makhluk social yang selalu berinteraksi dengan orang lain. Dalam berinteraksi social, sering timbul permasalahan yang disebabkan oleh adanya kesalahan dalam komunikasi. Analisis transaksional dapat membantu memperbaiki kesalahan komunikasi yang terjadi dalam interaksi social antar manusia.
Berne berpendapat bahwa dalam berhubungan dengan orang lain, seseorang memiliki cara pandang terhadap diri sendiri dan orang lain, yang disebut dengan Position Hunger atau posisi hidup. Ada empat posisi hidup yangditunjukkan seseorang, yaitu :
1.      I’am OK – You’re OK, adalah posisi yang sehat. Dalam posisi ini ia dan orang lain sama-sama dalam kondisi yang baik atau senang.
2.      I’m OK – You’re not OK, adalah posisi yang menganggap bahwa dirinya lebih baik daripada orang lain.
3.      I’m not OK – You’re OK, adalah posisi kalah, dimana seseorang memandang dirinya lebih rendah dari orang lain.
4.      I’m not OK – You’re not OK, adalah posisi tidak berdaya, yakni seseorang yang tidak punya gairah hidup karena menganggap ia dan orang lain sama-sama tidak baik.
            Dalam proses konseling hubungan klien dan konselor dipandang sebagai suatu transaksional ( interaksi, Tanya jawab) dimana masing-masing pihak berhubungan satu sama lain dengan fungsi dan tujuan tertentu. Setiap tindakan merupakan proses timbale balik merespon, dan memberi umpan balik. Menurut berner transaksi merupakan manifestasi hubungan social.
            Tingkah laku manusia ditentukan oleh pengalaman masa kanak-kanak, akan tetapi dapat berubah. Manusia hidup dalam lingkungan yang terbuka dan berkembang. Dengan berpikir, manusia dapat merencanakan masa depan dan membuatperkiraan terhadap kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.
            Dalam konseling analisis transaksional, tugas utama konselor adalah mengajarkan bahasa dan ide-ide untuk mendiaknosa transaksi. Tujuan konseling adalah membantu klien dalam mengembangkan pribadi agar dapat membuat ego dapat berfungsi pada saat yang tepat.
            Konseling ini dapat membuat seseorang untuk melakukan analisi transaksi dirinya sendiri. Konseli dibantu untuk menjadi orang yang bebas dan mandiri dalam memilih apa yang dia inginkan. Konseli juga dibantu dalam mengkaji keputusan yang telah dibuat dan membuat keputusan baru atas dasar kesadarannya.[58]
d.      Pendekatan Gestalt
            Dalam pendekatan ini mengungkapkan bahwa manusia pada dasarnya positif dan mengarahkan pada fully functioning. Dalam terapi klien mengalami perasaan yang dulunya ditolak. Klien mengaktualisasikan potensi dan mengarah pada peningkatan kesadaran, spontanitas, percaya diri dan inner-directediness. Pada konsepnya pendekatan ini menekankan pada " apa dan mengapa " dari pengalaman masa kini untuk membantu klien menerima perbedaan-perbedaan mereka.
            Terapi ini bertujuan mendampingi klien dalam mencapai kesadaran dari pengalaman momen ke momen dan memperluas kapasitas dalam memilih pemecahan masalah. Tujuan terapi bukan analisis melainkan integrasi.[59]
e.       Pendekatan Realitas
                  Pendekatan ini mengasumsikan bahwa manusia adalah makhluk social dan membutuhkan hubungan yang berkualitas untuk menjadi bagian. Masalah disebabkan oleh resistensi individu terhadap control dari orang lain atau usaha individu mengkontrol orang lain. Pendekatan ini berfokus utama pada apa yang dilakukan klien da bagaimanan mengarahkan mereka untuk mengevaluasi apaka tingkah laku mereka berhasil.
                  Pendekatan ini menolak model medis, ketidaksadaran dan mengungkit-ungkit masa lalu. Pendekatan ini juga bertujuan membantu klien agar menjad lebih efektif dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan. Memungkinkan klien berhubungan kembali dengan orang-orang yang dipilih untuk berada dalam dunianya.
f.       Pendekatan Behavioral ( Tingkah Laku )
Menurut pendekatan ini tingkah laku adalah hasil belajar. Orang merupakan hasil dari lingkungan tetapi juga pencipta lingkungan. Pendekatan ini berfokus pada tingkah laku overt, ketepatan dalam penentuan tujuan terapi, pengembangan rencana penangan yang khusus, eveluasi obyektif dari hasil terapi. Terapi didasarkan pada prinsip pada teori belajar. Tingkah laku normal dipelajari berdasarkan reinforcement dan imitasi.
Pendekatan ini bertujuan menghilangka tingkah laku maladaptive dan belajar tingkah laku yang lebih efektif. Mengfokuskan pada faktor0faktor yang mempengaruhi tingkah laku dan menemuka cara-cara mengatasi tingkah laku yang bermasalah. Klien aktif dalam menetapkan tujuan dan mengevaluasi seberapa berhasilnya tujuan tersebut dicapai.[60]



J.  Teori belajar
1.      Teori Gestalt
Teori dikemukakan oleh Koffka dan Kohler dari jerman. Dalam teori belajar yang terpenting adalah adanya penyesuaian awal yaitu memperoleh respon yang tepat untuk memecahkan problem yang dihadapi. Belajar yang penting bukan mengulangi hal-hal yang harus dipelajari, tetapi mengerti atau memperoleh insight ( wawasan ).
Prinsip belajar menurut teori Gestalt adalah
a)      Belajar berdasarkan keseluruhan, siswa dapat menghubungkan satu pelajaran dengan pelajar yang lain.
b)      Belajar adalah suatu proses perkembangan mulai dari perkembangan psikis dan fisik.
c)      Siswa sebagai organisme keseluruhan. Belajar tidak hanya belajar secara inteleknya tetapi juga emosional juga jasmaninya.
d)     Belajar adalah reorganisasi pengalaman, pengalaman adalah suatu interaksi antara seseorang denga lingkungannya.
e)      Belajar berlangsung terus-menerus, pengetahuan tidak hanya dapat disekolah tetapi bisa didapat diluar sekolah.

2.      Teori j. Bruner
Belajar tidak mengubah tingkah laku seseorang tapi mengubah kurikulum sekolah menjadi sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar lebih banyak dan mudah. Didalam proses belajar mementingkan partisipasi aktif dari tiap siswa dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan.
Untuk meningkatkan proses belajar perlu lingkungan yang dinamakan discovery learning environment yaitu lingkungan dimana siswa dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian yang mirip dengan yang sudah yang diketahui.
Dalam belajar guru harus memperhatian empat hal berikut ini:
1.      mengusahakan agar setiap siswa berpartisipasi aktif , minatnya perlu ditingkatkan, membimbing untuk mencapai tujuan tertentu.
2.      menganalisis struktur materi yang akan diajarkan dan menyajikannya secara sederhana sehingga muda dimengerti oleh siswa.
3.      guru mengajar berarti membimbing siswa melalui urutan pernyataan-pernyataan dari suatu masalah, sehingga siswa memperoleh pengertian an dapat menstranfer apa yang sedang dipelajari.
4.      memberi reincerment dan umpan balik ( feed back ). Penguatan yang optimal terjadi pada waktu siswa mengetahui bahwa "ia menemukan jawab" nya.

3.      Teori Piaget
Pendapat piaget mengenai perkembangan proses belajar pada anak-anak adalah sebagi berikut:
1)      Anak mempunyai struktur mental yang berbeda dengan orang dewasa maka memerlukan layanan tersendiri dalam belajar.
2)      Perkembangan mental pada anak melalui tahap-tahap tertentu.
3)      Walaupun tahap perkembangan tersebut melalui urutan tertentu tapi hal tersebut tidak jangka waktunya tidak selalu sama pada setiap anak dan lain sebagainya.
4)      Perkembangan mental anak dipengaruhi empat factor, yaitu:
a.       Kematangan,
b.      Pengalaman
c.       Interaksi social
d.      Equilibration ( proses dari ketiga factor diatas bersama-sama untuk membangun dan memperbaiki struktur mental ).[61]












BAB III
PEMBAHASAN

A.    Gambaran Umum Objek Penelitian.
1.    Profil Sekolah
SMP Negeri 03 Krian Sidoarjo merupakan salah satu sekolah negeri yang terletak  di Jl Raya Keboharan Krian Sidoarjo. Sekolah ini terletak di tepi jalan raya. Selain itu SMP Negeri 03 Krian Sidoarjo dekat dengan pabrik.
SMP Negeri 03 Krian Sidoarjo memiliki beberapa ruangan yang menunjang proses belajar mengajar siswa, seperti ruang kelas, laboratorium ( bahasa, IPA, komputer ), perpustakaan, ruang guru, ruang keterampilan, kantin, ruang multimedia, mushalla, ruang matematika dan ruang Bimbingan dan konseling.
Ruangan bimbingan dan konseling di SMPN 03 Krian Sidoarjo terletak diantara kelas VII E dan kelas VII F.
Jumlah guru BK dan jumlah guru dan jumlah murid dengan rincian sebagai berikut:
1)      Jumlah guru BK      : 2 orang
2)      Jumlah kelas            : 23 kelas
3)      Jumlah siswa            : 833 siswa
a.   Kelas VII
ü Putra          : 139
ü Putri           : 149
ü Jumlah       : 388
b.  Kelas VII
ü Putra    : 118
ü Putri    : 174
ü Jumlah : 292
c.   Kelas IX
ü Putra    : 100
ü Putri    :153
ü Jumlah : 253
Jumlah konselor di SMPN 03 Krian Sidoarjo ini ada dua orang, yaitu: Dra. NAFI'AH ( 417 siswa ) dan IDAJU WARDANI, S.Pd ( 416 siswa ).

B.     Perencanaan, Pengorganisasian, dan Pengkoordinasian  Bimbingan dan Konseling Belajar di SMPN 03 Krian Sidoarjo.
Bimbingan dan konseling belajar di sekolah ini bertujuan membantu siswa mengenal, menumbuhkan dan mengembangkan diri, sikap, dan kebiasaan belajar yang baik untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan, sesuai dengan program belajar di sekolah dalam rangka menyiapkan dan melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi dan atau berperan serta dalam kehidupan masyarakat. Dalam bidang ini dirinci sebagai berikut:
a.   Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, meliputi bersikap baik terhadap guru dan staf terkait, mengerjakan tugas, mengembangkan keterampilan serta dalam menjalani program penilaian, perbaikan dan pengayaan.
b.  Menumbuhkan disiplin siswa dalam belajar dan berlatih, baik secara mandiri maupun berkelompok.
c.   Mengembangkan penguasaan materi program belajar.
d.  Orientasi belajar di sekolah menengah baik umum maupun kejuruan. 
Bimbingan dan konseling belajar di sekolah ini diikuti dengan satuan layanan pendukung yang meliputi:
a.   Aplikasi Instrumentasi
b.  Himpunan Data
c.   Konferensi Kasus
d.  Kunjungan Rumah (Home Visit)
e.   Alih Tangan Kasus (Referal)

·     PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING
1.  LANDASAN
A.    Landasan Hukum
1.  UU Sisdiknas No. 20/2003 pasal 1 ayat 1 tentang pendidikan sebagai usaha sadar untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengenalan diri, kpribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlkan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.
2.  UU Sisdiknas No.20/2003 pasal 1 ayat 6 tentang pendidik adalah tenaga pendidikan yang berkualitas sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widya iswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain  yang sesuai dengan kekhususannay serta berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan.
3.  Kurikulum 2004
4.  Petunjuk pelaksanaan BK 2004 (Menejement BK).
B.     Landasan Rasional
Pengembangan potensi individu secara maksimal dan optimal.
2.  VISI DAN MISI
A.    Visi Bimbingan dan Konseling
Unggul dalam IPTEK dan berprestasi, terampil berkarya dan berakhlak mulia.
B.     Misi Bimbingan dan Konseling
1.      Melaksanakan kegiatan untuk memotivasi siswa.
2.      Melaksanakan pengembangan sikap empati, bertanggung jawab, dan kepedulian siswa terhadap sesame dan lingkungannya.

3.  DESKRIPSI KEBUTUHAN SISWA
1.      Beribadah sesuai dengan agamanya.
2.      Mengenal norma dan berprilaku sesuai dengan norma.
3.      Mengenal emosi dan mampu mengekspresikan secara wajar.
4.      Pemahaman sikap dan kebiasaan belajar yang positif dan mampu memecahakan masalahnya.
5.      Berprilaku social dan bertanggung jawab.
6.      Pemahaman tentang diri dan pengembangannya.
7.      Pemahaman etika pergaulan teman sebaya yang beragam latar belakangnya.
8.      Pemahaman tentang studi lanjutan dan jenis-jenis pekerjaan serta perencanaan belajar.

4.  TUJUAN
A.    Pengenalan/Penyadaran
1.  Mengenal arti dan tujuan ibadah
2.  Mengenal jenis-jenis norma dan memahami pentingnya norma dalam kehidupan
3.  Mengenal emosi sendiri dan mengekspresikan secara wajar (tidak kekanak-kanakan)
4.  Mengenal cara belajar yang efektif dan cara-cara pemecahan masalah serta pengambilan keputusan
5.  Memahami pentingnya berprilaku bertanggung jawab dalam kehidupan sosial
6.  Memahami karakteristik diri sendiri
7.  Memahami norma-norma pergaulan dengan teman sebaya
8.  Mengenal jenis-jenis studi lanjutan dan pekerjaan
B.     Akomodasi
1.  Berminat mempelajari arti dan tujuan ibadah
2.  Bersifat positif pada norma
3.  Berminat untuk lebih memahami keragaman emosi sendiri dan orang lain
4.  Memiliki sikap atau kebiasaan belajar yang positif dan berlatih memecahakan masalah
5.  Memiliki sikap-sikap sosial dengan orang lain yang bersifat heterogen (multi etnis, budaya, dan agama) seperti sikap empati, kooperatif, kolaboratif, dan toleran
6.  Menerima keadaan diri sendiri secara positif
7.  Menyadari tentang pentingnya penerapan norma-norma dalam bergaul dengan teman sebaya
8.  Memiliki motivasi untuk mempersiapakan diri dengan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan studi lanjutan atau pekerjaan yang diminatinya
C.    Tindakan
1.  Melakukan berbagai kegiatan ibadah dengan kemauan sendiri
2.  Berprilaku sesuai dengan norma masyarakat
3.  Dapat mengekspresikan emosi atas dasar kontekstual ( norma/budaya )
4.  Dapat memecahkan masalah dan mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan yang matang dan bertanggung jawab atas resiko yang mungkin terjadi
5.  Berprilaku sosial yang bertanggung jawab dalm berinteraksi dengan orang lain
6.  Menampilkan prilaku yang merefleksikan pengembangan kualitas pribadinya
7.  Bergaul dengan sebaya secara positif dan kontraktif
8.  Mengidentifikasi ragam alternative studi lanjutan atau pekerjaan yang mengandung rekronsi dengan kemampuan dan minatnya 

5.  KOMPONEN PROGRAM
A.    Layanan Dasar Bimbingan
1.      Mengenal arti dan tujuan ibadah
2.      Berminat mempelajari arti dan tujuan ibadah
3.  Mengenal jenis-jenis norma dan memahami alas an pentingnya norma dalam kehidupan
4.      Mengenal emosi sendiri dan mengekspresikan secara wajar
5.      Berminat memahami keragaman emosi sendiri dan orang lain
6.      Mengenal cara belajar efektif
7.      Mengenal cara-cara pemecahan masalah dan pengambilan keputusan
8.      Memahami pentingnya berprilaku bertanggung jawab dalam kehidupan sosial
9.      Memahami karakteristik diri sendiri
10.  Memahami etika pergaulan dengan sebaya
11.  Mengenal jenis-jenis dan karakteristik studi lanjutan dan pekerjaan
12.  Layanan ini diberikan dalam bentuk klasikal dan individual 
B.     Layanan Responsif
Diberikan kepada peserta didik/siswa yang dipandang mengalami hambatan dalam menyelesaikan tugas perkembangannya dengan strategi:
1.    Konseling individual
2.    Konseling kelompok
3.    Konseling krisis
4.    Bimbingan teman sebaya
5.    Layanan perencanaan individual
6.    Penilain individual/kelompok
7.    Nasehat individual/kelompok
C.    Dukungan Sistem
1.  Pengembangan professional
2.  Konsultasi dan kolaborasi guru, orang tua, staf sekolah lainnya dan pihak di luar sekolah
3.  Menejement program

       I.       RENCANA OPERASIONAL (PROTA, PROMES, SILABUS)

PENGKOORDINASIAN PROGRAM KEGIATAN
BIMBINGAN DAN KONSELING
SMP NEGERI 03 KRIAN
TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011

No
Jenis Kegiatan
Tujuan
Bulan
7
8
9
10
11
12
1
2
3
4
5
6
I
Persiapan













1
Penyusunan program
Program kerja

x










2
Konsultasi program-program
Persetujuan kepala sekolah

x










3
Penyediaan sarana
Perlengkapan fasilitas

x
y
y
y
y
y
y
y
y
y
y
II
Layanan Bimbingan













1
Layanan orientasi
Pengenalan lingkungan

x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
2
Layanan informasi
Bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan

x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
3
Layanan penempatan
Penempatan dan penyaluran

y
y
y
y
y
y
y
y
y
y
y
4
Layanan pembelajaran
Perkembanga sikap dan kebiasaan belajar

x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
5
Layanan konseling individu
Pembahasan dan pemecahan masalah

y
y
y
y
y
y
y
y
y
y
y
6
Layanan bimbingan kelompok
Perolehan bimbingan dan narasumber

y
y
y
y
y
y
y
y
y
y
y
7
Layanan konseling kelompok
Pembahasan dan pemecahan masalah

y
y
y
y
y
y
y
y
y
y
y
8
Layanan konsultasi
Pembahasan dan pemecahan masalah

y
y
y
y
y
y
y
y
y
y
y
9
Layanan mediasi
Pembahasan dan pemecahan masalah

y
y
y
y
y
y
y
y
y
y
y
III
Kegiatan Pendukung













1
Aplikasi instrumen
Kumpulan data

x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
2
Penyelenggaraan himpunan data
Mengumpulkan data

x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
3
Konferensi kasus
Kelengkapan dan pemecahan masalah

y
y
y
y
y
y
y
y
y
y
y
4
Kunjungan rumah
Kelengkapan data dan pembahasan serta pemecahan masalah

y
y
y
y
y
y
y
y
y
y
y
5
Alih tangan
Penanganan kasus

y
y
y
y
y
y
y
y
y
y
y
IV
Pengembangan dan Pembinaan













1
penataran
Tingkat provinsi

y
y
y
y
y
y
y
y
y
y
y
2
MGP / MGBP
Penambahan wawasan

x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
V
Evaluasi dan tindak lanjut
Umpan balik keberhasilan dan kelanjutan











x

Keterangan.
X : Dilaksanakan sesuai jadwal
Y : Dilaksanakan sesuai kebutuhan


C.    Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Belajar di SMPN 03 Krian Sidoarjo
·     RENCANA KEGIATAN OPERASIONAL BK
A.    PERSIAPAN
Penyusunan program kegiatan BK. Pada dasarnya program kegiatan BK merupakan kewajiban dari guru BK. Akan tetapi dalam pelaksanaannya selalu disesuaikan dan dilaksanakan sesuai dengan dana dan fasilitas yang ada.

B.     PENGUMPULAN DATA DAN ANALISA
Tujuan pengumpulan data adalah untuk memperoleh data-data atau keterangan yang selengkap-lengkapnya tentang siswa yang diperlukan untuk memberikan bantuan atau layanan kepada mereka.
1.  Jenis data yang diperlukan adalah:
ü  Identitas pribadi siswa seperti: nama, nomor induk, jenis kelamin, tempat dan tanggal lahir, agama, alamat dan sebagainya.
ü  Data keadaan keluarga dan lingkungan sosialnya, misalnya: status ekonomi keluarga, perhatian keluarga terhadap anak tersebut, anak kandung, anak angkat, tinggal bersama orang tua, kost ataupun numpang pada keluarga lain, bahasa sehari-hari, fasilitas maupun corak pergaulan siswa.
ü  Data psikis siswa yang meliputi aspek intelektual (tingkat kecerdasan, bakat, dan minat) dan aspek emosional (mudah tidaknya terharu pada situasi sedih/gembira, ketergantungan pada orang lain, pendiam, mudah atau sukar kekecewaan atau kegagalan dan sebagainya).


C.    PEMBERIAN INFORMASI
Tujuan siswa memperoleh informasi tentang situasi pendidikan yang ditempuh dan infomasi lain yang sanagt berguna untuk pengembangan kepribadiannya. Jenis informasi dan orientasi yang diberikan yaitu:
o   Orientasi BK
o   Informasi tentang cara belajar yang efektik dan efisien
o   Orientasi kegiatan belajar mengajar di SMP
o   Informasi tata krama
o   Informasi bimbingan karir
Sedangkan teknik penyampaian informasi yang digunakan adalah dengan ceramah, diskusi, brosur, ditempel di papan informasi, kegiatan kelompok atau karya wisata.
D.    BANTUAN PENYULUHAN/KONSELING
Tujuan: membantu siswa mengatasi/memecahkan masalah-masalah yang dihadapi siswa sehingga siwa dapat mengembangkan potensi secara optimal untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
1.      Masalah-masalah belajar yang dianggap memerlukan konseling yaitu:
-          Konflik antara bakat dan lingkungan
-          Konflik perkembangan intelektual dan emosional
-          Konflik antara situasi sekolah dengan lingkungan
2.      Faktor-faktor masalah:
-          Kesulitan dan kegagalan belajar
-          Masalah pribadi
-          Penggunaan waktu luang
-          Pergaulan
-          Kesehatan
Pendekatan knseing yang digunakan: pendekatan rasional, pribadi, kelompok, kekeluargaan.
E.     HUBUNGAN MASYARAKAT
1.      Tujuan Kegiatan:
·         Mengadakan tukar pendapat dengan kepala sekolah, wali kelas, guru, staff ataupun orang tua siswa agar dapat membantu atau memberikan gambaran tentang kegiatan dan konseling.
·         Melakukan kunjungan rumah (home visit).
·         Melakukan hubungan dengan instansi lain jika diperlukan.
F.     PERTEMUAN STAF/BK
a)      Pertemuan insidental
b)      Pertemuan rutin
c)      Pertemuan kasus, konferensi kasus

Ø  Kegiatan hari senin SMP Negeri 03 krian tahun pel 2010-2011
NO
HARI/TANGGAL
KEGIATAN / TEMPAT
UPACARA
BINTAL/MUSHOLLA
BK/KELAS
1
Senin, 17 Januari 2011
VII A,B,C,D,E,F,G,H
IX A,B,C,D,E,G
XI E,F
VIII A,B,C,D,E,F,G,H
2
Senin, 24 Januari 2011
VII A,B,C,D,E,F,G,H
IX B,C,D,E,F
IX A,G
VIII A,B,C,D,E,F,G,H
3
Senin, 31 Januari 2011
VII A,B,C,D,E,F,G,H
IX A,C,D,E,F,G
IX B
VIII A,B,C,D,E,F,G,H
4
Senin,7 FebruarI 2011
IX A,B,C,D,E,F,G
VIII C,D,E,F,G,H
VIII A,B
VII A,B,C,D,E,F,G,H
5
Senin,14 FebruarI 2011
IX A,B,C,D,E,F,G
VIII A,B,E,F,G,HS
VIII C,D
VII A,B,C,D,E,F,G,H
6
Senin,21 FebruarI 2011
IX A,B,C,D,E,F,G
VIII A,B,C,D,G,H
VIII E,F
VII A,B,C,D,E,F,G,H
7
Senin,28 FebruarI 2011
IX A,B,C,D,E,F,G
VIII A,B,C,D,E,F
VIII G,H
VII A,B,C,D,E,F,G,H
8
Senin,7 Maret  2011
IX A,B,C,D,E,F,G
VII C,D,E,F,G,H
VII A,B
VIII A,B,C,D,E,F,G,H
9
Senin,14 Maret  2011
IX A,B,C,D,E,F,G
VII A,B,E,F,G,H
VII C,D
VIII A,B,C,D,E,F,G,H
10
Senin,21 Maret  2011
IX A,B,C,D,E,F,G
VII A,B,C,D,G,H
VII E,F
VIII A,B,C,D,E,F,G,H
11
Senin,28 Maret  2011
IX A,B,C,D,E,F,G
VII A,B,C,D,E,F
VII G,H
VIII A,B,C,D,E,F,G,H

CATATAN                                                                                             Krian,10 januari 2011
ü  Kegiatan di MUSHOLLA membawa mukena untuk putrid                   Kepala Sekolah
ü  Kegiatan di BK membawa buku tulis
ü  Jadwal kegiatan mulai 06.30 wib tepat

     Drs. H. Rodhi As’ad
          Nip. 196105261986031008






Ø  Faktor-Faktor Pendukung Dan Penghambat Pelaksanaan Layanan Bimbingan Dan Konseling Belajar
1.      Faktor Pendukung:
·         Partisipasi guru, wali kelas dan kepala sekolah dalam upaya memberi motivasi belajar kepada siswa dan pemberian informasi dalam rangka pengumpulan data sangat positif.
·         Sarana dan prasarana yang disediakan oleh sekolah cukup memadai, akan tetapi kurang.
·         Partisipasi orang tua/wali murid cukup baik.
2.      Faktor Penghambat:
·         Siswa, Kesadaran dan sikap keterbukaan siswa terhadap Bimbingan dan Konseling masih kurang, terutama ketika siswa di panggil oleh konselor. Siswa merasa bersalah ketika ia harus berhadapan atau berurusan dengan konselor.
·         Orang tua, Kurang adanya pendekatan secara pribadi antar orang tua dengan anak sehingga siswa sulit memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
·         Konselor, Tenaga konselor tidak sebanding dengan jumlah siswa sehingga penanganan siswa-siswa yang bermasalah belum semuanya tuntas.

Ø  Tingkat Keberhasilan Layanan Bimbingan Dan Konseling
Tingkat keberhasilan yang dicapai dalam pelaksanaan BK yaitu:
a.      Layanan bimbingan:
Dari berbagai bentuk layanan bimbingan yang diberikan pada siswa sebagian besar dapat membantu memotivasi dan meningkatkan pengembangan diri dan sikap siswa.
b.  Layanan konseling:
Dari layanan konseling yang diberikan kepada siswa hampir 80% menunjukkan adanya perubahan tingkah laku yang positif.
Layanan bimbingan dan konseling belajar, dari layanan bimbingan belajar/kesulitan belajar dari siswa mewujudkan kenaikan prestasi, sedangkan dari layanan bimbingan studi lanjut  hamper 90% siswa dapat melanjutkan sekolah sesuai dengan bakat, minat serta cita-citanya.


Ø  Dampak Layanan Bk
1)      Secara positif:
1.      Siswa dapat memahami keberadaan dirinya, kelebihan serta kekurangannya.
2.      Siswa dapat memilih sekolah sesuai dengan bakat dan minatnya.
3.      Keberadaan BK sangat diperlukan baik dari segi pribadiataupun prestasi.
2)      Secara negatif:
1.      Aktifitas BK kurang mendapatkan respon dari siswa.
2.      Kurangnya sarana dan prasarana sebagai penunjang pelaksanaan layanan/kegiatan BK.
3.      Ruang BK sekaligus sebagai ruang UKS
4.      Kurangnya dana sebagai biaya operasional pelaksanaan layanan/kegiatan BK.

D.    Evaluasi Bimbingan dan Konseling Belajar di SMPN 03 Krian Sidoarjo.

1.  Evaluasi Dan Tindak Lanjut
Tujuan: untuk mengetahi efektifitas layanan BK dalam membantu keberhasilan program sekolah dan murid.
ü Bentuk kegiatan:
§ Melakukan studi/penilaian tentang perkembangan siswa dalam hal pelayanan mental/pribadi.
§ Meneliti seberapa jauh program bimbingan telah mencapai tujuan yang diinginkan
§ Membuat kemungkinan-kemungkinan perbaikan program.   

2.      Faktor-Faktor Pendukung Dan Penghambat Pelaksanaan Layanan Bimbingan Dan Konseling Belajar
a.        Faktor Pendukung:
·         Partisipasi guru, wali kelas dan kepala sekolah dalam upaya memberi motivasi belajar kepada siswa dan pemberian informasi dalam rangka pengumpulan data sangat positif.
·         Sarana dan prasarana yang disediakan oleh sekolah cukup memadai, akan tetapi kurang.
·         Partisipasi orang tua/wali murid cukup baik.

b.      Faktor Penghambat:
·     Siswa, Kesadaran dan sikap keterbukaan siswa terhadap Bimbingan dan Konseling masih kurang, terutama ketika siswa di panggil oleh konselor. Siswa merasa bersalah ketika ia harus berhadapan atau berurusan dengan konselor.
·     Orang tua, Kurang adanya pendekatan secara pribadi antar orang tua dengan anak sehingga siswa sulit memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
·     Konselor, Tenaga konselor tidak sebanding dengan jumlah siswa sehingga penanganan siswa-siswa yang bermasalah belum semuanya tuntas.

3.      Tingkat Keberhasilan Layanan Bimbingan Dan Konseling
Tingkat keberhasilan yang dicapai dalam pelaksanaan BK yaitu:
a)      Layanan bimbingan:
Dari berbagai bentuk layanan bimbingan yang diberikan pada siswa sebagian besar dapat membantu memotivasi dan meningkatkan pengembangan diri dan sikap siswa.
b)      Layanan konseling:
Dari layanan konseling yang diberikan kepada siswa hampir 80% menunjukkan adanya perubahan tingkah laku yang positif.
Layanan bimbingan dan konseling belajar, dari layanan bimbingan belajar/kesulitan belajar dari siswa mewujudkan kenaikan prestasi, sedangkan dari layanan bimbingan studi lanjut  hamper 90% siswa dapat melanjutkan sekolah sesuai dengan bakat, minat serta cita-citanya.

4.      Dampak Layanan Bk
a.       Secara positif:
·         Siswa dapat memahami keberadaan dirinya, kelebihan serta kekurangannya.
·         Siswa dapat memilih sekolah sesuai dengan bakat dan minatnya.
·         Keberadaan BK sangat diperlukan baik dari segi pribadiataupun prestasi.
b.      Secara negatif:
·         Aktifitas BK kurang mendapatkan respon dari siswa.
·         Kurangnya sarana dan prasarana sebagai penunjang pelaksanaan layanan/kegiatan BK.
·         Ruang BK sekaligus sebagai ruang UKS
·         Kurangnya dana sebagai biaya operasional pelaksanaan layanan/kegiatan BK.
  1. Factor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa
1)      Faktor intern
Factor ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu fisiologis dan psikologis
a.      Fisiologis
ü  Kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan dan bagian-bagiannya (bebas dari penyakit). Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap proses belajarnya. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang tersebut terganggu. Selain itu ia juga akan cepat lelah kurang bersemangat mudah pusing, ngantuk jika bandannya lemah, kurang darah atau gangguan-gangguan / kelainan-kelainan, fungsi alat indera serta tubuhnya.
ü  Cacat tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang semurna mengenai tubuh/ badan. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar siswa. Siswa yang cacat belajarnya juga akan terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau di usahakan alat Bantu agar dapat menghindari atau kecacatannya tersebut.

b.      psikologis
a)      intelegensi
intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama siswa yang  mempunyai tingkat kecerdasan yang tinggi akan lebih berhasil dari pada yang mempunyai tingkat kecerdasan rendah.
b)      Perhatian
Untuk menjamin hasil belajar yang bak maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap materi yang dipunyainya. Jika materinya tidak menjadi perhatian siswa maka timbullah kebosanan sehingga ia tidak lagi suka belajar. Usahakan bahan pelajaran selalu menarik perhatian dengan cara mengusahakan pelajaran tersebut sesuai dengan hobi atau bakatnya.

c)      Minat
Adalah kecenderung yang tetap untuk memperhatikan beberapa kegiatan. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila materi tidak diminati siswa, siswa tidak akan belajar denga sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya.
d)     Bakat
Adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Bakat juag mempengaruhi proses belajar. Sangat penting mengetahui bakat siswa agar dapat menempatkan siswa belajar di kelas atau di sekolah yang sesuai dengan bakatnya.
e)      Kematangan
Adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Kematangan belum berarti anak dapat melaksanakan kegiatan secara terus menerus, untuk itu diperlukan latihan-latihan dan pelajaran. Belajar akan lebih berhasil jika anak sudah siap (matang).
f)       Kesiapan
Adalah kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi. Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan maka kesiapannya akan lebih baik.
2)      Factor ekstern
a.      Keluarga
a)      Cara orang tua mendidik
Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar anak. Orang tua yang mendidik anak dengan cara memanjakannya adalah cara mendidik yang tidak baik. Orang tua yang terlalu kasihan pada anak sehingga tak sampai hati untuk memaksa anaknya untuk belajar, bahkan membiarkan anak tidak belajar dengan rasa segan adalah tidak benar, karena hal itu dibiarkan berlarut-larut anak akan menjadi nakal, berbuat seenaknya saja, pasti belajarnya menjadi kacau.
b)      Relasi antar anggota keluarga
Relasi yang terpenting adalah relasi orang tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya atau dengan anggota keluarga yang lain pun turut mempengaruhi belajar anak.
c)      Suasana rumah
Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga dimana anak berada dan belajar. Suasana rumah juga merupakan factor yang penting yang tidak termasuk factor yang disengaja. 
d)     Keadaan ekonomi keluarga
Keadaan ini erat hubungannya dengan belajar anak. Jika anak hidup dalam keluarga yang miskin, kebutuhan pokok anak kurang terpenuhi, akibatnya kesehatan anak terganggu sehingga belajar anak juga terganggu. Akibat yang lain anak selalu dirundung kesedihan sehingga anak merasa minder dengan teman lainnya, hal ini pasti akan mengganggu belajar anak. 
e)      Pengertian orang tua
Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat, orang tua wajb memberi pengertian dan dorongan, membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami siswa di sekolah.
f)       Latar belakang kebudayaan
Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik pada anak agar dapat mendorong semangat anak untuk belajar.

b.      Sekolah
a)      Metode mengajar
Metode mengajar adalah suatu jalan / cara yang harus dilalui didalam mengajar. Agar siswa belajar dengan baik, maka metode mengajar harus diusahakan yang setepat, efesien dan efektif mungkin.


b)      Kurikulum
Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu.
c)      Relasi guru dengan siswa
Didalam relasi guru dan siswa yang baik, siswa akan menyukai gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikannya sehingga siswa mempelajari sebaik-baiknya.
d)     Relasi siswa dengan siswa
Siswa yang mempunyai sifat-sifat atau tingkah laku yang kurang menyenangkan teman lain, mempunyai rasa rendah diri atau sedang mengalami tekanan-tekanan batin, akan diasingkan dari kelompok.
e)      Disiplin sekolah
Kedisiplinan sekolah erat hubungannya denga kerajinan siswa dalam sekolah juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dengan melaksanakan tata tertib, kedisiplinan pegawai/karyawan dalam pekerjaan administrasi dan kebersihan dan keteraturan kelas, gedung kelas, halaman dan lain-lain, kedisiplinan kepala sekolah dalam mengelola seluruh staf beserta siswa-siswanya.
f)       Alat pelajaran
Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa , karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajaranya akan menjadi lebih giat dan lebih maju.
g)      Waktu sekolah
      Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar mengajar disekolah, waktu itu dapat dipagi hari, siang, sore/malam hari. Waktu sekolah juga mempengaruhi belajar siswa. Jika terjadi, siswa terpaksa masuk sekolah disore hari, sebenarnya kurang dapat dipertanggungjawabkan. Jika siswa bersekolah dalam kondisi badannya lelah/lemah, misalnya pada pagi hari, akan kesulitan dalam menerima pelajaran. Kesulitan itu, karena siswa sulit berkonsentrasi dan berpikir pada kondisi badan yang lemah tadi. Jadi, memilih waktu sekolah yang tepat  akan  memberi pengaruh yang positif terhadap belajar.   
h)      Metode belajar
Banyak siswa melaksanakan cara belajar yang salah. Dalam hal ini, perlu pembinaan dari guru. Dengan cara belajar yang tepat akan efektif pula hasil belajar siswa itu. Juga dalam pembagian waktu untuk belajar. Kadang-kadang siswa belajar tidak teratur, atau terus-menerus, karena besok akan tes. Dengan belajar demikian siswa akan kurang istirahat. Bahkan munkin dapat jatuh sakit. Maka perlu belajar secara teratur setia hari, dengan pembagian waktu yang baik, memilih cara belajar yang tepat dan cukup istirahat akan meningkatkan hasil belajar.
i)        Tugas rumah
Watu belajar terutama adalah di sekolah, disamping untuk belajar waktu dirumah biarlah digunakan untuk kegiatan-kegiatan lain. Maka diharapkan guru jangan terlalu banyak memberi tugas yang harus dikerjakan dirumah, sehingga anak tidak mempunyai  waktu lagi untuk kegiatan yang lain.   

c.       Masyarakat
a) Kegiatan Siswa Dalam Masyarakat
kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa ambil bagian kegiatan masyarakat yang terlalu banyak, misalnya berorganisasi, kegiatan-kegiatan social, keagamaan dan lain-lain, belajarnya akan terganggu, lebih-lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur waktunya.
b) Mass Media
yang termasuk dalam mass media adlah bioskop, radio, televise, surat kabar, majalah, buku-buku komik, dan lain-lain. Semuanya itu ada dan beredar dalam masyarakat. Mass media yang memberi pengaruh yang baik terhadap siswa dan juga terhadap dalam belajarnya.


c) Teman bergaul
pengaruh-pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam jiwanya daripada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap siswa, begitu juga sebaiknya, teman bergaul yang  jelek pasti mempengaruhi yang bersifat buruk juga. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka perlulah diusahakan agar siswa memiliki teman bergaul yang baik-baik dan pembinaan pergaulan yang baik serta pengawasan dari orang tua dan pendidik harus cukup bijaksana ( jangan terlalu ketat tetapi juga jangan lengah )
d) Bentuk Kehidupan Masyarakat
kehidupan masyarakat disekitar siswa juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi, suka mencuri dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik akan berpengaruh jelek kepada siswa yang berada disitu.

  1. Usaha Mengatasi Kesulitan Belajar
Dalam proses mengatasi kesulitan belajar perlu dicari sumber penyebab utama dan sumber-sumber penyebab penyerta lainnya, adalah menjadi mutlak adanya dalam rangka mengatasi kesulitan belajar. Secara garis besar langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam rangka mengatasi masalah belajar, dapat dilakukan melalui enam tahap, yaitu:
a)      Pengumpulan data
Untuk menemukan sumber penyebab kesulitan belajar, diperlukan banyak informasi. Untuk memperoleh informasi tersebut, maka perlu diperlu diadakan suatu pengamatan langsung yang disebut dengan pengumpulan data. Beberapa metode dalam pengumpulan data diantaranya adalah observasi, kunjungan rumah, case study, cake history, daftar pribadi, mneliti pekerjaan anak, tuags kelompok dan melaksanakan tes ( baik tes IQ, tes prestasi )
b)      Pengolahan data
Data yang terkumpul harus diolah dan dikaji untuk mengetahui secara pasti sebab-sebab kesulitan belajar yang dialami oleh anak. Langkah yang dapat ditempuh antara lain: identifikasi kasus, membandingkan antar kasus, membandingkan dengan hasil tes dan menarik kesimpulan.

c)      Diagnosa
Diagnosa adalah keputusan ( penentuan ) mengenai hasil dari pengolahan data. Dalam rangka diagnosa ini biasanya memerlukan berbagai bantuan tenaga ahli, misalnya dokter, psikolog, psikiater, orang tua anak, dll. Tergantung pada kebutuhan dan kemampuan.
d)     Prognosa ( rencana tidak lanjut masalah )
Prognosa artinya " ramalan ". apa yang telateh ditetapkan dalam tahap diagnosa akan menjadi dasar utama dalam menyusun dan menetapkan ramalan menganai bantuan apa yang harus diberikan kepada anak untuk membantu mengatasi permasalahannya. Dengan kata lain, prognosa adalah merupakan aktivitas penyususnan rencana / program yang diharapkan dapat membantu mengatasi masalah kesulitan belajar anak didik.
e)      Treatment/ Perlakuan
Merupakan pemberian bantuan kepada anak yang mengalami kesulitan belajar sesuai dengan program yang telah disusun pada tahap pragnosa. Bentuk treatment yang dapat diberikan adalah melalui bimbingan belajar kelompok, melalui bimibingan belajar kelompok, melalui bimbingan belajar individual, pemberian bimbingan pribadi untuk mengatasi masalah-masalah psikologis, melalui bimibingan orang tua dan pengatasan kasus sampingan yang mungkin ada.
f)       Evaluasi
evaluasi dilaksanakan untuk mengatahui apakah treatment yang telah diberikan dapat berhasil dengan baik, artinya ada kemajuan, atau bahkan gagal sama sekali. Kalau ternyata treatment yang di terapkan tidak berhasil maka perlu ada pengecekan kembali ke belakang faktor-faktor apa yang munkin menjadi penyebab kegagalan treatment tersebut. Alat yang digunakan untuk evaluasi ini dapat berupa Tes Prestasi Belajar.  









BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
SMP Negeri 03 Krian Sidoarjo merupakan salah satu sekolah negeri yang terletak  di Jl Raya Keboharan Krian Sidoarjo. Sekolah ini terletak di tepi jalan raya. Selain itu SMP Negeri 03 Krian Sidoarjo dekat dengan pabrik.
SMP Negeri 03 Krian Sidoarjo memiliki beberapa ruangan yang menunjang proses belajar mengajar siswa, seperti ruang kelas, laboratorium ( bahasa, IPA, komputer ), perpustakaan, ruang guru, ruang keterampilan, kantin, ruang multimedia, mushalla, ruang matematika dan ruang Bimbingan dan konseling.
Ruangan bimbingan dan konseling di SMPN 03 Krian Sidoarjo terletak diantara kelas VII E dan kelas VII F.
Bimbingan dan konseling belajar di sekolah ini bertujuan membantu siswa mengenal, menumbuhkan dan mengembangkan diri, sikap, dan kebiasaan belajar yang baik untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan, sesuai dengan program belajar di sekolah dalam rangka menyiapkan dan melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi dan atau berperan serta dalam kehidupan masyarakat. Dalam bidang ini dirinci sebagai berikut:
a)  Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, meliputi bersikap baik terhadap guru dan staf terkait, mengerjakan tugas, mengembangkan keterampilan serta dalam menjalani program penilaian, perbaikan dan pengayaan.
b)  Menumbuhkan disiplin siswa dalam belajar dan berlatih, baik secara mandiri maupun berkelompok.
c)  Mengembangkan penguasaan materi program belajar.
d) Orientasi belajar di sekolah menengah baik umum maupun kejuruan. 
Bimbingan dan konseling belajar di sekolah ini diikuti dengan satuan layanan pendukung yang meliputi:
a)  Aplikasi Instrumentasi
b)  Himpunan Data
c)  Konferensi Kasus
d) Kunjungan Rumah (Home Visit)
e)  Alih Tangan Kasus (Referal)



·     PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING
6.      LANDASAN
C.    Landasan Hukum
5.  UU Sisdiknas No. 20/2003 pasal 1 ayat 1 tentang pendidikan sebagai usaha sadar untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengenalan diri, kpribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlkan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.
6.  UU Sisdiknas No.20/2003 pasal 1 ayat 6 tentang pendidik adalah tenaga pendidikan yang berkualitas sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widya iswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain  yang sesuai dengan kekhususannay serta berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan.
7.  Kurikulum 2004
8.  Petunjuk pelaksanaan BK 2004 (Menejement BK).
D.    Landasan Rasional
Pengembangan potensi individu secara maksimal dan optimal.
7.  VISI DAN MISI
C.    Visi Bimbingan dan Konseling
Unggul dalam IPTEK dan berprestasi, terampil berkarya dan berakhlak mulia.
D.    Misi Bimbingan dan Konseling
3.      Melaksanakan kegiatan untuk memotivasi siswa.
4.      Melaksanakan pengembangan sikap empati, bertanggung jawab, dan kepedulian siswa terhadap sesame dan lingkungannya.
8.  DESKRIPSI KEBUTUHAN SISWA
a)      Beribadah sesuai dengan agamanya.
b)      Mengenal norma dan berprilaku sesuai dengan norma.
c)      Mengenal emosi dan mampu mengekspresikan secara wajar.
d)     Pemahaman sikap dan kebiasaan belajar yang positif dan mampu memecahakan masalahnya.
e)      Berprilaku social dan bertanggung jawab.
f)       Pemahaman tentang diri dan pengembangannya.
g)      Pemahaman etika pergaulan teman sebaya yang beragam latar belakangnya.
h)      Pemahaman tentang studi lanjutan dan jenis-jenis pekerjaan serta perencanaan belajar.
9.  TUJUAN
D.    Pengenalan/Penyadaran
a)      Mengenal arti dan tujuan ibadah
b)      Mengenal jenis-jenis norma dan memahami pentingnya norma dalam kehidupan
c)      Mengenal emosi sendiri dan mengekspresikan secara wajar (tidak kekanak-kanakan)
d)     Mengenal cara belajar yang efektif dan cara-cara pemecahan masalah serta pengambilan keputusan
e)      Memahami pentingnya berprilaku bertanggung jawab dalam kehidupan sosial
f)       Memahami karakteristik diri sendiri
g)      Memahami norma-norma pergaulan dengan teman sebaya
h)      Mengenal jenis-jenis studi lanjutan dan pekerjaan
E.     Akomodasi
a)      Berminat mempelajari arti dan tujuan ibadah
b)      Bersifat positif pada norma
c)      Berminat untuk lebih memahami keragaman emosi sendiri dan orang lain
d)     Memiliki sikap atau kebiasaan belajar yang positif dan berlatih memecahakan masalah
e)      Memiliki sikap-sikap sosial dengan orang lain yang bersifat heterogen (multi etnis, budaya, dan agama) seperti sikap empati, kooperatif, kolaboratif, dan toleran
f)       Menerima keadaan diri sendiri secara positif
g)      Menyadari tentang pentingnya penerapan norma-norma dalam bergaul dengan teman sebaya
h)      Memiliki motivasi untuk mempersiapakan diri dengan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan studi lanjutan atau pekerjaan yang diminatinya
F.     Tindakan
a)      Melakukan berbagai kegiatan ibadah dengan kemauan sendiri
b)      Berprilaku sesuai dengan norma masyarakat
c)      Dapat mengekspresikan emosi atas dasar kontekstual ( norma/budaya )
d)     Dapat memecahkan masalah dan mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan yang matang dan bertanggung jawab atas resiko yang mungkin terjadi
e)      Berprilaku sosial yang bertanggung jawab dalm berinteraksi dengan orang lain
f)       Menampilkan prilaku yang merefleksikan pengembangan kualitas pribadinya
g)      Bergaul dengan sebaya secara positif dan kontraktif
h)      Mengidentifikasi ragam alternative studi lanjutan atau pekerjaan yang mengandung rekronsi dengan kemampuan dan minatnya 
10.      KOMPONEN PROGRAM
D.    Layanan Dasar Bimbingan
a)      Mengenal arti dan tujuan ibadah
b)      Berminat mempelajari arti dan tujuan ibadah
c)      Mengenal jenis-jenis norma dan memahami alas an pentingnya norma dalam kehidupan
d)     Mengenal emosi sendiri dan mengekspresikan secara wajar
e)      Berminat memahami keragaman emosi sendiri dan orang lain
f)       Mengenal cara belajar efektif
g)      Mengenal cara-cara pemecahan masalah dan pengambilan keputusan
h)      Memahami pentingnya berprilaku bertanggung jawab dalam kehidupan sosial
i)        Memahami karakteristik diri sendiri
j)        Memahami etika pergaulan dengan sebaya
k)      Mengenal jenis-jenis dan karakteristik studi lanjutan dan pekerjaan
l)        Layanan ini diberikan dalam bentuk klasikal dan individual 
E.     Layanan Responsif
Diberikan kepada peserta didik/siswa yang dipandang mengalami hambatan dalam menyelesaikan tugas perkembangannya dengan strategi:
a)      Konseling individual
b)      Konseling kelompok
c)      Konseling krisis
d)     Bimbingan teman sebaya
e)      Layanan perencanaan individual
f)       Penilain individual/kelompok
g)      Nasehat individual/kelompok

E.     Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Belajar di SMPN 03 Krian Sidoarjo
·     RENCANA KEGIATAN OPERASIONAL BK
G.    PERSIAPAN
Penyusunan program kegiatan BK. Pada dasarnya program kegiatan BK merupakan kewajiban dari guru BK. Akan tetapi dalam pelaksanaannya selalu disesuaikan dan dilaksanakan sesuai dengan dana dan fasilitas yang ada.

H.    PENGUMPULAN DATA DAN ANALISA
Tujuan pengumpulan data adalah untuk memperoleh data-data atau keterangan yang selengkap-lengkapnya tentang siswa yang diperlukan untuk memberikan bantuan atau layanan kepada mereka.
2.  Jenis data yang diperlukan adalah:
ü  Identitas pribadi siswa seperti: nama, nomor induk, jenis kelamin, tempat dan tanggal lahir, agama, alamat dan sebagainya.
ü  Data keadaan keluarga dan lingkungan sosialnya, misalnya: status ekonomi keluarga, perhatian keluarga terhadap anak tersebut, anak kandung, anak angkat, tinggal bersama orang tua, kost ataupun numpang pada keluarga lain, bahasa sehari-hari, fasilitas maupun corak pergaulan siswa.
ü  Data psikis siswa yang meliputi aspek intelektual (tingkat kecerdasan, bakat, dan minat) dan aspek emosional (mudah tidaknya terharu pada situasi sedih/gembira, ketergantungan pada orang lain, pendiam, mudah atau sukar kekecewaan atau kegagalan dan sebagainya).
I.       PEMBERIAN INFORMASI
Tujuan siswa memperoleh informasi tentang situasi pendidikan yang ditempuh dan infomasi lain yang sanagt berguna untuk pengembangan kepribadiannya. Jenis informasi dan orientasi yang diberikan yaitu:
o   Orientasi BK
o   Informasi tentang cara belajar yang efektik dan efisien
o   Orientasi kegiatan belajar mengajar di SMP
o   Informasi tata krama
o   Informasi bimbingan karir
Sedangkan teknik penyampaian informasi yang digunakan adalah dengan ceramah, diskusi, brosur, ditempel di papan informasi, kegiatan kelompok atau karya wisata.

J.      BANTUAN PENYULUHAN/KONSELING
Tujuan: membantu siswa mengatasi/memecahkan masalah-masalah yang dihadapi siswa sehingga siwa dapat mengembangkan potensi secara optimal untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
3.      Masalah-masalah belajar yang dianggap memerlukan konseling yaitu:
-          Konflik antara bakat dan lingkungan
-          Konflik perkembangan intelektual dan emosional
-          Konflik antara situasi sekolah dengan lingkungan
4.      Faktor-faktor masalah:
-          Kesulitan dan kegagalan belajar
-          Masalah pribadi
-          Penggunaan waktu luang
-          Pergaulan
-          Kesehatan
Pendekatan knseing yang digunakan: pendekatan rasional, pribadi, kelompok, kekeluargaan.
K.    HUBUNGAN MASYARAKAT
2.      Tujuan Kegiatan:
·         Mengadakan tukar pendapat dengan kepala sekolah, wali kelas, guru, staff ataupun orang tua siswa agar dapat membantu atau memberikan gambaran tentang kegiatan dan konseling.
·         Melakukan kunjungan rumah (home visit).
·         Melakukan hubungan dengan instansi lain jika diperlukan.
L.     PERTEMUAN STAF/BK
d)     Pertemuan insidental
e)      Pertemuan rutin
f)       Pertemuan kasus, konferensi kasus
Ø  Faktor-Faktor Pendukung Dan Penghambat Pelaksanaan Layanan Bimbingan Dan Konseling Belajar
3.      Faktor Pendukung:
·         Partisipasi guru, wali kelas dan kepala sekolah dalam upaya memberi motivasi belajar kepada siswa dan pemberian informasi dalam rangka pengumpulan data sangat positif.
·         Sarana dan prasarana yang disediakan oleh sekolah cukup memadai, akan tetapi kurang.
·         Partisipasi orang tua/wali murid cukup baik.
4.      Faktor Penghambat:
·         Siswa, Kesadaran dan sikap keterbukaan siswa terhadap Bimbingan dan Konseling masih kurang, terutama ketika siswa di panggil oleh konselor. Siswa merasa bersalah ketika ia harus berhadapan atau berurusan dengan konselor.
·         Orang tua, Kurang adanya pendekatan secara pribadi antar orang tua dengan anak sehingga siswa sulit memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
·         Konselor, Tenaga konselor tidak sebanding dengan jumlah siswa sehingga penanganan siswa-siswa yang bermasalah belum semuanya tuntas.

Ø  Tingkat Keberhasilan Layanan Bimbingan Dan Konseling
Tingkat keberhasilan yang dicapai dalam pelaksanaan BK yaitu:
c.      Layanan bimbingan:
Dari berbagai bentuk layanan bimbingan yang diberikan pada siswa sebagian besar dapat membantu memotivasi dan meningkatkan pengembangan diri dan sikap siswa.
d.  Layanan konseling:
Dari layanan konseling yang diberikan kepada siswa hampir 80% menunjukkan adanya perubahan tingkah laku yang positif.
Layanan bimbingan dan konseling belajar, dari layanan bimbingan belajar/kesulitan belajar dari siswa mewujudkan kenaikan prestasi, sedangkan dari layanan bimbingan studi lanjut  hamper 90% siswa dapat melanjutkan sekolah sesuai dengan bakat, minat serta cita-citanya.
Ø  Dampak Layanan Bk
3)      Secara positif:
4.      Siswa dapat memahami keberadaan dirinya, kelebihan serta kekurangannya.
5.      Siswa dapat memilih sekolah sesuai dengan bakat dan minatnya.
6.      Keberadaan BK sangat diperlukan baik dari segi pribadiataupun prestasi.
4)      Secara negatif:
5.      Aktifitas BK kurang mendapatkan respon dari siswa.
6.      Kurangnya sarana dan prasarana sebagai penunjang pelaksanaan layanan/kegiatan BK.
7.      Ruang BK sekaligus sebagai ruang UKS
8.      Kurangnya dana sebagai biaya operasional pelaksanaan layanan/kegiatan BK.
F.     Evaluasi Bimbingan dan Konseling Belajar di SMPN 03 Krian Sidoarjo.

7.  Evaluasi Dan Tindak Lanjut
Tujuan: untuk mengetahi efektifitas layanan BK dalam membantu keberhasilan program sekolah dan murid.
ü Bentuk kegiatan:
§ Melakukan studi/penilaian tentang perkembangan siswa dalam hal pelayanan mental/pribadi.
§ Meneliti seberapa jauh program bimbingan telah mencapai tujuan yang diinginkan
§ Membuat kemungkinan-kemungkinan perbaikan program.   

8.      Faktor-Faktor Pendukung Dan Penghambat Pelaksanaan Layanan Bimbingan Dan Konseling Belajar
c.        Faktor Pendukung:
·         Partisipasi guru, wali kelas dan kepala sekolah dalam upaya memberi motivasi belajar kepada siswa dan pemberian informasi dalam rangka pengumpulan data sangat positif.
·         Sarana dan prasarana yang disediakan oleh sekolah cukup memadai, akan tetapi kurang.
·         Partisipasi orang tua/wali murid cukup baik.
d.      Faktor Penghambat:
·     Siswa, Kesadaran dan sikap keterbukaan siswa terhadap Bimbingan dan Konseling masih kurang, terutama ketika siswa di panggil oleh konselor. Siswa merasa bersalah ketika ia harus berhadapan atau berurusan dengan konselor.
·     Orang tua, Kurang adanya pendekatan secara pribadi antar orang tua dengan anak sehingga siswa sulit memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
·     Konselor, Tenaga konselor tidak sebanding dengan jumlah siswa sehingga penanganan siswa-siswa yang bermasalah belum semuanya tuntas.
9.      Tingkat Keberhasilan Layanan Bimbingan Dan Konseling
Tingkat keberhasilan yang dicapai dalam pelaksanaan BK yaitu:
c)      Layanan bimbingan:
Dari berbagai bentuk layanan bimbingan yang diberikan pada siswa sebagian besar dapat membantu memotivasi dan meningkatkan pengembangan diri dan sikap siswa.
d)     Layanan konseling:
Dari layanan konseling yang diberikan kepada siswa hampir 80% menunjukkan adanya perubahan tingkah laku yang positif.
Layanan bimbingan dan konseling belajar, dari layanan bimbingan belajar/kesulitan belajar dari siswa mewujudkan kenaikan prestasi, sedangkan dari layanan bimbingan studi lanjut  hamper 90% siswa dapat melanjutkan sekolah sesuai dengan bakat, minat serta cita-citanya.
10.  Dampak Layanan Bk
c.       Secara positif:
·         Siswa dapat memahami keberadaan dirinya, kelebihan serta kekurangannya.
·         Siswa dapat memilih sekolah sesuai dengan bakat dan minatnya.
·         Keberadaan BK sangat diperlukan baik dari segi pribadiataupun prestasi.
d.      Secara negatif:
·         Aktifitas BK kurang mendapatkan respon dari siswa.
·         Kurangnya sarana dan prasarana sebagai penunjang pelaksanaan layanan/kegiatan BK.
·         Ruang BK sekaligus sebagai ruang UKS
·         Kurangnya dana sebagai biaya operasional pelaksanaan layanan/kegiatan BK.

           









DAFTAR PUSTAKA

Ketut Dewa Sukardi. 2008, Pengantar Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta,
Ahmadi Abu & Ahmad Rohani HM. 1991, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta,
Prayitno, & Erman Amti, , 2004.  Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Rineka Cipta
Slameto. 1995 . Belajar dan factor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta,
Bahri Syaiful Djamaroh. 2002, Psikologi Belalar,. Jakarta: Rineka Cipta,
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar.  Jakarta: Raja  Grafindo Persada, 2006
Jumhur . Bimbingan dan penyuluhan disekolah.  Bandung: ilmu, 1994
Yusup gunawan, 1992.  Pengantar bimbingan dan konseling. Jakarta: PT Gramedia pustaka utama
Yusuf  Syamsu dan Ahmad juntikan nurihsan, 2005. Landasan bimbingan dan konseling. Bandung Remaja rosdakarya
Mochamad nursalim dan suradi SA, 2002 . Layanan bimbingan dan konseling.  Surabaya: unesa universitas  press
Nurihsan Juntika,. 2006 , Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan, Bandung: PT. Revika Aditama,
Tri Retno hariastuti, 2006 . Dasar-dasar bimbingan dan konseling. Surabaya: unesa universitas press
Murad Jeanette lesmana, 2005. Dasar-dasar konseling. ( Jakarta: Universitas Indonesia ( UI press )
Willis Sofyan S, 2009., Konseling Individual Teori dan Praktek, Bandung: Alfabeta
Pujosuwarno Sayekti, . 1993 Berbagai Pendekatan Dalam Konseling . Yogyakarta: Menara Mas Offset.
Nurihsan Juntika,. , 2006, Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan, Bandung: PT. Revika Aditama.
Ketut Dewa Sukardi, 2003, Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Bandung: Alfabeta




[1]Retno Tri Hastuti,., Konseling, (Surabaya: UNESA University Press, 2008), hal. 1.  
[2] Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 36.
[3] Djumhur, BP di Sekolah, (Bandung: Ilmu, 1975), hal. 26.
[4] Abu Ahmadi & Ahmad Rohani HM, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hal. 21.
[5] Prayitno, & Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hal. 99.
[6] Juntika Nurihsan,., Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan, (Bandung: PT. Revika Aditama, 2006), hal. 11.
[8]Dewa Ketut Sukardi, Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Bandung: Alfabeta, 2003), hal. 7.
[10] Syaiful bahri Djamaroh.  Psikologi Belalar,. ( Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal 13
[11] Muhibbin Syah, Psikologi Belajar. ( Jakarta: Raja  Grafindo Persada, 2006 ). Hal 64 – 66
[12] H. A. Juntika Nurihsan & Akur Sudianto, Op. Cit., hal. 11-12.
[13] Prayitno dan erman amti. Dasar-dasar bimbingan dan konseling. Hal 224
[14] Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 42

[15] Ibid. hal 42-43
[16] Ibid. hal 43
[17] Retno Tri Hastuti,., Konseling, (Surabaya: UNESA University Press, 2008), hal. 14
[18] Dewa ketut sukardi. Pengantar Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Hal 43
[19] Retno Tri Hastuti,., Konseling, (Surabaya: UNESA University Press, 2008), hal. 14
[20] Drs. Dewa Ketut Sukardi, Pengantar, Op. Cit., hal. 44.
[21] Jumhur . Bimbingan dan penyuluhan disekolah. ( Bandung: ilmu, 1994 ) hal 30-31
[22] Yusup gunawan.  Pengantar bimbingan dan konseling. ( Jakarta: PT Gramedia pustaka utama, 1992 ) hal 41-42
[24] Ahmad juntikan nurihsan, Akur sudianto.  Manajemen bimbingan dan konseling di SMA.  Hal 16
[25] Syamsu yusuf dan Ahmad juntikan nurihsan. Landasan bimbingan dan konseling. ( Bandung Remaja rosdakarya, 2005 ) hal 23
[26] Retno tri hariastuti. Dasar-dasar bimbingan dan konseling. Hal 18
[27] Ahmad juntikan nurihsan, Akur sudianto.  Manajemen bimbingan dan konseling di SMA.  Hal 16
[28] Syamsu yusuf dan Ahmad juntikan nurihsan. Landasan bimbingan dan konseling. Hal 22
[29] Ahmad juntikan nurihsan, Akur sudianto.  Manajemen bimbingan dan konseling di SMAHal 17
[30] Mochamad nursalim dan suradi SA. Layanan bimbingan dan konseling. ( Surabaya: unesa universitas  press, 2002 ) hal 6
[32] Mochamad nursalim dan suradi SA.  Layanan bimbingan dan konseling. Hal 6-7
[34] Mochamad nursalim dan suradi SA. Hal 7
[35] Ahmad juntikan nurihsan, Akur sudianto.  Manajemen bimbingan dan konseling di SMA.  ( Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2005 ) hal 12
[36] Retno tri hariastuti. Dasar-dasar bimbingan dan konseling. ( Surabaya: unesa universitas press, 2006 ) hal
[38] Mochamad nursalim dan suradi SA. Hal 8
[39] Dewa ketut sukardi. Pengantar pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah. ( Jakarta: Rineka cipta, 2008 ) hal 60 - 61
[40] Ahmad juntikan nurihsan, Akur sudianto.  Manajemen bimbingan dan konseling di SMA.  Hal 20
[43] Dewa ketut sukardi. Pengantar pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah. Hal 63 - 68
[44] Ibid. hal. 73-86.
[45] Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah, , hal. 120-123

[46] Ibid. hal. 136-142.
[47] Ibid..
[48]Sofyan S. Willis, Konseling Individual Teori dan Praktek, (Bandung: Alfabeta, 2009), hal. 75.
[49] Dewa Ketut Sukardi, MBA., MM. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 142.
[50] Sofyan S. Willis, Op. Cit.
[51]Retno Tri Hastuti,., Kons. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Surabaya: Penerbit Unesa University Press, 2008), hal. 52.
[52] Ibid.
[53] Drs. Dewa Ketut Sukardi, MBA., MM. Op. Cit., hal. 143.
[54] Ibid.
[55] Sayekti Pujosuwarno, M.Pd.,  Berbagai Pendekatan Dalam Konseling (Yogyakarta: Menara Mas Offset. 1993).
[56] Dr. Sofyan S. Willis, Op. Cit., hal. 76.
[57] Drs. Dewa Ketut Sukardi, Op. Cit. Hal. 143.
[58] Retno Tri Hastuti,., Kons. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Surabaya: Penerbit Unesa University Press, 2008), hal. 54-57
[59] Jeanette murad lesmana. Dasar-dasar konseling. ( Jakarta: Universitas Indonesia ( UI press ), 2005. hal 41-44
[60] Jeanette murad lesmana. Dasar-dasar konseling. ( Jakarta: Universitas Indonesia ( UI press ), 2005. hal 41-44
[61] Slameto. Belajar dan factor-faktor yang mempengaruhinya. ( Jakarta: Rineka Cipta, 1995 ). Hal 9-13

Tidak ada komentar:

Posting Komentar